NovelToon NovelToon
Cintaku Kepentok Bos Dingin

Cintaku Kepentok Bos Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Wanita Karir / Angst
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Erika Ponpon

Nagendra akankah mencair dan luluh hatinya pada Cathesa? Bagaimana kisah selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erika Ponpon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20

Sejak kabar ciuman itu tersebar, suasana kantor berubah drastis. Adeline yang licik memanfaatkan kesempatan ini dengan menyebarkan rumor tentang Cathesa, membuat semua karyawan mulai mencibir dan menjauh.

Di ruang kerja, Cathesa duduk termenung, mendengar bisik-bisik dan tatapan sinis yang tak bisa ia abaikan.

“Kamu dengar? Katanya dia cuma cari perhatian bos.”

“Iya, yang bener juga, mana mungkin sekretaris sekeren itu dekat sama CEO dingin.”

“Hmm… aku nggak percaya deh, pasti ada maksud lain.”

Cathesa mencoba tegar, tapi hatinya mulai lelah.

Sementara itu, di ruang Nagendra, pria itu mengamati situasi dengan mata dinginnya. Namun, dalam hati ia merasa geram sekaligus penasaran.

“Dia yang kau benci, Adeline? Ini hanya bikin aku makin ingin tahu.”

Nagendra mulai menyusun rencana. Ia ingin mendekati Cathesa lagi, dan tentu saja, mencoba bibir itu sekali lagi.

“Kalau aku bisa membuat dia percaya, mungkin aku bisa lebih dari sekadar sekretaris,” pikirnya.

Di sisi lain, Adeline semakin gencar menyebar rumor, berharap Nagendra akan menjauh dari Cathesa.

Tapi yang terjadi justru sebaliknya.

Nagendra malah semakin fokus pada satu hal:

Bibir Cathesa.

Di ruangan Rey, Ravel, Ilham, dan Kenzo lagi ngumpul, ngobrol serius soal Nagendra.

“Gue yakin, Nagendra mulai suka sama Cathesa,” Rey buka pembicaraan.

“Iya, bro. Dari cara dia pandang, itu jelas beda,” Ravel menimpali.

“Apalagi dia sering banget mikirin bibir Cathesa, gila,” Ilham menambahkan sambil ketawa kecil.

“Nggak mungkin dong, dia itu dingin parah,” Kenzo malah agak skeptis.

Mereka memutuskan untuk langsung konfrontasi.

Mereka mendatangi Nagendra yang sedang sibuk di ruangannya.

“Bro, kita harus ngomong jujur nih,” Rey mulai dengan gaya santai, “Lo kan mulai jatuh hati sama Cathesa, ya?”

Nagendra menatap mereka dengan dingin dan tegas.

“Kalian salah paham. Itu cuma kerjaan. Jangan bawa-bawa perasaan yang nggak ada,” katanya datar.

“Aku nggak punya waktu buat drama macam itu.”

Rey dan teman-teman cuma bisa saling pandang, ragu.

Di sisi lain, rumor tentang kedekatan Cathesa dan Nagendra ternyata sampai juga ke telinga Nyonya Anneliese.

Di ruang keluarga rumah besar Alejandro, Nyonya Anneliese sedang berbicara dengan asisten pribadinya.

“Aku dengar kabar itu dari kantor,” ucapnya dengan nada dingin.

“Cathesa itu? Jangan-jangan dia sengaja mendekati Nagendra untuk sesuatu.”

Ia menatap tajam ke arah foto Nagendra di meja.

“Aku harus mengawasi mereka lebih ketat.”

Kembali ke kantor, Nagendra yang masih berusaha mengabaikan semua dugaan itu, diam-diam mulai merasa bingung dengan perasaannya sendiri.

“Kenapa semua orang seperti tahu sesuatu yang aku sendiri belum siap akui?”

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di rumah besar Alejandro, Nyonya Anneliese duduk di ruang tamu dengan wajah penuh kekhawatiran dan kemarahan yang tersimpan rapat.

“Dia harus tahu tempatnya,” gumam Nyonya Anneliese. “Cathesa bukan wanita yang pantas dekat dengan Nagendra. Aku tak akan biarkan itu terjadi.”

Asisten pribadinya mengangguk, “Nyonya, saya sudah perintahkan staf kantor untuk terus memantau gerak-gerik Cathesa.”

Sementara itu di kantor, Cathesa mulai merasakan tatapan sinis dari banyak rekan kerja. Bahkan beberapa komentar kasar membuatnya merasa terpojok.

Namun, ia berusaha kuat dan tidak membiarkan dirinya terpuruk.

“Aku sudah bekerja keras untuk ini. Aku tidak akan membiarkan mereka menghancurkanku.”

Nagendra, di sisi lain, mulai merasakan gelombang perasaan yang sulit ia kendalikan.

Setiap kali bertemu Cathesa, pikirannya selalu kacau.

“Kenapa dia bisa buatku merasa seperti ini? Aku yang biasanya dingin dan tak tersentuh…”

Suatu hari, saat di lift, Nagendra hampir saja tersandung karena pikirannya melayang ke bibir Cathesa.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di vila pribadi Ilham yang asri, Nagendra duduk santai bersama tiga sahabatnya: Ravel, Ilham, dan Kenzo. Udara malam yang sejuk membuat suasana jadi hangat meski pembicaraannya serius.

“Gue nggak nyangka, bro, perasaan gue bergejolak banget kalau deket sama Cathesa,” Nagendra mengaku dengan suara pelan.

“Biasanya gue dingin, cuek. Tapi sekarang? Susah fokus,” tambahnya.

Ravel langsung nyengir, “Lihat tuh, boss kita mulai mellow nih!”

Ilham menimpali, “Gue paham banget, bro. Gue juga pernah ngalamin.”

Kenzo cuma geleng-geleng kepala, “Kita harus bantu lo supaya nggak jadi bahan gosip di kantor.”

Sementara itu, di sisi lain kota, Cathesa sedang menikmati makan malam santai bersama Rey, sahabatnya sejak SMA. Mereka tertawa lepas, berbagi cerita, dan sesekali Rey mengabadikan momen dengan kamera ponselnya.

“Ini buat kenang-kenangan aja, Cath. Jangan lupa senyum!” kata Rey sambil mengambil foto.

Cathesa tersenyum manis, “Ya sudah, tapi jangan sampai tersebar ya.”

Rey cuma tertawa, “Santai, gue cuma upload di story doang.”

Tak disangka, malam itu Nagendra sedang scroll media sosial di ruang kerjanya dan tanpa sengaja melihat postingan story Cathesa yang sedang makan malam dengan Rey. Wajah Cathesa yang cerah dan ceria membuat Nagendra merasa panas dingin.

“Kenapa gue bisa merasa kayak gini? Kenapa bisa cemburu lihat dia senyum sama orang lain?” pikir Nagendra sambil menutup ponselnya dengan cepat.

Di ruang santai vila, Nagendra duduk sambil mengusap dagunya, wajahnya serius tapi ada sedikit keraguan.

“Ilham, gue butuh saran serius nih. Gue nggak paham gimana caranya mendekati seseorang yang gue suka,” kata Nagendra tanpa basa-basi.

Ilham tersenyum penuh percaya diri, “Wah, Ndra! Lo datang ke orang yang tepat nih. Gue kan casanova berpengalaman. Santai aja, gue kasih tips.”

Ravel dan Kenzo hanya menggeleng sambil tertawa kecil melihat Nagendra yang biasanya dingin jadi awkward.

Ilham melanjutkan, “Pertama, lo harus tunjukin perhatian tanpa terlihat desperate. Misalnya, sering tanya kabar, inget hal-hal kecil tentang dia, dan jangan lupa senyum, Ndra. Senyum itu senjata ampuh.”

Nagendra mengernyit, “Senyum? Gue? Itu bukan gue banget.”

Ilham tertawa, “Santai, lo coba aja. Kedua, lo harus bikin dia nyaman di sekitar lo. Jangan terlalu kaku. Coba ajak ngobrol ringan dulu.”

Ravel menimpali, “Dan jangan lupa, boss, jadi diri sendiri. Jangan pura-pura.”

Nagendra mengangguk pelan, “Oke, gue coba. Tapi kalo gagal?”

Kenzo menjawab santai, “Kalau gagal? Ya sudah, kita bikin lo jatuh cinta lagi.”

Semua tertawa, suasana jadi cair dan hangat.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Keesokan harinya di kantor, Nagendra berdiri di depan meja Cathesa, berusaha tampak santai tapi sebenarnya hatinya berdebar.

Dia ingat saran Ilham: “Tunjukkan perhatian, ajak ngobrol ringan, dan jangan lupa senyum.”

Nagendra menarik napas dalam, lalu berkata dengan suara sedikit canggung, “Cathesa, kamu… gimana hari ini? Sudah makan siang?”

Cathesa menoleh, sedikit terkejut dengan sikap bosnya yang berbeda, lalu tersenyum, “Sudah, Pak. Terima kasih sudah tanya.”

Nagendra mencoba tersenyum—yang ternyata malah terlihat seperti meringis.

Cathesa menahan tawa kecil, “Pak, senyumnya lucu.”

Nagendra jadi semakin gugup, “Iya… itu maksudnya senyum,” katanya sambil mengusap belakang kepala.

Rey yang kebetulan lewat, melihat adegan itu, hanya bisa tertawa kecil dan melirik tiga sahabat Nagendra yang juga sedang mengamati.

“Nagendra mulai belajar nih,” bisik Ilham.

Hari itu, suasana di kantor jadi lebih ringan. Meski awkward, tapi Cathesa mulai melihat sisi lain dari Nagendra yang selama ini dingin.

1
Rian Moontero
lanjuutt🤩🤸
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!