Mengisahkan Roberto, mantan seorang agen rahasia dengan kemampuan pencuri ulung, bergerak dengan diam-diam di dalam rumah besar yang megah dan terbengkalai untuk mencari beberapa barang berharga. Dengan mata yang tajam dan refleks yang cepat, ia dapat menghindari setiap perangkap dan jebakan dengan sangat mudah. Senjata andalannya, sebuah pisau lipat yang tajam, tersembunyi di dalam sakunya, siap digunakan kapan saja. Namun, misi kali ini tidak seperti biasanya. Ketika ia memasuki sebuah ruangan yang gelap, ia menemukan seorang anak perempuan berusia 6 tahun yang diikat dengan rantai di kakinya, mata yang besar dan takut memandang ke arahnya.
Apa yang akan dilakukan Roberto? Apakah ia akan menjalankan misi nya atau membantu anak itu? Dalam dunia yang penuh dengan bahaya dan ketidakpastian, Roberto harus membuat keputusan yang tepat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Noval, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 Rapat Tim Night: Rencana penyerangan bagian 2
Pintu ruangan rapat terbuka, dan seorang wanita muda dengan langkah yang anggun dan percaya diri memasuki ruangan. Rambut hitamnya yang panjang dan lurus tergerai di belakangnya, sementara kacamata yang dipakainya menambah kesan elegan pada wajahnya yang cantik serta kedua pedang disetiap sisinya menambahkan kesan yang berwibawa. Seketika semua mata langsung tertuju padanya, dan ruangan menjadi sunyi sejenak. Silvia memandang nya dengan campuran antara kesal dan kagum, sementara anggota tim lainnya memandang nya dengan rasa hormat dan takjub.
Silvia, sebagai pemimpin tim Night, langsung berdiri dan memandang wanita muda itu dengan serius. "Huh, bisakah kamu tidak selalu terlambat?" kata Silvia. Kemudian, Silvia mengenalkan wanita itu kepada Roberto dan yang lainnya, "Dia adalah Lucy, ahli penyerang kita, atau biasa disebut Night Blaze." kata Silvia dengan nada yang tegas.
Perkenalan ini membuat Lucy merasa sedikit tidak nyaman, tapi dia tidak menunjukkan ekspresi apa pun di wajahnya. Dia hanya memandang Silvia dengan serius, lalu memandang anggota tim Night lainnya dengan senyum lembut, sebelum akhirnya menjawab. "Maafkan aku, ketua." kata Night Blaze. "Aku terlambat karena Raven!... Dia sangat rewel..." wajahnya mulai terlihat kesal.
Silvia memandang Night Blaze dengan mata yang terkejut. "Raven? Apa yang terjadi dengannya?" tanya Silvia.
Night Blaze memandang Silvia dengan wajah yang masih kesal. "Ketika aku menyelamatkan nya yang sedang sekarat, dia malah mau pergi menemui Vincent untuk balas dendam, aku sudah berusaha untuk memberitahukan nya bahwa Vincent telah tiada tapi dia tetap tidak percaya" kata Night Blaze sambil mengangkat bahunya. "Itulah sebabnya aku harus menenangkannya dulu sebelum aku bisa datang ke sini."
Seluruh anggota saling memandang, kemudian Silvia berkata. "Sebenarnya Vincent masih hidup... Dia entah bagaimana berhasil selamat dari tragedi itu." kata Silvia. "Aku juga tidak heran jika Raven masih ingin balas dendam saat melihat nya."
Seketika ruangan menjadi sunyi sejenak, semua anggota tim Night diam dan ada yang sedikit tertawa dengan pengakuan Silvia. Night Blaze memandang Silvia dengan mata yang terbelalak. "Apa?! Vincent masih hidup?!" kata Night Blaze dengan suara yang keras.
Silvia memandang Night Blaze dengan senyuman profesional. "Ya, kami semua yang ada disini sedang membahas nya," kata Silvia.
Tiba-tiba, Ethan tidak bisa menahan tawanya lagi dan meledak dalam tawa. "puft...Hahaha, liat wajahnya itu!..." kata Ethan sambil tertawa.
Sonia juga tidak bisa menahan diri dan ikut tertawa. "Hei Ethan..... Jangan membuat nya malu seperti itu.." kata Sonia sambil tertawa.
Sonia menambahkan, "Tapi aku juga setuju dengan pendapat Ethan."
Night Blaze memandang teman-temannya dengan mata yang kesal. "Apa yang kalian berdua tertawakan?! Apa kalian ingin mati?...." kata Night Blaze dengan suara yang keras sambil menodongkan senjatanya.
Silvia memandang Night Blaze dengan serius, tapi tidak bisa menyembunyikan senyum di wajahnya. "Lucy turunkan senjatamu!.. Jangan membuat keributan disini." kata Silvia. "Huh... Dan kalian berdua! Jangan menertawakan nya begitu." Kata Silvia sambil memandang kearah Ethan dan Sonia.
Ethan menjawab "Maaf ketua, habisnya wajahnya lucu ketika kaget, kan kita jarang-jarang liat Lucy yang begitu."
Silvia menghela nafas dan kembali fokus "Huh... Baiklah mari kita kembali ke topik utama mengenai proyek Eclipse dan cara menyelamatkan Carla." kata Silvia dengan nada serius.
Ruangan menjadi lebih tenang setelah Silvia meminta Night Blaze untuk tidak membuat keributan. Night Blaze memandang Silvia dengan serius, lalu menurunkan senjatanya dan memfokuskan diri pada topik utama.
"Baiklah, karena ketua ketua yang meminta maka aku tidak akan membunuh kalian." kata Night Blaze. "Tapi aku masih kesal denganmu, Ethan!... Awas saja nanti...."
Ethan masih tersenyum, tapi memandang Night Blaze dengan serius. "ups.. Maafkan aku, Nona yang baik hati" kata Ethan dengan wajah yang mengejek.
Night Blaze memandang Ethan dengan mata yang tajam. "Jangan membuatku kesal, Ethan." kata Night Blaze. "Aku tidak akan segan untuk melawan mu!."
Sonia memandang Night Blaze dan Ethan dengan serius. "Sudahlah, Jangan membuat keributan disini" kata Sonia. "Dan kau juga Ethan, jangan menggoda nya terus."
Ethan memandang Sonia dengan santai. "Baiklah, aku tidak akan melakukannya lagi" kata Ethan. "Tapi aku tidak bisa menjamin bahwa aku tidak akan membuat lelucon tentangnya lagi."
Silvia memandang anggota tim Night dengan serius. "Sudahlah mari kita fokus pada rencana kita!..." kata Silvia. "Tapi sebelum itu bagaimana kondisi Raven, Lucy?" kata Silvia sambil memandang Lucy dengan serius.
Night Blaze memandang Silvia dengan serius. "Kondisinya masih tidak stabil," kata Night Blaze. "Akibat luka tusuk yang dalam, pendarahannya menjadi lebih parah dan membuatnya kehilangan banyak darah, tapi karena penanganan yang tepat kurasa sekarang dia sudah mulai membaik."
Silvia memandang Night Blaze dengan mata yang peduli. "Syukurlah, kita harus memastikan bahwa Raven akan segera pulih." kata Silvia.
Roberto memandang Night Blaze dengan serius. "Apa aku bisa menemuinya nanti?... Setidaknya aku ingin melihat Raven." tanya Roberto.
Night Blaze memandang Roberto dengan serius. "Aku tidak tahu apakah itu ide yang bagus, karena Raven masih dalam kondisi yang tidak stabil."
Silvia memandang Night Blaze dan Roberto dengan serius. "Aku pikir itu tidak masalah, lagipula saat ini yang dibutuhkan Raven adalah dukungan dari teman-temannya."
Night Blaze memandang Silvia dengan serius. "Baiklah, aku akan membawamu ke tempat Raven nanti." kata Night Blaze kepada Roberto. "Tapi pastikan kamu tidak membuat keributan oke."
Roberto memandang Night Blaze dengan serius. "Tenang saja aku akan berhati-hati." kata Roberto. "Aku hanya ingin melihat kondisinya dan memastikan bahwa dia baik-baik saja."
Silvia memandang anggota tim Night dengan serius. "Baiklah, sekarang mari kita bahas tentang rencana penyerangan ke Proyek Eclipse." kata Silvia. "Kemungkinan besar, kita akan bertemu dan bertarung dengan Light, jadi persiapkan diri kalian oke."
Silvia membuka tabletnya dan memandang anggota tim Night dengan serius. "Baiklah, sekarang saatnya kita membicarakan tentang rencana penyerangan ke Proyek Eclipse." kata Silvia, suaranya tegas dan percaya diri. "Kita akan membagi 4 tim penyerang untuk menghancurkan 4 lokasi utama mereka. Dengarkan baik-baik, karena aku tidak akan mengulanginya."
Tim pertama, Tim Alpha, akan dipimpin oleh Night Blaze (Lucy) dan akan menyerang lokasi utama mereka di gedung pusat, untuk koordinat lokasinya akan aku kirim ke masing-masing ketua tim." kata Silvia. "Untuk anggota tim ini adalah Night Eye (Julian) dan Night Blade (Sonia)."
Lucy memandang Silvia dengan serius. "Tenang saja ketua, aku akan melakukan yang terbaik." kata Night blaze.
"Tim kedua, Tim Bravo, akan dipimpin oleh Night Shadow (Ethan) dan akan menyerang lokasi utama mereka di laboratorium penelitian." kata Silvia. "Anggota tim ini adalah Night Stalker (Amelia), Night Byte (Lucas), dan Night Call (Maya)."
Ethan memandang Silvia dengan serius. "Siap ketua, aku jadi tidak sabar dengan pertarungan ini." kata Ethan.
"Tim ketiga, Tim Charlie, akan dipimpin oleh Night Mind (Rachel) dan akan menyerang lokasi utama mereka di gudang senjata." kata Silvia. "Anggota tim ini adalah Night Care (Sofia) dan Night Guardian (Alex)."
Rachel memandang Silvia dengan serius. "Roger." kata Rachel.
"Tim keempat, Tim Delta, akan dipimpin oleh aku sendiri dan akan menyerang lokasi utama mereka di markas besar." kata Silvia. "Anggota tim ini adalah Night Thief (Roberto) sebagai pendukung ku."
Silvia memandang anggota tim Night dengan serius. "Baiklah, sekarang mari kita mulai membuat rencana detail untuk setiap tim." kata Silvia. "Aku tidak ingin ada kesalahan dan kerugian di pihak kita, mengerti?."
Seluruh anggota rapat spontan menjawab "Kami mengerti, ketua."