Bagaimana jadinya kalau seorang pemuda yang baru berusia 18 tahun, dinyatakan menjadi Narapidana dan di penjara selama 10 tahun lamanya, karena telah menghabisi seseorang demi berusaha untuk menyelamatkan kakaknya dari pemerkosaan yang dilakukan oleh sekelompok pemuda kaya raya. Dan pemuda malang itu bernama Bara Aditama. Bukan hanya penjara saja yang dia dapatkan, tapi banyak ketidakadilan serta penyiksaan yang akan Bara dapatkan. Lalu apakah Bara mampu untuk bertahan? Sedangkan kakaknya yang mengalami Pemerkosaan telah menjadi depresi akibat kejadian yang menimpa dirinya? Lalu apa yang akan Bara lakukan kepada ketiga para penjahat yang masih berkeliaran di luar sana? Akankah Bara berhasil membalaskan dendam nya kepada mereka semua? Dan inilah perjuangan Bara setelah menjadi sang Narapidana.
#bantu like nya kawan dan jngan lupa komennya kasih tau jika ada kesalahan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cimde 123, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kejadian tak terduga
"Nak! Kalau pergi hati hati. Jangan ngebut saat mengayuh sepeda." ucap pak Mahmud mengingatkan.
"Baik Pak. Aku akan mengingat pesan dari bapak." jawab Bara tersenyum.
Lalu ibu Mirna juga memeluk tubuh putranya, rasanya dia benar-benar sedih saat ini. Tapi! Ibu Mirna tidak tahu, apa yang sebenarnya dia rasakan.
"Nak! Ibu pergi dulu ya. Jangan lupa kenakan baju yang sudah ibu berikan padamu. Maaf, karena kami tidak bisa melihat mu mengenakan baju itu."
"Tidak apa bu. Nanti ketika pulang dari kampus, ibu bisa melihatnya. Hati hati di jalan bu, pak."
Bara menatap kepergian kedua orang tuanya, setelah itu Bara segera membersihkan diri dan sarapan pagi. Jarak menuju ke Universitas Samudera, memakan waktu satu jam lamanya jika menaiki sepeda. Jadi Bara harus cepat berangkat, agar dia tidak terlambat tiba di kampus.
Dan tepat pukul 9, barulah Bara selesai dengan pakaian putih hitam yang dia kenakan. Sungguh! Saat melihat penampilannya di depan cermin, membuat Bara tersenyum sendiri, karena dirinya terlihat sangat tampan.
"Ternyata aku sangat tampan.
Pantas saja Alisa begitu menyukaiku."
puji Bara tersenyum tipis.
Setelah itu, Bara bergegas pergi keluar dari rumah. Tak lupa dia membawa tas ransel miliknya yang dia letakkan di punggung belakangnya. Di dalam tas tersebut, berisi beberapa buku dan juga surat dari sekolahnya.
Lalu, Bara mengayuh sepeda dengan sangat semangat. Dia berjanji, akan berusaha keras untuk menjadi mahasiswa yang terbaik, agar dia memiliki masa depan yang cerah.
Panasnya matahari, tidak menyurutkan semangat bara, sekali kali Bara menyeka keningnya yang mengeluarkan keringat. Hingga satu jam mengayuh sepeda, akhirnya Bara pun tiba di Universitas Samudera. Dan Bara lebih memilih masuk dari gerbang yang ada di samping kampus.
"Hei! Nak Bara! Kamu ngapain di sini?" tanya seorang satpam yang memang mengenal siapa Bara.
"Pak! Kebetulan saya mendapatkan Beasiswa di kampus ini pak. Dan saya diperintahkan kepada para sekolah untuk mendaftarkan diri di kampus hari ini." jawab Bara dengan nada sopan.
"Wah, hebat sekali kamu ya. Benar benar pintar dan membanggakan kedua orang tuamu. Kalau begitu, masuklah. Dan kau bisa memarkirkan sepeda mu di sini."
"Terimakasih banyak pak. Тарі, saya mau menemui kakak saya terlebih dahulu."
"Iya boleh, dia ada di kantin seperti biasa."
Setelah meminta izin, Bara pun melangkah masuk ke dalam gerbang. Tujuan Bara saat ini, kearah Kantin yang ada di bagian belakang gedung tinggi tersebut.
Bara sudah dua kali menjemput kakaknya yang bekerja di kantin kampus, jadi tentu saja dia mengenal satpam yang berjaga di gerbang. Begitu pula dengan bagian wilayah belakang kampus. Bara sangat hafal tempat tersebut.
Tapi, tidak dengan bagian depan, karena Bara belum pernah sekalipun menyusuri kampus mewah itu. Kedua mata Bara menelisik tempat yang dia lewati, hari ini benar-benar sangat sepi, karena di aula kampus tengah mengadakan acara perpisahan untuk anak-anak semester akhir S2..
"Pantas sangat sepi. Hari ini kan ada acara di aula, untuk merayakan perpisahan anak semester akhir. Ya, aku ingat kalau kakak sempat memberitahuku kemarin." gumam Bara sambil terus berjalan menuju ke kanti.
Hingga tak lama kemudian, dia pun sudah tiba di deretan kantin dan langsung masuk ke dalam kantin milik ibu Dina.
Ibu Dina yang melihat kedatangan Bara, tampak tersenyum hangat, lalu dia pun segera mendekati Bara yang sudah duduk di salah satu kursi yang ada di dalam kantin nya.
"Bara! Kamu pasti mau bertemu dengan kakakmu ya! " tebak ibu Dina membuat Bara tersenyum.
"Iya benar buk. Apakah kakak saya masih sibuk saat ini buk?"
"Iya benar, kakakmu sedang pergi mengantarkan pesanan untuk anak anak semester akhir. Sepertinya sebentar lagi akan segera kembali. Kamu tunggu di sini dulu ya."
"Iya buk. Saya akan menunggu kakak di sini."
Setelah itu, ibu Kantin menghidangkan Bara dengan menu nasi goreng dan juga teh dingin yang terlihat begitu menggugah selera. Bara yang merasa kelelahan pun, segera menyantap hidangan yang berada di hadapannya itu.
"Terimakasih buk atas hidangannya."
"Sama sama. Ayo dihabiskan Bara.
Sambil menunggu kedatangan kakakmu." titah ibu Dina tersenyum ramah.
Bara menyantap makanan dengan begitu lahap. Tanpa dia tahu, kalau saat ini kakaknya Nadia, tengah berada dalam keadaan bahaya.
"Lepaskan! Lepaskan aku! Aku mohon! "
Suara lirih dan tangisan dari Nadia terdengar menggema di sebuah ruangan. Namun! Setelah hampir setengah jam berusaha memberontak, tetap saja Nadia tidak bisa keluar dan lepas dari keempat pria bajingan yang tengah menyekap dirinya.
"Hahhahaa....! Akhirnya kita berhasil menjebak gadis sombong ini.
Sekarang saatnya untuk melakukan rencana yang selanjutnya." ucap seorang pemuda tampan yang tertawa terbahak bak iblis yang sangat mengerikan.
Lalu pria itu naik ke atas ranjang, dan merangkak di atas tubuh Nadia.
Dia mendekatkan wajahnya ke wajah Nadia, hingga membuat Nadia merasa sangat ketakutan.
"Tidak.....!!!!"
ada musuh mengintamu