NovelToon NovelToon
MUTIARA SETELAH LUKA

MUTIARA SETELAH LUKA

Status: sedang berlangsung
Genre:Menikah Karena Anak / Keluarga / CEO / Penyesalan Suami / Ibu Pengganti
Popularitas:530
Nilai: 5
Nama Author: zanita nuraini

“Mutiara Setelah Luka”

Kenzo hidup dalam penyesalan paling gelap setelah kehilangan Amara—istrinya yang selama ini ia abaikan. Amara menghembuskan napas terakhir usai melahirkan putra mereka, Zavian, menyisakan luka yang menghantam kehidupan Kenzo tanpa ampun. Dalam ketidakstabilan emosi, Kenzo mengalami kecelakaan yang membuatnya lumpuh dan kehilangan harapan untuk hidup.

Hidupnya berubah ketika Mutiara datang sebagai pengasuh Zavian anak nya. Gadis sederhana itu hadir membawa ketulusan dan cahaya yang perlahan meruntuhkan tembok dingin Kenzo. Dengan kesabaran, perhatian, dan kata-kata hangatnya, Mutiara menjadi satu-satunya alasan Kenzo mencoba bangkit dari lembah penyesalan.

Namun, mampukah hati yang dipenuhi luka dan rasa bersalah sedalam itu kembali percaya pada kehidupan?
Dan sanggupkah Mutiara menjadi cahaya baru yang menyembuhkan Kenzo—atau justru ikut tenggelam dalam luka masa lalunya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zanita nuraini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 3 MALAM YANG MENGHANCURKAN

Kenzo berdiri di depan pintu apartemen Adele dengan wajah tegang dan langkah yang berat. Ia sudah hafal sandi pintu itu sejak lama, karena Adele sendiri yang memberikannya saat hubungan mereka masih berjalan lancar.

Jemarinya menekan angka-angka itu tanpa ragu. Pintu terbuka.

Ia masuk dengan keyakinan penuh bahwa Adele hanya sedang marah beberapa hari ini. Ia pikir mereka hanya perlu bicara.

Tapi begitu pintu tertutup di belakangnya, Kenzo langsung merasakan ada sesuatu yang aneh.

Ruangan apartemen itu berantakan—bukan seperti biasanya. Dan suara samar dari dalam kamar membuat Kenzo berhenti melangkah.

Degup jantungnya bertambah cepat.

Ia berjalan mendekat, membuka pintu kamar dengan gerakan yang cepat tapi tertahan. Begitu pintu terbuka sedikit, dunia Kenzo seakan berhenti.

Adele berada di tempat tidur. Tubuhnya tidak berbusana. Dan ada seorang pria di sampingnya, sama-sama tanpa sehelai kain.

Kenzo tidak mampu bergerak. Tidak mampu berkata apa-apa. Suaranya tercekat di tenggorokan. Adele yang panik langsung menarik selimut untuk menutupi tubuhnya, tetapi tidak melakukan apa pun untuk menjelaskan.

“Kenzo… tunggu… ini bukan—”

Kenzo tidak ingin mendengarnya. Ia menutup kembali pintu kamar itu dengan keras, membuat dinding apartemen bergetar.

Napasnya naik-turun, dadanya sesak, matanya panas, tapi ia tidak menangis. Ia hanya terluka begitu dalam, sampai air mata pun tidak sanggup keluar.

Tanpa menoleh lagi, ia keluar dari apartemen itu. Langkahnya cepat, hampir berlari, seakan ingin meninggalkan rasa sakit itu jauh di belakang.

Begitu pintu lift tertutup, Kenzo memukul dinding lift keras-keras, menahan amarah dan perasaan dikhianati yang memenuhi seluruh dadanya.

Begitu keluar gedung, Kenzo langsung naik mobil dan pergi ke klub malam terdekat. Ia tidak peduli lagi pada apa pun. Ia hanya ingin melupakan semua yang baru saja dilihat.

---

Lampu-lampu klub malam terasa terlalu terang untuk matanya, musik terlalu keras, tapi Kenzo tidak peduli. Ia duduk di bar dan memesan minuman berkali-kali.

Gelas pertama langsung habis. Gelas kedua menyusul. Tubuhnya mulai goyah, tapi ia terus memesan lagi dan lagi.

Pelayan bar sampai menatapnya khawatir. “Pak, mungkin cukup untuk malam ini?”

“Tutup mulut,” jawab Kenzo dengan suara berat tapi tetap terdengar marah.

Ia minum lagi, sampai kata-katanya mulai tak jelas, matanya mulai sayu. Beberapa orang yang mengenal wajah Kenzo dari berita menatapnya, tapi tidak ada yang berani mendekat.

Akhirnya pihak klub menghubungi asisten pribadinya, karena Kenzo sudah dalam kondisi hampir tumbang.

---

Sekitar setengah jam kemudian, pintu klub terbuka dan asisten pribadinya, Rio, masuk dengan wajah kesal dan cemas.

“Astaga, Tuan, apa lagi yang Anda lakukan…”

Rio memapah Kenzo yang sudah hampir tak bisa berdiri tegak.

“Tuan Kenzo, ayo pulang. Ini udah parah, Tuan. Anda mabuk berat.”

Kenzo hanya meracau, “Semua bohong… perempuan itu juga bohong…”

Rio mendengus pelan. “Saya bilang juga apa. Pasti gara-gara perempuan. Heran saya…”

Dengan susah payah, Rio membawa Kenzo ke mobil. Sepanjang jalan pulang, Rio terus merutuk. “Saya ini asisten atau babysitter, sih, Pak…”

Tapi meski ngomel, Rio tetap memastikan Kenzo aman sampai rumah.

---

Di rumah besar keluarga Aditama, Amara sedang duduk di ruang keluarga sambil menunggu Kenzo pulang.

Ia memang tidak tahu suaminya pergi ke mana, tapi firasatnya tidak enak. Saat bel pintu berbunyi, ia berdiri cepat.

Begitu pintu terbuka, Rio terlihat sedang memapah Kenzo yang sudah tidak bisa berdiri tegak.

“Bu Amara, tolong bantu. Tuan mabuk berat…” kata Rio, masih napas tersengal.

Amara langsung mengangguk dan menahan tubuh Kenzo dari sisi lain.

“Terima kasih sudah mengantarkan,” ucapnya pelan.

Rio mengangguk. “Kalau begitu saya permisi, Bu. Hati-hati, ya.”

Amara membantu Kenzo masuk rumah. Tubuh Kenzo berat, langkahnya tidak stabil sama sekali. Ia beberapa kali hampir jatuh tetapi Amara terus menopangnya.

Sesampainya di kamar, Amara menutup pintu dan membawa Kenzo ke tempat tidur. Kenzo meracau tidak jelas sambil mencoba melepas jasnya sendiri tapi tidak berhasil. Amara membantu, meskipun ditolak beberapa kali.

“Jangan sentuh aku…” gumam Kenzo.

“Mas, biarkan aku bantu…” ucap Amara pelan.

Kenzo menatapnya dengan mata merah dan kabur. “Ini semua gara-gara kamu.”

Amara terdiam, tidak mengerti apa maksudnya.

“Kalau bukan karena perjodohan ini… Adele nggak akan selingkuh…” suara Kenzo berat, pecah, penuh emosi.

Amara tercekat. Ia tahu Kenzo masih mencintai Adele, tapi mendengar ia menyalahkan dirinya tetap membuat dada terasa sakit.

“Mas, aku… aku nggak tahu apa-apa soal Adele…” Amara mencoba bicara.

“Tutup mulut!” Kenzo membentak walau tubuhnya nyaris tidak bisa seimbang. “Kamu pikir… aku mau menikah sama kamu? Ini semua bukan pilihan aku!”

Amara menunduk, menahan napas agar suaranya tidak bergetar.

Dalam kondisi mabuk dan marah bercampur aduk, Kenzo tiba-tiba menarik tangan Amara. “Ini yang kamu mau, kan? Jadi istri aku… kamu mau hak kamu sebagai istri…”

“Mas, jangan… Mas masih mabuk…” Amara panik, mencoba melepaskan diri.

Tapi Kenzo terlalu dikuasai emosi dan alkohol. Tarikannya kasar. Dorongannya keras. Amara terjepit di antara tubuh Kenzo dan tempat tidur. Ia menangis, tapi Kenzo hanya melihatnya sebagai sosok yang mengacaukan hidupnya.

“Kalau bukan karena kamu… Adele nggak akan ninggalin aku…”

Amara menutup mata. Ia tidak bisa melawan. Tidak berani. Dan dalam kondisi mabuk, Kenzo tidak menghentikan dirinya.

Malam itu menjadi malam yang paling kelam dalam hidup Amara.

Tanpa mereka sadari, peristiwa itu akan mengubah takdir keduanya.

Haii readers selamat siang

Tinggalkan jejak kalian ya...

Like komen vote subscribe dan hadiah nya

Selamat membaca...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!