NovelToon NovelToon
Membawa Benih Sang Casanova

Membawa Benih Sang Casanova

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / One Night Stand / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Action / Romantis / Mafia
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ibu.peri

Demi biaya pengobatan ibunya, Alisha rela bekerja di klub malam. Namun kepercayaannya dikhianati sang sahabat—ia terjerumus ke sebuah kamar hotel dan bertemu Theodore Smith, cassanova kaya yang mengira malam itu hanya hiburan biasa.
Segalanya berubah ketika Theodore menyadari satu kenyataan yang tak pernah ia duga. Sejak saat itu, Alisha memilih pergi, membawa rahasia besar yang mengikat mereka selamanya.
Ketika takdir mempertemukan kembali, penyesalan, luka, dan perasaan yang tak direncanakan pun muncul.
Akankah cinta lahir dari kesalahan, atau masa lalu justru menghancurkan segalanya?
Benih Sang Cassanova

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ibu.peri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MENIKAHI ALISHA????

Setelah meminta jadwal ulang untuk pemotretan Alisha, Elsa langsung mengajaknya pulang.

Sepanjang perjalanan, suasana di dalam mobil dipenuhi keheningan. Hanya suara lembut musik dari radio yang mengisi ruang di antara mereka. Elsa beberapa kali melirik ke arah Alisha yang hanya duduk mematung, menatap kosong ke luar jendela. Biasanya wanita itu tak pernah kehabisan cerita, bahkan sering kali cerewet tanpa jeda. Tapi kini, diam membungkamnya.

“Kamu tidak apa-apa, kan, Alish?” tanya Elsa hati-hati, matanya tetap fokus ke jalanan, tapi nada khawatirnya tidak bisa disembunyikan.

"Hmm," jawab Alisha pendek, bahkan tanpa sedikit pun menoleh.

Elsa menarik napas panjang. Ia tahu benar apa yang sedang menghantui pikiran sahabatnya. Kejadian di perusahaan tadi, sepertinya sedang memenuhi kepala sahabatnya itu.

Namun Alisha tetap terdiam hingga akhirnya mobil berbelok ke arah jalan yang bukan jalur biasa menuju apartemen mereka. Alisha sontak menoleh, keningnya berkerut bingung.

“Elsa, kita mau ke mana? Ini bukan jalan pulang,” tanyanya curiga.

Elsa melirik Alisha sekilas sebelum menjawab, “Kita ke bandara dulu. Nolan sudah tiba di Kanada. Dia baru saja menghubungiku.”

Alisha tak membalas. Ia hanya kembali menyandarkan tubuhnya ke jok, menarik napas dalam, lalu menatap kembali keluar jendela.

Tak butuh waktu lama hingga mereka tiba di bandara. Setelah memarkirkan mobil, Elsa segera turun dengan langkah tergesa, terlihat sangat bersemangat.

Dari balik kaca, Alisha bisa melihat sosok pria tinggi tegap berdiri di depan pintu kedatangan internasional sambil membawa koper besar berwarna hitam. Wajah itu masih sama, tidak banyak berubah. Nolan. Kekasih Elsa.

"Sayang, maaf ya lama," ujar Elsa ceria sambil memeluk Nolan erat.

"Tidak, Aku juga baru keluar," jawab Nolan sembari membalas pelukan Elsa. Tapi pandangannya justru mengarah ke Alisha yang sedang berdiri di dekat mobil memperhatikan mereka.

“Yuk, aku antar ke hotel,” ucap Elsa cepat. Ia segera menarik koper Nolan dan berjalan menuju mobil, meninggalkan Alisha yang hanya menatap mereka datar.

Nolan duduk di kursi depan bersama Elsa, sementara Alisha memilih duduk di belakang. Sepanjang perjalanan menuju hotel, tidak ada satu pun kata keluar dari bibir Alisha. Ia hanya memandangi pemandangan kota dari balik kaca.

Setibanya di hotel bintang lima yang megah, Elsa turun untuk mengantar Nolan masuk.

“Alish, tunggu ya. Aku antar Nolan ke kamarnya dulu,” katanya sambil menarik koper kekasihnya.

“Jangan lama, Thea menunggu kita,” sahut Alisha datar.

“Iya, tidak akan lama kok,” jawab Elsa lalu masuk ke lobi hotel bersama Nolan.

Waktu berlalu. Lima belas menit. Tiga puluh menit. Lalu hampir satu jam. Alisha masih duduk sendiri di dalam mobil. Tangannya hampir meraih ponsel untuk menghubungi Elsa, ketika akhirnya sosok itu muncul dengan senyum mengembang.

“Maaf, lama ya, Alish,” ucap Elsa sambil masuk dan memasang sabuk pengaman.

Alisha menoleh. Tatapannya langsung tertuju pada bibir Elsa yang belepotan lipstik.

“Bersihkan bibirmu dulu?” ucap Alisha dingin sambil memberikan tisu.

Elsa memeriksa wajahnya di kaca depan mobil, lalu terkekeh pelan. “Pantas aja tadi karyawan hotel melihatku aneh. Nolan terlalu bersemangat.”

Alisha hanya menghela napas dan menoleh ke arah luar. Ia tahu betul seperti apa Nolan. Pria tampan, charming, tapi dengan masa lalu yang tidak jauh beda dengan... Theo.

Beberapa saat berlalu dalam hening, hingga akhirnya Elsa kembali membuka suara, lebih lembut dari sebelumnya. “Sampai kapan kamu mau terus menutupi semua ini, Alish? Sampai kapan kamu akan berpura-pura kalau Thea bukan anaknya?”

Alisha terdiam.

“Kalau kamu bilang, aku yakin dia pasti akan bertanggung jawab. Siapa tahu pria itu bisa jadi ayah yang baik untuk Thea. Dan aku yakin, Thea akan bahagia kalau tahu dia masih punya Daddy,” sambung Elsa pelan.

Alisha menutup mata sejenak. Napasnya bergetar.

“Kau tidak mengerti, Elsa. Malam itu… malam kejadian itu… dia sedang menunggu wanita malam pesanannya,” gumamnya getir. “Dia bukan pria yang bisa diandalkan. Dia bukan tipe yang mau berkomitmen. Aku tahu dia cuma menginginkan anaknya... bukan aku. Aku tidak berarti apa-apa buatnya.”

Elsa menoleh ke arah sahabatnya. Raut wajahnya serius.

“Apa dia tahu kalian punya anak setelah malam itu?” tanyanya hati-hati.

“Mungkin… mungkin dia curiga. Tapi aku berbohong. Aku bilang aku sudah menikah, dan Thea anak dari pernikahanku,” bisik Alisha. Wajahnya tertunduk penuh beban.

Elsa mencengkeram setir mobil dengan gugup. “Alisha... dia orang kaya. Dia punya kuasa. Dia bisa mencari tahu semuanya. Bahkan mungkin sekarang dia sudah tahu kamu sudah melahirkan anaknya.”

“Aku tahu... itu yang paling ku takutkan.”

Alisha menggigit bibir bawahnya, menahan emosi yang meletup dalam dadanya.

“Aku tidak ingin dia ambil Thea dariku. Jadi sebelum itu terjadi… aku akan cari pria lain. Seseorang yang bisa berpura-pura menjadi Daddy Thea.”

Elsa menoleh cepat, kaget.

“Siapa?”

“Aku belum tahu... tapi aku harus menemukannya sebelum semuanya terlambat.”

Beberapa detik Elsa terdiam, lalu dengan cepat sebuah ide muncul di benaknya.

“Bagaimana kalau... Nolan?” tanyanya sambil melirik Alisha serius. “Kau bisa meminjamnya sebentar. Dia bisa berpura-pura jadi suamimu. Bagaimana?”

“Elsa—”

“Tenang, aku akan bilang ke Nolan. Aku yakin dia mau bantu kamu,” sela Elsa cepat, yakin dengan idenya sendiri.

Alisha hanya bisa menatapnya dengan perasaan campur aduk. Antara takut, bingung, dan putus asa.

Satu hal yang pasti, hidupnya baru saja berubah setelah kemunculan Theo. Dan kini... ia harus membuat pilihan paling berat dalam hidupnya: menyerahkan Thea pada ayah kandungnya, atau memalsukan segalanya demi melindungi sang putri kecil.

***

Setelah meninggalkan hotel Theo langsung melajukan mobilnya ke arah gedung pencakar langit milik sahabatnya, Damian Abraham. Tujuannya hanya satu: minta nasihat. Theo tahu, kalau ingin jawaban masuk akal, lebih baik ke Damian. Jangan ke Juna—pria itu kalau buka mulut, kadang bikin emosi naik lebih cepat dari tekanan darah.

Sesampainya di D.A Company, Theo langsung naik ke lantai paling atas—lantai kekuasaan. Tanpa menunggu, ia melangkah cepat ke ruang kerja Damian. Tapi belum sempat mendorong pintu, ia malah berpapasan langsung dengan Damian yang baru saja keluar ruangan, siap pulang. Dan di belakangnya, semua sahabatnya juga tampak disitu. Sam, Darren, dan… , Juna juga ada di situ.

“Damian!” seru Theo sambil menghadang jalan sang Tuan Muda. Ekspresinya terlihat setengah panik.

Theo menatap Damian, lalu melirik Sam, Darren, dan Juna. Ia menghembuskan napas berat, lalu bicara, “Brother… aku butuh bantuanmu. Aku… aku sedang ada masalah.”

"Masalah besar? Kau belum menikah, Theo. Kalau yang mengeluh itu Juna atau Joe, masuk akal. Dua orang itu rutin mengeluh soal istri mereka hampir tiap Hari”

Ucapan Darren sukses bikin Theo melotot. “Aku serius,"

Juna hanya diam tapi ia tahu, pasti Masalah Theo tentang wanita itu?

Damian mengerutkan kening. Ia lalu membuka kembali pintu ruangannya, dan masuk. Tanpa banyak tanya, Sam dan Juna ikut masuk. Darren ikut menyusul, penasaran.

Begitu semua duduk, Theo yang baru masuk pun langsung bicara.

“Dam… aku sudah menemukan wanita itu,” katanya dengan suara lebih lirih. “Wanita... yang tidur denganku lima tahun lalu. Sekarang dia menjadi model proyek kerja sama di perusahaanku.”

Damian mengangguk pelan, menunggu kelanjutannya.

“jadi, masalahnya?” tanya Damian to the point, khas dirinya.

Theo mendengus. “Dengar dulu sampai selesai. Jangan di potong-potong!”Ucap Theo sambil memperhatikan keempat orang yang ada di ruangan itu.

“Aku bertemu dengannya… dan aku—” belum sempat Theo bicara, Juna langsung menyela.

“—kau meni du rinya lagi,” sela Juna santai, seolah ia sudah tahu semuanya.

Theo menoleh cepat. “Bagaimana kau tahu?!”

Juna mengangkat bahu. “Aku tahu semuanya. Bahkan aku juga sudah tahu jika ular pitonmu yang mati suri, kini sudah kembali hidup.”

Sam terbatuk kecil, menahan tawa. Darren menepuk jidat sendiri. Damian tetap diam tapi wajahnya terlihat datar. Tapi, dalam hatinya merutuki mulut Juna. Dari dulu tidak berubah. Makanya Cleo selalu menjuluki Juna si mulut ember yang suka bocor.

“Aku terbawa suasana. Dia juga tidak menolak, malah pasrah. Tapi... yang membuat aku kesal, dia menolak jadi wanitaku! Padahal aku sudah baik hati menawarkan posisi yang selalu di harapkan setiap wanita agar dekat denganku,” ujar Theo, mengangkat tangan dramatis.

“Apa maksudmu... Kekasih?” tanya Darren.

“Aku hanya ingin menjadikannya simpanan, karena hanya dia yang bisa membuat senjataku berdiri,” jawab Theo enteng.

Empat pasang mata langsung menatap Theo seperti hendak melemparnya ke laut beku.

“Apa kau berniat menikahinya?” tanya Juna pelan, tapi sorot matanya tajam.

Theo langsung menggeleng cepat. “Tidak! Kau tahu aku, Juna. Aku tidak suka terikat! Aku suka kebebasan”

Brak!

Damian mendadak berdiri dan menghantam meja dengan telapak tangannya. Membuat semua orang terkejut, termasuk Theo. Pria itu menatap aneh Damian yang tiba-tiba marah.

“Kalau kau tidak bisa memperlakukannya dengan layak, lebih baik lepaskan dia, Theo,” ucap Damian dingin. “Jangan jadi pengecut. Jika kau mencintainya, jadilah pria sejati. Jika tidak, jangan campuri hidupnya. Biar dia hidup tenang tanpamu.”

Damian melangkah menuju pintu. Sam mengikuti, tapi sempat menatap Theo datar.

“Pikirkan baik-baik. Kalau kau salah langkah, bukan cuma wanita itu yang akan tersakiti, tapi juga dirimu sendiri... dan mungkin orang yang bersamanya” ucap Sam, lalu pergi.

Juna dan Darren ikut berdiri. Juna sempat mendekat ke Theo, lalu berbisik, “Kalau kau tanya aku… lebih baik kau Menikahi dia sekarang juga, sebelum nasi benar-benar menjadi bubur. Dan kau akan menyesalinya seumur hidupmu”

Juna dan Darren berjalan keluar. Tapi sebelum benar-benar meninggalkan ruangan, Theo berseru, “Tapi… dia bilang dia sudah menikah! Bagaimana aku bisa menikahinya kalau dia sudah jadi istri orang?!”

Juna menoleh, kali ini dengan senyum penuh ejekan. “Serius? Kau seorang mafia? Kalau mau tahu kebenarannya, cari tahu. Jangan jadi mafia yang lemah” ucap Juna, lalu lenyap di balik pintu.

Theo mematung. Wajahnya penuh kebingungan, frustrasi, dan... sedikit penyesalan. Ia menarik napas panjang, lalu duduk kembali. Tangannya menyisir rambutnya sendiri hingga berantakan. Dalam hati, ia menimbang ulang segalanya. Apa Damian benar? Apa dia sudah kelewat batas?

Ya... mungkin. Terutama saat dia memaksa Alisha di kantor tadi. Has rat nya terlalu tinggi, dan ia kehilangan kendali. Tapi Alisha… dia hanya diam. Tak melawan. Dan itu membuat Theo makin... terpicu.

Di lobi, Juna setengah berlari menyusul Damian yang sedang berjalan cepat menuju lift.

“Dam! Tunggu!” panggil Juna. “Bagaimana caranya Theo tahu kebenaran soal wanita itu? Kau tahu semua akses ke data wanita itu ditutup!”

Damian menoleh pada Sam. Tatapannya dingin, penuh perhitungan.

“Hubungi Gerry. Suruh dia buka akses sebagian—cukup untuk membuat Theo mencium jejak. Jangan semuanya, biarkan dia berusaha sendiri,” ucap Damian tenang.

Sam mengangguk. Ia langsung menghubungi markas dan menghubungi Gerry mengenai ucapan Damian, karena Damian yakin jika Theo akan meminta bantuan Gerry.

Juna tersenyum tipis. “Kau serius ingin Theo berubah,?”

Damian menatap lurus ke depan. “Jika dia ingin anak itu… dia harus berubah. Kalau tidak, aku sendiri yang akan memisahkan mereka lagi,”

Lift terbuka. Damian melangkah masuk. Juna dan Sam menyusul di belakang.

Sementara itu, di ruangannya, Theo masih menatap kosong ke arah lantai. Rambutnya acak-acakan, pikirannya jauh lebih kusut lagi. Satu-satunya harapan, ia harus kembali pada Gerry. Hanya dia, yang bisa membantunya.

1
Hari Saktiawan
selamat tahun Baru juga 🎊🎊🎉🎉🎉🎉🎉🎉🎉🎉🎊🎉🎊🎉🎊🎊🎉🎉
Ndha: selamat tahun baru akak🤗🤗
total 1 replies
vj'z tri
🎉🎉🎉🎉 selamat tahun Baru semua doa terbaik buat kita semua 🎉🎉🎉
Ndha: Aamiin... 🥳
total 1 replies
Bu Dewi
up lagi kak😍😍😍
Ndha: besok ya kak🤗
total 1 replies
Mifta Nurjanah
kurang itu hentakannya
vj'z tri
🎉🎉🎉🎉🎉🎉 ayo Thor 🤗🤗🤗🤗🤗 di goyang up nya
Bu Dewi
up lagi kak🤭biasanya 2 kok ini cuma 1 seh/Whimper//Whimper//Grievance/
vj'z tri
ak hir nya ku menemukan mu ,saat haaati iiiini mulai meragukan , ku berharap engkaulah jawaban segala risau hatiku dan biarkan diriku mencintaimu hingga ujung usiaku🎉🎉🎉🎉🎉asekkkkkk
Aqillah Mustanir
up
Mifta Nurjanah
up lagi dongg minn
Bu Dewi
up lagi donk kak 🤭😄😍
Ndha: lanjut nanti kak😊
total 1 replies
vj'z tri
yakkkk itu Dady sayang Dady 🎉🎉🎉🎉🎉🎉
vj'z tri
jangan an permen toko bahkan pabrik nya bakal langsung di kasih 🤣🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
ya di Dady mu dan sekarang pun bau tapi bau wangiiii princess 🎉🎉🎉🎉
Mifta Nurjanah
lanjut
Bu Dewi
wah, penasaran siapa yg gendong? masak theo sih,pasti lucu kalau thea nolak dia...hihihihihi
Ndha: tunggu kelanjutannya 🤗
total 1 replies
vj'z tri
bikin penasaran loh 🤭🤭🤭🤭
Bu Dewi
Gak sabar nunggu kelanjutan ceritanya waktu mereka ketemu nantinya😍😍😍🤭
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 kan ibu suri di balik layar
vj'z tri
ibu suri kah 🤔🤔🤔
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣 putar haluan Dady
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!