 
                            Feylindita adalah seorang wanita cantik yang berprofesi sebagai seorang agen rahasia yang bekerja di bawah pusat keamanan negara. Keahlian menembak dan bela diri yang luar biasa, membuatnya menjadi salah satu agen rahasia yang sangat di andalkan. Tak ada yang mengetahui tentang pekerjaannya, termasuk keluarga bahkan suaminya sendiri.
Ia menikah dengan Giantara Aditama seorang CEO sebuah Mall ternama melalui perjodohan. Tepatnya Feylin 'Dijual' pada keluarga Aditama oleh sang paman yang merawatnya sejak kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan.
Namun ia beruntung karena memiliki mertua dan ipar yang baik. Cobaannya hanyalah suami yang selalu bersikap dingin dan cuek padanya.
Apakah hubungan pernikahan mereka akan membaik?
Apakah keluarganya akan mengetahui pekerjaannya yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Perampokan
"Kamu mau kemana, Sayang?" Tanya Gian pagi itu saat melihat Fey sudah dalam kondisi rapi dan hedak sarapan.
"Kerja lah, kemana lagi? Gak mungkin mau mancing pake pakaian serapi ini, Kak." Jawab Fey sembari mengambil sepotong sandwich yang tadi ia buat.
Tak ayal, jawaban Fey itu membuat Gian tertawa sampai tersedak saus.
"Makanya, kalo makan jangan ketawa." Ejek Fey sembari memberikan air putih untuk Gian.
"Memang kamu udah sehat?" Tanya Gian lagi.
"Udah. Lagian cuma demam karna kehujanan aja." Jawab Fey yang keceplosan.
"Emang kamu waktu itu kemana? Kenapa bisa kehujanan? Bukannya kamu di kantor? Apa kantormu bocor?" Tanya Gian dengan tatapan tajam seperti akan menguliti Fey.
"Nemenin Mbak Vivi survei lokasi yang jadi sengketa. Di sana gak ada bangunan untuk tempat berteduh waktu siang hujan lebat itu. Jadi kami cuma bisa berteduh di bawah pohon." Kilah Fey dengan jantung yang berdegub kencang.
"Bego banget sih, Fey! Bisa - bisanya lo keceplosan." Batin Fey yang merutuki diri.
"Emang lokasinya dimana? Bisa - bisanya gak ada bangunan? Kota ini kan udah rapet, Sayang. Kalo gak ada lahan kosong, iya juga." Telisik Gian.
"Bukan di kota. Di pedesaan sana, sekitar tiga jam perjalanan dari sini." Jawab Fey. Untung saja ia ingat dengan desa tempat nenek Elno tinggal.
"Oh. Kirain di sekitar sini." Jawab Gian sambil mengangguk - anggukan kepala. Fey pun bisa bernafas lega karna Gian percaya saja dengan dalihnya.
"Mau berangkat bareng aku?" Tawar Gian.
"Enggak usah, aku bawa mobil aja. Lagian tempat kerja kita kan beda arah." Jawab Fey.
"Yaudah, aku berangkat duluan kalo gitu." Pamit Gian.
"Ya..." Sahut Fey.
"Mau di cium gak?" Tanya Gian kemudian. Fey sendiri tak menanggapi, ia justru asyik menikmati makanan yang sedang ia kunyah.
Cup! Gian tiba - tiba mengecup pipi Fey.
"Uhuuk... Uhuk... Uhuk..." Fey sampai tersedak karna Gian yang tiba - tiba mengecupnya.
"Cuma di cium aja sampe keselek gitu sih, Sayang." Ledek Gian sambil menuangkan air minum dan memberikannya pada Fey.
"Gara - gara Kak Gian!" Sahut Fey sambil melirik ke arah Gian setelah batuknya reda.
"Maaf - maaf. Yaudah aku berangkat, kamu hati - hati di jalan ya, love you." Ujar Gian sambil mengacak - acak poni Fey hingga membuat Fey kembali mengomel.
"Haaah! Nikmat banget, bisa denger omelan istri tiap pagi." Kekeh Gian yang bermonolog sembari masuk ke dalam mobilnya.
...****************...
"Fey... Fey... Buruan ganti!" Titah Axcel begitu melihat Fey hendak memasuki ruangannya.
"Ada apa sih, Kak?" Tanya Fey yang nampak bingung.
"Ada perampokan di Bank, beberapa orang di sandera di sana." Jawab Axcel.
"Hah! Serius? Barusan banget? Bank mana?" Tanya Fey tetapi ia malah langsung menutup pintu ruangannya untuk berganti sebelum mendengar jawaban Axcel.
"Yeee, ogeb! Belum di jawab udah nutup pintu aja." Omel Axcel yang kemudian segera masuk ke ruangannya untuk berganti pakaian.
"Lah, berdua aja nih kita?" Tanya Fey.
"Iya. Daniel sama Doni lagi latihan bareng Pasukan Khusus. Lagian di sana ada beberapa Pasukan Khusus juga kok." Jawab Axcel.
Mereka berdua kemudian segera mengambil senjata dan langsung pergi ke lokasi yang di maksud. Setibanya di sana, suasana terasa begitu tegang. Beberapa petugas sedang bernegosiasi dengan perampok bersenjata api yang berada di dalam gedung Bank.
Fey dan Axcel pun langsung bergabung dan melihat situasi. Keduanya menyapu pandang sembari mencari ide dan celah untuk menyelamatkan sepuluh orang sandera jika negosiasi tak berhasil.
"Astaga! Papa!" Fey sampai terjingkat saat melihat Papa Abraham berada dalam salah satu sandera.
"Ngapa?" Tanya Axcel yang melihat kekagetan Fey.
"Papa Mertua gue, Kak." Lirih Fey sambil menunjuk Papa Abraham dengan dagunya.
"Lah, itu Suami lo dateng." Bisik Axcel yang kini ganti menunjuk Gian yang berada di luar dengan dagunya.
"Ah bodo! Kalo dia sih aman, Papa yang dalam bahaya." Sahut Fey sambil terus menyapu pandang untuk melihat situasi.
"Kalo dia dalam bahaya juga gimana?" Tanya Axcel.
"Ya gue selamatin lah! Dia kan warga negara kita." Sahut Fey yang membuat Axcel terkekeh.
Fey dan Axcel pun kemudian melihat sketsa bangunan Bank yang sudah di buat berdasarkan keterangan pegawai Bank. Mereka berdua berdiskusi dengan anggota keamanan dan Pasukan Khusus yang ada di sana.
Satu jam berlalu, namun tak ada kesepakatan yang di capai antara mediator dan perampok. Warga dan Pewarta pun semakin ramai berkerubung.
Fey juga semakin khawatir dengan kondisi Papa Abraham yang masih berada di dalam ruangan bersama sembilan sandera lain.
"Aah! Gue gak bisa sabar lagi." Geram Fey.
"Eiodi, jangan gegabah!" Axcel mengingatkan.
"Lo tau kan siapa gue? Apa lagi sekarang Papa gue dalam bahaya. Papa punya riwayat penyakit jantung, Kak. Gue gak bisa nunggu lebih lama." Jawab Fey yang kemudian beranjak dari tempatnya.
Ia berlari menuju bagian samping gedung Bank lalu memakai harnes dan segera mengaitkan harnes pada tali yang sudah di siapkan untuk memanjat dari luar.
"Astaga, anak ini! Perempuan tapi bar - bar banget, Sumpah!" Gerutu Axcel yang kemudian segera menyusul Fey.
Orang - orang kini mulai beralih melihat dua orang berseragam hitam dengan wajah tertutup yang sedang memanjat Gedung. Ketika sampai di lantai tiga, Fey kemudian memecahkan kaca dengan mengayunkan tubuhnya dan menendang kaca itu.
"Wooaaahh!" Seru orang - orang yang melihat aksinya. Tak sedikit juga dari mereka yang memvidiokan aksi Fey dan Axcel yang tersembunyi di balik seragam tertutupnya.
Setelah berhasil masuk, Fey dan Axcel langsung mencari celah untuk memposisikan senapan mereka. Tentu saja, mereka berdua akan melumpuhkan para perampok itu.
"O.K. Target lock!" Lirih Fey pada Axcel yang ada di sebelahnya.
"Hati - hati, jangan sampai salah sasaran. Banyak warga sipil di dalam sana." Axcel mengingatkan dan di jawab anggukan oleh Fey.
"Ready? Shoot!" Ujar Axcel kemudian.
Keduanya dengan lincah dan cekatan membidik target. Suara tembakan yang terdengar pun membuat heboh orang - orang yang ada di sana.
Fey dan Axcel menembak kaki semua perampok hingga mereka tumbang satu persatu. Namun, pergerakan mereka terhenti saat satu perampok yang belum tumbang itu menarik salah satu sandera dan mengacungkan pistol di kepala sandera itu.
"Sial! Berani banget macem - macem sama Papa gue." Umpat Fey.
"Ulur waktu!" Titah Fey melalu earpice yang terhubung dengan salah satu mediator juga Pasukan Khusus yang ada di sana.
Wanita cantik itu menyapu pandang dan melihat sekeliling. Mencari celah untuk menumbangkan satu - satunya perampok yang tersisa tanpa melukai Papa Abraham yang sedang terancam.
"Fey, lo bisa masuk dari situ? Kalo gue kayaknya gak muat." Ujar Axcel saat ia melihat sebuah lubang yang terhubung langsung dengan ruangan di sampingnya, ruang tempat penyanderaan.
jgn d gntung yaa
q pdamu thor 😃
lg seru2ny nic
Gian lucuuu 😃
mkin sru critanya