Cinta Paksa Di Menara Kaca

Kaila si nyonya muda berdiri terpaku dengan jantung yang seolah olah berhenti berdetak saat matanya menatap tajam ke arah foto besar di atas perapian itu.

Sosok wanita di dalam bingkai emas itu memiliki kecantikan yang sangat sangat sempurna dan nampak sangat sangat anggun dalam balutan gaun sutra berwarna putih bersih.

Kaila merasa dadanya sangat sangat sesak karena ia menyadari bahwa dirinya hanyalah bayang bayang dari wanita yang pernah mengisi hati Adnan dengan sangat sangat indah sekali.

"Kenapa kau hanya berdiri di sana seperti patung kayu yang tidak memiliki nyawa sama sekali?" tanya ibu Adnan dengan suara yang sangat sangat ketus.

Wanita tua itu melangkah mendekati perapian lalu mengusap bingkai foto tersebut dengan sebuah tatapan mata yang nampak sangat sangat penuh dengan kerinduan yang mendalam.

Kaila merasa seolah olah sedang ditelanjangi oleh kenyataan pahit bahwa keberadaannya di rumah megah ini sama sekali tidak diinginkan oleh siapa pun kecuali untuk urusan bisnis.

Ia meremas jemarinya sendiri hingga memutih karena rasa tidak percaya diri mulai menggerogoti jiwanya yang masih sangat sangat muda dan sangat sangat rapuh itu.

"Wanita di dalam foto itu adalah satu satunya menantu yang aku inginkan untuk menjadi bagian dari keluarga Dirgantara ini," lanjut ibu Adnan tanpa memedulikan perasaan Kaila.

Kaila menahan napasnya yang mulai terasa sangat sangat berat seolah olah udara di dalam ruangan besar itu telah berubah menjadi racun yang sangat sangat mematikan.

Ia menoleh ke arah Adnan namun suaminya itu justru sedang membuang muka ke arah jendela besar yang menghadap langsung ke arah deburan ombak samudra yang sangat sangat ganas.

Tidak ada pembelaan yang keluar dari mulut pria itu kali ini hingga membuat Kaila merasa benar benar terasing di tengah kemewahan yang sangat sangat menyesakkan.

"Ibu jangan memulainya lagi karena semua itu sudah menjadi bagian dari masa lalu yang tidak perlu diungkit ungkit kembali," ucap Adnan dengan suara rendah.

Meskipun Adnan mencoba menghentikan ucapan ibunya namun nada suaranya terdengar sangat sangat getir seolah olah ia juga sedang merasakan luka yang belum sepenuhnya kering.

Kaila merasa hatinya hancur berkeping keping menjadi serpihan kecil saat menyadari bahwa dirinya memang benar benar hanyalah pengganti sementara di atas kursi nyonya muda Dirgantara.

Ia ingin sekali berlari keluar dari ruangan itu namun kakinya terasa sangat sangat berat seolah olah sudah terpaku sangat sangat kuat di atas lantai marmer yang dingin.

"Antarkan gadis ini menuju gudang belakang karena aku tidak sudi membiarkan serangga kecil tidur di kamar utama rumah ini," perintah ibu Adnan kepada pelayan.

Kaila terbelalak mendengar perintah yang sangat sangat kejam itu sementara air mata mulai jatuh jatuh membasahi pipinya yang nampak sangat sangat pucat dan sangat sangat lesu.

Ia menatap Adnan dengan sebuah pandangan yang sangat sangat memohon agar pria itu melakukan sesuatu untuk menyelamatkan harga dirinya yang sudah sangat sangat hancur berantakan.

Adnan mengepalkan tangannya dengan sangat sangat kuat hingga buku buku jarinya memutih namun ia nampak sedang berperang dengan batinnya sendiri yang sangat sangat rumit.

"Tuan tolong jangan biarkan mereka membuang saya ke tempat yang sangat sangat gelap dan sangat sangat kotor itu," isak Kaila dengan suara sangat sangat serak.

Keheningan yang sangat sangat mencekam menyelimuti ruang tamu tersebut selama beberapa detik yang terasa seolah olah seperti ribuan tahun bagi kehidupan Kaila yang malang.

Ibu Adnan tersenyum sangat sangat puas melihat penderitaan gadis sekolah yang ia anggap sebagai pengganggu silsilah keluarga terhormat yang sudah dijaga selama puluhan tahun itu.

Pelayan mulai melangkah maju untuk menyentuh lengan Kaila namun sebuah bentakan yang sangat sangat keras tiba tiba saja menggelegar memenuhi seluruh penjuru ruangan besar tersebut.

"Berhenti atau aku akan memastikan tangan kalian tidak akan pernah bisa digunakan lagi untuk selamanya!" teriak Adnan dengan amarah yang meledak ledak.

Adnan menarik tubuh Kaila ke dalam dekapannya dengan sangat sangat posesif seolah olah ia sedang melindungi nyawa yang paling sangat berharga di dunia ini.

Ia menatap ibunya dengan sebuah sorot mata yang sangat sangat tajam dan sangat sangat penuh dengan ancaman yang tidak main main sama sekali bagi siapa pun.

Kaila bisa merasakan gemetar di tubuh Adnan yang menunjukkan bahwa pria itu benar benar sudah mencapai batas kesabarannya dalam menghadapi keangkuhan keluarganya sendiri saat ini.

"Kaila adalah nyonya muda di menara kaca maupun di pulau ini jadi tempatkan dia di kamar paling mewah atau aku akan menghancurkan rumah ini sekarang juga!" tegas Adnan.

Ibu Adnan terperangah melihat pembelaan yang sangat sangat luar biasa dari putranya namun ia segera menyadari bahwa Adnan tidak sedang melakukan sebuah gertakan kosong belaka.

Kaila merasa jiwanya seolah olah baru saja ditarik kembali dari liang lahat saat mendengar pengakuan tegas dari pria yang selama ini selalu nampak sangat sangat sedingin es.

Namun kebahagiaan itu hanya bertahan sesaat karena Kaila melihat seseorang sedang mengintip dari balik tirai kamar lantai atas dengan sebuah tatapan mata yang sangat sangat membenci.

Ujian sekolah dan tekanan rumah nampaknya akan menjadi semakin berat bagi Kaila saat ia menyadari bahwa ada musuh lain yang sedang menunggu untuk menghancurkannya.