Kata orang, hal yang paling berkesan dan takkan pernah bisa dilupakan adalah malam pertama. Tapi untuk seorang gadis bernama Jaekawa Ayu, malam pertama yang seharusnya bisa ia kenang seumur hidup justru menjadi hal yang paling ingin ia hapus dari ingatan.
Bagaimana tidak, ia melakukannya dengan lelaki yang belum pernah ia kenal sebelumnya.
Lama melupakan kejadian itu, takdir justru mempertemukan Jae dengan lelaki itu di satu tempat bernama Widya Mukti. Apakah Jae akan menagih janji itu atau justru berpura-pura tak mengenalnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34# Behind the scene
Sesil mengunci posko. Sepeninggal Co-op 21, mereka pun berangkat ke TK. Minggu ini mereka sudah memulai science camp jenjang TK. Ada sekitar 3 kali pertemuan di 3 tempat berbeda dengan peserta 8 TK yang tersebar di desa Cikalong.
Rani, mengangkut 4 orang bersama bahan dan alat yang akan mereka gunakan.
Dan kali ini, "aduh ah! Berasa Deket banget sama Sang Pencipta!" omel Bianca, ia begitu kesulitan untuk naik di boncengan Jae.
"Hahah, perlu gue bantu naik ngga? Gue gendong?!" tanya Andara membuat prengat-prengut ciri khas anak manjanya keluar, "dipikir gue boncel!" Ia lantas menekan kedua pundak Jae demi bisa melompat naik.
"Yaaaa!!!" seru teman-temannya bersorak ketika Bianca berhasil naik ke boncengan, "tumpengan...tumpengan!"
Hahaha!
"Haduhhh, butuh effort lumayan deh...lagian Jae, ngga berasa diprawanin apa, naik motor beginian?! Balik-balik gue langsung bungkuk pula."
Andara tertawa melihatnya, ia juga merekam itu untuk konten behind the scene mereka sebagai konten harian.
Dan mereka pergi.
Warna warni seragam olahraga telah mengisi dan membuat ramai TK di Widya Mukti. Seketika riuh menyapa, bersama dengan celoteh manja dan nakal.
Kedatangan para anggota KKN 30 ini disambut hangat oleh para tenaga pendidik disana.
Bukan...bukan hanya anak-anak dan guru saja, para bunda yang biasa mengantar pun sepertinya sengaja ikut datang dan membekali diri dengan *makan besar*.
Sungguh, hanya melihat antusias begini saja mampu membuat semangat ter-booster.
"Halloo!" Sapa Sesil bersama Jae dan Salsa.
Andara, ia dan peralatan dokumentasi publikasi tak terpisahkan, ada tripod dan kamera yang sudah ia pasang tepat di belakang deretan bangku-bangku kecil berwarna-warni yang diisi oleh makhluk Tuhan paling lucu, aktif, dan polos.
Tidak semua diam, justru terkesan tak mau diam, mereka begitu penasaran dengan apa yang akan dilakukan oleh manusia-manusia cantik beserta guru mereka disini.
Bianca dan Rani duduk diantara para peserta anak-anak itu. Bahkan entah bagaimana dan sejak kapan, Bianca sudah memangku salah seorang anak TK.
Andara terkikik, ada pula bocah lelaki yang penasaran dengan apa yang tengah dilakukannya, dan Andara tak sungkan mengajaknya untuk melakukan tugas kameramen itu pada si bocah, "liat kan? Ada temen-temennya sama teteh-teteh di depan, ada Bu gurunya?" Andara terpaksa harus menggendong si bocah yang penasaran itu.
Suasana cukup riuh, interaksi yang terjalin mulai menunjukan hasil, saat Sesil dan Salsa membukanya dengan sebuah konteks, cita-cita...
Dengan segala kemudahan, Sesil dan Salsa bahkan begitu luwes membuka sesi bercengkrama dengan para makhluk Tuhan paling lucu di masa-masa golden age ini dengan sabar.
"Unjuk tangan yang mau jadi polisi?!"
Akuuuu!
"Yang mau jadi Dokter?!"
Akuuu!!
Mereka begitu bersemangat, apalagi saat Sesil dan Salsa menunjukan gambar sesuai profesi. Lalu ada tebak dan kuis yang membuat mereka semakin semangat sebab Jae membagikan hadiah coklat dan mainan edukasi untuk mereka. Atensi anak-anak ini sepenuhnya di tangan KKN 30.
Lalu Salsa menunjukan satu gambar setelah profesi-profesi umum, "siapa yang mau jadi ilmuwan?!"
Krikk....kriik...
Para bocah langsung melongo, Andara sempat menyemburkan tawanya kecil.
"Ih, aku ngga mau....itu mah jelek. Rambutnya acak-acakan, botak di depan. Kake kake..."
Rani dan Bianca tak bisa lagi menahan tawanya.
"Pasti disini ngga ada yang tau kan sama kake ini, Ucapkan hallo untuk kake Albert Einstein!!!"
Beberapanya hanya melambai, beberapanya mengucapkan hai dan Ber ensten.
Kembali Bianca dibuat menahan tawanya meski gagal.
Setelah memperkenalkan sosok-sosok para penemu dan ilmuwan ternama serta ciptaannya dengan bahasa yang mudah dimengerti. Kini saatnya Jae dan Salsa membawa alat peraga.
"Jika tidak ada penemu dan ilmuwan, kita tidak tau...bagaimana cara kerja tubuh kita, bagaimana cara alam bekerja...adakah yang tau bagaimana proses gunung berapi meletus?!"
"Tauuu! Ada api keluarrr duarrr!"
Dan ocehan ramai terjadi mengutarakan isi pikiran mereka yang dengan daya imajinasi tinggi ciri khas anak bocah.
"Ada yang mau lihat bagaimana proses gunung berapi meletus memuntahkan lavanya?!"
"Mauuuu!"
Lantas Jae dan Salsa mempraktekan itu.
Jae membawa nampan ceper agak besar yang telah diisi oleh tabung reaksi dan sengaja dilapisi kardus berbentuk dan bergambar gunung di bagian depannya, lengkap dengan beberapa miniatur pohon serta rumput, agar menciptakan daya imajinasi yang nyata.
"Wah, sudah bisa lihat kan ini ceritanya gunung berapinya, tapi sebelumnya, kita lihat reaksi yang terjadi di belakang badan gunungnya ya...apa sih yang sebenarnya terjadi disana sewaktu gunung mau meletus....ayo Kaka Jae....ditaruh cuka dan pewarnanya!" pinta Sesil.
"Aku tuang ya?" ujar Jae setelah membalikan terlebih dahulu miniatur gunung dimana tabung reaksi itu tak terhalang apapun, lantas Jae juga meneteskan juga pewarna makanan merah ke dalamnya, sehingga kini warna cuka itu berubah jadi merah bersama dengan sabun cuci piring lalu mengaduknya perlahan.
"Sudah teraduk, ya adek-adek...Terimakasih Kaka Jae,"
Rani tertawa melihat wajah Jae yang dibuat seramah mungkin itu.
"Adakah yang mau membuat gunung berapinya meletus sekarang? Ada yang mau bantu Kaka Jae membuat gunung berapi memuntahkan lahar?!" Sesil memberikan kesempatan untuk seorang anak maju, dan reaksi mereka nyatanya begitu bersemangat meskipun ujungnya saat ia memilih salah satu anak, anak lainnya menangis ingin ikut juga.
"Satu-satu ya, nanti adek yang itu boleh coba juga!" jawab Sesil mencoba menenangkan. Bukan membiarkan, Sesil justru melangkah meraih anak yang sedang ditenangkan oleh gurunya itu, ia membawanya ke depan dan memberikan pelukan hangat.
"Oke, siap....Lava segera datang, gunung berapi akan meletus! Mana suaranya Kaka Salsa?"
"Hitung ya!" Pun dengan Rani dan Bianca yang mengompori dan memulai, "1...2...3..."
Salsa menyetel musik situasi terjadinya gunung berapi meletus dimana sirine berbunyi bersama petir yang menggelegar membuat anak-anak itu riuh terbawa suasana, ada pula yang heboh mencari pelukan. Rani dan Bianca bahkan sudah dipeluk beberapa anak.
"Wahhhh gunung berapi kita mau meletus!!" seru Sesil seru menarik perasaan excited, setengah takut setengah seru anak-anak, para orangtua dan guru yang ada disana juga.
"Lari, sini peluk ibu guru!" seru antusias guru tak luput menjadi bahan keseruan.
Dan....
"Siap kak Jae...siap Eca?" tanya Sesil, diangguki Jae dan bocah bernama Eca itu.
"Taruh baking sodanya..."
Tangan Jae menuntun tangan Eca untuk menaburkan bubuk baking soda ke dalam tabung reaksi.
Cepat dan pasti, campuran bahan-bahan kimia mulai bereaksi dengan membentuk busa melimpah meluap melewati cerobong tabung reaksi, layaknya gunung berapi yang meletus.
"Waaawwwww!!!" anak-anak itu langsung berdecak kagum setengah tak percaya, bahkan tak sedikit yang ingin melihat itu secara dekat dari mejanya langsung, namun Bu guru langsung menangkapnya agar tidak menganggu reaksi yang terjadi dan menghalangi anak lain.
Wajah-wajah polos yang kagum itu terekam oleh kamera Andara. Bersamaan dengan Salsa yang menjelaskan reaksi kimia dan konsep sains yang terjadi, sementara para bocah itu masih tertegun memuja busa yang meluap.
"Siapa yang mau jadi ilmuwan?! Pandai menciptakan dan menemukan?!"
"Akuuuu!!!"
"Siapa yang mau coba bikin gunung meletusnya sendiri?!"
"Akuuuu!!!"
/
Setelah rangkaian gunung berapi meletus selesai dengan rasa puas dan ilmu baru. Sesil mengajak bocah-bocah itu melingkar untuk menyanyikan yel-yel ciptaannya, yang berisi ajakan untuk sekolah dan tak boleh malas. Terakhir...Mereka menutupnya dengan melipat burung cita-cita. Dimana anak-anak dituntun para guru, dan KKN 30 menuliskan cita-cita mereka lalu menggantungkan burung-burung origami itu di langit-langit ruangan.
Ada do'a bersama yang dipanjatkan setelah rangkaian science camp mereka berakhir hari ini.
"Teteh, boleh foto?"
Always, sesi foto itu tak pernah terlewatkan. Bahkan di luar ekspektasi Jae dan kawan-kawan, para orangtua dan guru sudah menyiapkan makan siang bersama dan mengajak mereka.
"Hayuk makan dulu teh! Sengaja ibu-ibu pada bawa dan siapin makan bersama, buat teteh semua."
Bianca bahkan sudah melengkungkan bibirnya terharu, "sedih ih...terharu..." ucapnya.
/
*Klik*...
Channel sosial media dengan profil lambang UNJANA dan font cantik kelompok 30, ditekan oleh beberapa penikmat video.
...**Behind the scene KKN 30**...
...**Widya Mukti---Cikalong, 16 Juli 202X**...
...**Science camp sesion 1 so cute**...
Wajah-wajah lugu yang nampak sedang melamun, dan sibuk sendiri membuat para penonton tertawa kecil. Lalu ada anak-anak yang memainkan kamera, dan naik ke atas kursi membuat Bianca dan Rani harus menertibkannya, wajah Bianca begitu...
"Capee...naik terus..." wajahnya cemberut. Lalu, "doi pipis di rok gue." Bianca menunjukan roknya yang basah dipipisi anak di pangkuannya.
Hingga akhirnya moment Bianca dan Rani dikerumuni anak, Jae dan beberapa anak yang bekerja sama membuat gunung berapi, bahkan Jae sampai hectic sebab anak-anak berebut untuk antri duluan sampai gontok-gontokan dan menangis. Terlihat jelas wajah Jae kesal namun tertahan.
Salsa pun tak luput, ketika tengah menjelaskan, celananya di tarik-tarik oleh anak-anak yang ingin ikut bicara di mic dan meminta bagiannya membuat gunung berapi.
Sesil yang setelah acara memeluk seorang anak perempuan sambil mendengarkannya bercerita. Dan...
"Kaka Jae, say Hay to audiens!" pinta Andara Jae menoleh saat tengah rakus-rakusnya mengunyah makan siang bersama ibu-ibu. Bahkan pipinya sampai menggembung, dan Jae langsung menutupinya dengan tangan dari kamera.
Hahaha! "Keliatan banget lapernya ya Bu kordes?! Tenaga kekuras ya?!"
Ada pula Bianca yang tengah mencolek sambal dan bergidik sementara Rani...tak sengaja tertidur sambil menunduk di bangku kecil anak-anak tk "Maharani! Hey...Lo tidur Ran? Hahahaha!"
Rani langsung bangkit dengan muka bantalnya.
Video berakhir behind the scene berakhir dengan durasi beberapa puluh menit dan dalam sehari langsung menyita ratusan views unggul dibanding konten harian kelompok lain.
.
.
.
.