Rega Zalzala adalah putra ke empat dari keluarga Duke Zalzala.
Dia satu-satunya anak yang tidak memiliki kekuatan apapun. kelahiran nya di anggap aib oleh keluarga.
Di usia 18 tahun, keluarga nya memilih untuk membuang Rega seperti seekor anjing.
Namun tanpa di sangka, di detik terakhir hidup nya... dia mendapatkan sistem Dewa.
sebuah sistem yang akan mengubah hidup nya dari seorang pecundang menjadi seorang Raja.
ini adalah perjalanan Rega Zalzala membalas dendam dan menjadi Kesatria terkuat di kerajaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bonggiw01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Keramaian di ibu kota Kerajaan Helyendra meningkat tajam.
Besok adalah hari besar di mana Tes Ksatria di gelar, acara yang hanya terjadi setahun sekali.
Jalan-jalan utama dipenuhi ratusan peserta yang datang dari berbagai penjuru kerajaan, mereka membawa mimpi dan ambisi yang menyala-nyala.
Rega berjalan santai di tengah kerumunan, Atar mengikuti di belakangnya sambil melihat-lihat suasana kota yang penuh energi.
Tiba-tiba...
DUUK! Brug!
Seorang pemuda bertubuh besar dan tegap sengaja menabrak bahu Rega dengan keras, namun yang terjadi pria itu lah yang mundur beberapa langkah.
“Bajingan! apa kau buta, Heh?! Pakai matamu kalau berjalan, Goblok!” bentak pemuda itu sambil menatap dengan arogan.
Rega berhenti sejenak, matanya menyipit dingin. Ia menatap balik tanpa rasa takut sedikit pun.
“Mataku baik-baik saja. Kau yang berjalan pakai mata kaki, bodoh, pakai mata kepala kalo jalan..” jawab Rega datar, tanpa ekspresi takut.
Pemuda itu tertegun sesaat, lalu wajahnya merah padam karena amarah.
“Kau cukup berani juga ya?! Kau tahu siapa aku?! Aku Konde, putra Marquis Gunawan! Aku putra sulung yang akan mewarisi keluarga ku!” teriak pemuda itu dengan kesombongan meluap.
Rega hanya mengangkat alis sedikit, sama sekali tidak terkesan. “Hah. Kau tidak cukup penting untuk kuingat.”
Ia mengabaikan nya dan berniat melanjutkan perjalanannya tanpa peduli.
Konde menggertakkan giginya penuh kemarahan. “Bajingan sialan!! Berani sekali rakyat jelata sepertimu berkata begitu padaku, apa kau ingin bertarung, Heh!!”
BOOOOOOM!
Qi yang ganas tiba-tiba meledak dari tubuh Konde, membentuk gelombang tekanan yang membuat kerumunan di sekitar terhenti seketika.
Orang-orang mundur, ketakutan, tatapan mereka penuh rasa panik.
Rega tetap berdiri di tempatnya. Tatapannya tetap tenang, meski angin tekanan Qi itu mengguncang jubah hitamnya.
‘Tahap Pembentukan Qi Level 9…’ pikir Rega tanpa rasa takut sedikit pun. ‘Lumayan juga, tapi jelas dia hanya anak bangsawan manja yang selalu berlindung di balik nama keluarganya.’
Namun, sebelum situasi semakin memanas, sebuah suara dalam dan penuh wibawa terdengar jelas.
“Hentikan kalian berdua. Apa kalian tidak sadar ini ibu kota Kerajaan Helyendra? Aku sarankan kalian jangan membuat keributan di sini”
Suara itu tenang, namun memiliki tekanan luar biasa. Qi halus namun sangat kuat menyebar ke udara, menekan aura yang dilepaskan oleh Konde.
Semua orang menoleh ke sumber suara.
“Li-lihat! Bukankah itu Tuan Wilson, Wakil Komandan Skuad Ksatria Red Dragonfly?!”
“Iya! Dia pemuda jenius yang berhasil menjadi Wakil Komandan hanya dalam waktu tiga tahun!”
“Benar sekali! Kabarnya, dia adalah kandidat terkuat untuk menjadi Komandan baru!”
Bisikan warga terdengar jelas, kagum bercampur takut memenuhi udara.
Konde langsung pucat, buru-buru menarik Qi-nya, lalu membungkuk dengan hormat. “T-Tuan Wilson! Aku hanya bercanda dengan anak ini. Maafkan kelakuanku, aku benar-benar minta maaf..."
“Kau sedang Bercanda?” Wilson maju selangkah, tatapannya tajam. “Kau pikir melepaskan Qi di tengah jalan kota ini termasuk bercanda?”
“Aku sungguh-sungguh minta maaf, Tuan Wilson… aku menyesali nya” Konde semakin merendahkan tubuhnya. Dia tahu jelas, jika ingin lulus tes besok, hubungannya dengan Wilson sangat penting.
Namun di sisi lain, Rega terlihat tak peduli. Ia menghela napas ringan, lalu berbalik pergi.
“Ayo Atar, kita pergi.”
Wilson menyipitkan mata tajam melihat sikap Rega yang mengabaikan kehadirannya.
“Anak muda, apa kau mau pergi begitu saja tanpa mengatakan sesuatu padaku?”
Rega menghentikan langkahnya, menoleh sedikit. Matanya bertemu tatapan Wilson tanpa rasa hormat atau gentar sedikit pun.
“Aku tidak melakukan kesalahan apa pun. Apa lagi yang harus kukatakan padamu?”
Wilson tertegun sesaat. ‘Bocah ini… di saat semua peserta lain pasti berusaha keras mencari muka denganku. Tapi anak ini tidak peduli sama sekali?’
Rega melanjutkan langkahnya tanpa menunggu jawaban Wilson.
Wilson tersenyum tipis penuh arti, sambil menatap punggung Rega yang perlahan menjauh.
‘Menarik. Sudah lama aku tidak melihat anak muda yang punya keberanian seperti itu.’
----------
Atar berlari kecil mengejar langkah Rega, wajahnya agak cemas.
“Aniki! Tuan Wilson itu Wakil Komandan dari Skuad Ksatria Red Dragonfly! Apa kau tidak mau menjalin hubungan baik dengannya? Dia bisa memilih kita besok nanti.”
Rega hanya tersenyum tipis, matanya tetap menatap lurus ke depan.
“Tidak, Atar. Skuad yang memilih anggota berdasarkan hubungan pribadi bukan skuad yang layak dihormati. Jika Red Dragonfly memang kuat, mereka akan menilai potensi dan kemampuan, bukan hubungan baik.”
Atar terdiam sebentar, lalu mengangguk mengerti. “Kau benar, Aniki. Lagipula, ada 8 skuad besar lain yang juga akan memilih peserta besok. Salah satu dari mereka pasti akan melihat kemampuan kita.”
Rega tersenyum tipis, menepuk bahu Atar. “Tepat sekali. Jadi jangan khawatir. Hari ini, ayo kita nikmati kota ini lebih dulu.”
Atar mengangguk dengan senyuman lebar. “Baik, Aniki!”
Keduanya lalu berjalan menyusuri jalanan kota yang ramai, mengabaikan tatapan orang-orang yang masih memperhatikan mereka dengan rasa penasaran.
Di balik keramaian ibu kota, tanpa mereka sadari, mata Wilson masih mengikuti langkah Rega, senyum di bibirnya semakin melebar penuh makna.
‘Bocah itu… dia cukup berani meremehkan Skuad Red Dragonfly. Kita lihat seberapa kuat dia nanti’
--------
Setalah beberapa saat, Rega berdiri diam di depan Toko Pil Kota Helyendra, toko resmi yang dikelola oleh Asosiasi Alkemis.
Di belakangnya, Atar menatap kagum ke arah toko mewah itu dengan mata berbinar-binar.
“Aniki, apa kita akan menjual pil buatanmu di tempat ini? Kurasa mereka akan terkejut saat melihat pil buatan mu...” tanya Atar penuh antusiasme.
“Tidak,” jawab Rega datar sambil mengamati pintu masuk toko itu. “Kita datang ke sini untuk mengambil beberapa resep pil.”
Atar mengangguk, mengikuti langkah Rega masuk ke dalam toko yang penuh wangi herbal bercampur aroma khas alkimia.
Rak-rak tinggi penuh dengan toples kaca berisi pil berwarna-warni memenuhi ruangan itu.
“Selamat datang di Toko Alkemis Helyendra,” sapa seorang penjaga toko dengan ramah, meski tatapannya merendahkan saat melihat penampilan mereka yang sederhana. “Apa ada yang kalian cari?”
“Aku ingin melihat resep pil dasar yang kalian punya,” jawab Rega langsung tanpa basa-basi.
Penjaga toko itu sedikit terkejut. “Resep? Kau ingin melihat resepnya? Bukan membeli pil?”
“Benar,” ucap Rega tenang sambil menatap mata penjaga itu tanpa rasa takut. “Aku hanya perlu melihatnya sebentar.”
Penjaga toko menyipitkan mata, lalu tersenyum tipis penuh penghinaan. ‘Lagi-lagi anak kampung sok pintar. Kota ini penuh dengan bocah bodoh seperti ini, aku sudah menemukan nya beberapa kali’ pikirnya meremehkan.
“Tentu, kami memang punya beberapa resep dasar. Tapi meskipun kau tahu resepnya, tidak mungkin orang sepertimu bisa membuatnya,” jawabnya dengan nada mengejek.
Sebelum Rega menjawab, sebuah suara lembut namun tegas terdengar dari belakang.
“Ada masalah apa di sini?”
Semua mata menoleh. Seorang wanita muda yang mengenakan jubah khas Asosiasi Alkemis muncul dari pintu belakang toko.
Rambut cokelat mudanya panjang, wajahnya cantik, namun tatapannya tajam penuh keangkuhan. Di bahunya tersemat lambang Alkemis Tingkat 3.
Dia adalah Della, alkemis muda berbakat dari Asosiasi Alkemis Helyendra.
Penjaga toko membungkuk sedikit. “Nona Della, pemuda ini hanya ingin melihat buku resep pil kita. Dia tidak ingin membeli apa pun.”
“Melihat resep?” Della mengangkat alisnya, penasaran. “Apa kau seorang alkemis?”
“Bukan,” jawab Rega datar, “aku hanya ingin mengetahui beberapa dasar bahan-bahan pil saja.”
Atar buru-buru menambahkan dengan gugup, “Kami ingin mencari tahu bahan apa yang dibutuhkan agar bisa kami jual di pasar nanti.”
Rega mengangguk sedikit. “Ya, benar begitu.”
Della menatap mereka berdua dengan penuh curiga. Instingnya berkata ada sesuatu yang tersembunyi. ‘Aku merasa mereka berbohong...’
Namun ia hanya tersenyum dingin. “Baiklah. Aku beri kalian lima menit saja untuk melihatnya,” ucapnya sambil mengeluarkan sebuah buku kecil dari sakunya.
“Terima kasih,” ucap Rega, menerima buku itu dengan santai.
Ia membuka buku itu dengan ekspresi tenang, lalu bergumam pelan, ‘Aktifkan Master Reading.’
[Master Reading Diaktifkan!]
Mata Rega tiba-tiba menjadi sangat tajam, pupil matanya bergerak cepat seperti sedang merekam isi buku dalam hitungan detik.
Tangannya membalikkan setiap halaman dalam kecepatan kilat.
Penjaga toko menatapnya dengan wajah aneh. “Hei bocah, kau bahkan tidak membaca nya...”
Namun di kepala Rega, suara sistem terdengar jelas.
[Resep Pil Penyembuh Luka Minor didapatkan!]
[Resep Pil Penambah Energi didapatkan!]
[Resep Pil Penenang Sakit Kepala didapatkan!]
[Resep Pil Ketahanan Kulit didapatkan!]
[Hanya 5 resep yang valid. Sisa resep lainnya gagal atau cacat.]
Rega menutup buku itu setelah hanya dua puluh detik. “Aku sudah selesai, terima kasih,” ucapnya sambil menyerahkan kembali buku itu pada Della.
Penjaga toko tertawa mencemooh. “Hahaha! Bocah bodoh yang merasa pintar. Sudah kuduga kau cuma berpura-pura.”
Della ikut tersenyum mengejek. “Aku sudah bilang, buku seperti ini terlalu rumit untuk orang awam sepertimu.”
Namun, sebelum mereka bisa mengatakan lebih jauh, Rega dengan santai berkata, “Menarik memang. Tapi sayang, dari ratusan resep dalam buku itu, hanya lima resep yang benar-benar bisa dibuat. Sisanya sampah.”
“Apa?!” Della hampir berteriak. “Kau bilang buku dari Asosiasi Alkemis ini sampah? Beraninya kau bicara sembarangan!”
Rega hanya tersenyum tipis, tatapannya masih setenang sebelumnya. “Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Percaya atau tidak, itu urusanmu.”
Ia lalu berbalik tanpa ragu, melangkah keluar dari toko itu.
“Ayo Atar,” ucapnya singkat.
Atar cepat-cepat mengikuti langkah Rega, menoleh sejenak ke belakang dengan wajah sedikit cemas.
Di belakang, wajah Della terlihat merah padam, bibirnya terkatup erat karena marah.
‘Pria sombong! Dia pikir siapa dirinya bisa meremehkan asosiasi ini?!’ batin Della kesal sambil menatap punggung Rega yang semakin menjauh.
Namun tanpa ia sadari, di balik kemarahannya terselip sedikit rasa penasaran yang mulai tumbuh di hatinya tentang sosok pemuda misterius itu.
Sementara itu, Rega berjalan santai menjauh dari toko, tatapannya tajam penuh perhitungan.
‘Sekarang aku memiliki resep baru. Saatnya mulai produksi pil yang lebih tinggi kualitasnya.’
Rega tersenyum samar, langkahnya semakin mantap menapaki jalan menuju takdirnya yang penuh kejutan di ibu kota Kerajaan Helyendra.
brrti bner ini inspirasinya dri black clover😃😃😃