NovelToon NovelToon
Aku Yang Tersisih

Aku Yang Tersisih

Status: tamat
Genre:One Night Stand / Selingkuh / Cerai / Cinta Paksa / Tamat
Popularitas:1.7M
Nilai: 4.7
Nama Author: Moena Elsa

Rania Putri Handono kaget saat matanya terbuka dan berada di ruangan asing dan mewah. Lebih kaget lagi, di sampingnya terbaring dengan laki-laki asing dalam kondisi masing-masing polos tak berbusana.
Tak lama, pintu kamar dibuka paksa dari luar. Mahendra, suami Rania mendekat dan menampar pipi putih hingga meninggalkan bekas kemerahan.
Kejadian yang begitu cepat membuat Rania bingung.
Apakah rumah tanggganya selamat atau hancur?
Simak aja kisah ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Papa Kembar

Mahendra menggerutu, karena saat ini dia tak membawa ban cadangan untuk mengganti.

"Sial...sial...kenapa gue bisa ceroboh urusan kecil begini" Mahendra menepuk-nepuk jidatnya sendiri.

"Lagian ban baru, kenapa bisa kempes sih?" Mahendra ngedumel bagai suara tawon di sarangnya.

"Gimana sayang?" teriak Riska dari dalam mobil.

"Kempes nih ban, aku nggak bawa cadangannya lagi" seru Mahendra.

Riska pun keluar.

"Gimana nih? Sudah malam lagi. Ini tempat kenapa sepi begini ya?" ujar Riska bermonolog.

"Ngeri aku yank" Riska menggandeng lengan Mahendra.

"Tunggu aja di dalam, coba aku hubungin bengkel langgananku" suruh Mahendra.

Bengkel langganan pun tak bisa dihubungi.

"Sialan...sialan...apes bener hari ini" Mahendra mengacak rambutnya kasar. Menggerutu karena keadaan.

Hampir tengah malam, Mahendra baru bisa menghubungi temannya untuk membawakan ban cadangan sebagai ganti.

Dini hari dia baru sampe rumah.

"Hah, akhirnya sampai rumah juga. Apalagi besok pagi harus nemuin dia. Bikin males aja" Mahendra masih saja menggerutu. Mengingat pertemuan besok.

Keusilan Beno memang receh, tapi aslinya bisa buat kesal orang yang dikerjain.

.

Beno duduk menyilangkan kaki di hadapan Dimas direktur anak cabang yang menyusul ke hotel pagi-pagi. Bahkan para anak buahnya satupun belum ada yang hadir.

"Bukankah agendanya jam delapan pagi tuan Dimas?" tanya Beno.

"I...i...iya tuan, saya mau minta maaf terlebih dahulu, karena kemarin saya tak bisa menyambut anda dan tuan Raditya" katanya seperti penjilat.

Dasar. Seneng banget naruh topeng di muka. Umpat Beno dalam hati.

"Sori tuan Dimas, karena agenda jam delapan sementara ini baru jam tujuh. Inipun masih kurang beberapa menit, aku mau mandi dulu" ujar Beno sambil beranjak.

Sejatinya Beno tadi turun hendak sarapan di resto hotel. Karena ingin cuci mata, melihat yang bening-bening. Tapi keduluan ketangkep sama Dimas yang menghampirinya.

Selera makan Beno langsung saja menurun drastis.

Beno meninggalkan begitu saja Dimas yang terpaku di tempat dan melenggang ke arah lift.

"Salah sendiri datang kepagian" ujar Beno saat pintu lift terbuka.

Sementara Raditya di kamarnya mempunyai hobi baru, mengamati layar ponsel yang melihatkan kondisi kamar rawat Rania dan kedua bayinya.

"Imutnya mereka" gumam Raditya.

Sebuah gedoran pintu mengagetkan Raditya yang berada di presidential suit itu.

"Hotel macam apaan ini ngebiarin gangguan privasi pagi-pagi gini" umpat Raditya.

Raditya beranjak karena orang yang menggedor semakin nekad.

"Pasti Beno" kata Raditya menebak.

Dan Beno main masuk aja saat Raditya membukakan pintu.

"Sialan, pagi-pagi gangguin orang aja" gerutu Raditya.

Beno yang sedang badmood ngebiarin aja Raditya ngomel tak berujung. Kalau biasanya Beno yang nyerocos tanpa titik koma, sekarang malah diam saja.

"Heh, kesambet setan lift loe?????" tanya Raditya yang melihat Beno tidak merespon.

Melihat Beno yang masib diam, dan malah membaringkan badan di sofa membuat Raditya tak tinggal diam.

Raditya tiup ubun-ubun Beno sambil komat kamit baca mantra (seperti lagu mbah dukun aja...he...he...).

"Issshhhhh apaan sih? Emang aku kesurupan? Asal perlu kau tahu bos, setan tuh takut masuk tubuh gue" ujar Beno.

"Lagak loe Beno" olok Raditya.

"Ngapain loe kesini? Gangguin gue aja" lanjut Raditya.

"Cieee...yang punya hobi baru. Pasti lagi mantengin ruang vvip sama bayi kembar kan?" ledek Beno yang sudah kembali ke gaya lama.

"Itu ilegal loh bos, ambil gambar sembunyi-sembunyi. Tapi kalau nanti Rania ganti baju, bilang gue ya...." kata Beno ngasal.

Sebuah box tisu dekat Raditya pun melayang dengan indah ke muka Beno.

"Sialan" tukas Beno menimpali.

"Apa yang buat loe ke sini pagi-pagi?" tanya ulang Raditya.

"Ingin kasih tahu aja kalau direktur kamu sudah nungguin di lobi" terang Beno memberi tahu.

"Dimas?" sahut Raditya. Beno mengangguk.

"Jam delapan kan kamu buat scedulenya?" tanya Raditya.

"Iya. Dan tak berubah" tegas Beno.

"Ya udah, kita turun jam delapan. Sudah balik sana ke kamar loe" suruh Raditya sementara tangannya meraih gagang telpon untuk menghubungi layanan kamar. Raditya ingin sarapan di kamar saja.

"Eh, gue ikutan dong sarapan di sini" ulas Beno.

"Sori ya, pesen sana lewat kamar kamu" Raditya menarik tubuh Beno yang masih malas-malasan di kursi untuk segera keluar.

"Dasar bos pelit" olok Beno saat dirinya melangkah keluar kamar.

.

Di kamar Rania, Rania sedang berbincang serius dengan bu Marmi.

"Bu, aku minta tolong sekali lagi. Maaf merepotkan" ujar Rania.

"Rania, kamu itu sudah ibu anggep anak sendiri. Jangan pernah bilang seperti itu lagi ya" harap bu Marmi.

Rania menyerahkan sebuah buku tabungan yang selalu dia bawa kemana-mana saat hamil tua ini. Memang persiapan kalau sewaktu-waktu dia melahirkan.

"Apa nggak sebaiknya memakai ATM saja Rania?" usul bu Marmi.

"Nanti kurang bu? Buat biaya Chiko" tukas Rania.

"Kalau kurang kan ada papa nya. Ini sudah untung lho kamu ikut bantuin. Meski Chiko tetep menjadi tanggung jawab kamu. Tapi kan tanggung jawab sepenuhnya masih ada pada mantan suami kamu Rania" ulas bu Marmi biar Rania sadar, agar tidak selalu dimanfaatkan kebaikannya oleh Mahendra.

"Apa begitu aja ya bu?" sela Tania.

"Kalau menurut ibu sih sebaiknya begitu" ujar bu Marmi menanggapi.

Terdengar ketukan pintu kamar rawat.

"Bu, kalau itu Mahendra usir aja dia" pinta Rania.

Bu Marmi mengangguk, mengiyakan permintaan Rania.

Saat dibuka, ternyata kedua bayi kembar lah yang diantar ke kamar.

"Pagi bu, dengan nyonya Rania" sapa perawat bayi dengan sopan sambil mendorong inkubator tempat kembar berada.

"Iya sus, dia ada di dalam" terang bu Marmi. Dan dilihat oleh bu Marmi dua pengawal sekarang telah bertambah menjadi empat.

"Ada-ada saja tuan Beno ini" gumam Bu Marmi tanpa menyapa keempatnya.

Rania menyambut hangat kedua putra mungilnya.

"Kondisi telah membaik nyonya, maka oleh dokter diperbolehkan untuk dibawa ke sini" terang sang perawat.

"Makasih suster" balas Rania.

"Untung saja papa nya telaten sekali. Bahkan kemarin juga datang ke ruang bayi seperti yang disarankan dokter untuk lebih sering melakukan kontak fisik dengan keduanya. Sepertinya itu ampuh sekali buat perkembangan keduanya nyonya" terang perawat itu panjang lebar.

"Oh ya, dokter tadi juga menyarankan untuk menambah frekuensi skin to skin contact. Kalau anda belum fit benar bisa diwakili oleh papa kembar" lanjutnya.

"Baiklah nyonya, karena sudah tak ada yang perlu saya sampaikan lagi. Saya undur diri. Jika butuh bantuan silahkan tekan tombol merah di samping ranjang anda. Makasih" perawat itu keluar ruangan Rania meninggalkan sejuta tanya di benaknya. Papa kembar? Tanya Rania dalam benak.

Sedetik kemudian arah pandangan Rania berbelok ke arah bu Marmi, seakan butuh jawaban.

"Aku pergi dulu ke anjungan tunai depan rumah sakit. Kalau perlu sesuatu panggil aja perawat" saran bu Marmi. Bu Marmi buru-buru keluar, daripada menghadapi tatapan Rania.

Rania menatap kedua putra kembar untuk pertama kali yang sedang menggeliat.

"Mungilnya mereka" gumam Rania gemas.

Sesungging senyum terlihat di bibir Rania. Senyum yang akhir-akhir ini dilupakan oleh Rania.

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

To be continued

1
Helen Nirawan
kan bener kerjaan kucing garong piaraan laki ny yg gratisan gk tau diri , najis lu , makan tuh laki biar kenyang ,
Helen Nirawan
plg jg kerjaan laki ny kan krn laki ny py pacar gelap , trus cari alasan d spy bs cerai in bini , preeettt
Winny Anpooh
Luar biasa
Mamah
Riska bukan nya tobat
Mamah
si Riska udah penyakitan Lom sadar juga
Mamah
Raditya tertembak ko bisa?
Mamah
rusak udah kamu Riska
Mamah
hebat Rania kembar lagi
Mamah
berbuat maksiat yg tak berkesudahan
Mamah
gregetan sama ngidam nya Rania
Mamah
nyusahin amat Rania..
aku dulu ngidam gak gitu amat
Mamah
semoga Andah dan Mahendra ketangkep
Mamah
tambah seru aja
Mamah
semangat othor
Mamah
author bikin cerita nya keren
Mamah
dasar keluarga edan
Mamah
Raditya punya kartu AS buat jatuhin Rahardian
Mamah: suka aku di like balik sama othor
total 1 replies
Mamah
dokter kok attitude nya kurang
Mamah
oknum dokter tuh si Andah
Mamah
Raditya gabisa nahan amat kan ada ortunya dasar
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!