Rania adalah gadis cantik berusia dua puluh tahun, yang lari dari rumah menghindari perjodohan orangtuanya.
Tanpa sengaja bertemu dengan Tomi Rahardian Putra pria tampan yang sengaja dia copet. Sayangnya Tomi dapat menemukan identitas nya dan memaksa Rania bekerja padanya, jika tidak mau di laporkan kepada polisi.
Bagaimana mereka. Akankah cinta hadir di hati Tomi yang susah lama menjomblo??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mamie kembar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kiss
"Makanlah.." ucap Tomi setelah semua makanan terhidang dihadapan mereka berdua.
"Maaf, Pak. Tapi saya tidak lapar." jawab Rania.
Jawaban Rania menyulut kembali emosi Tomi.
"Kenapa?? Apa makanan yang dibawakan oleh Dimas lebih lezat, dan lebih nikmat sehingga kau lebih menyukai nya, hah?" bentak Tomi.
Rania yang sudah lelah wmnangis malas meladeni Tomi. Dia memilih diam dan membiarkan Tomi dengan pemikirannya sendiri.
terserah dia mau menilai ku apa, aku capek.
Namun ternyata Rania salah, diamnya dirinya bukan memadamkan amarah yang berkobar di dalam jiwa Tomi malah membuatnya semakin besar.
"Apa yang diberikan Dimas, hingga kau lebih memilih dia daripada aku? Aku tahu kalian sering jalan berdua. Tapi kau dengan sok jual mahal kepadaku. Berapa dia membayar mu???"
Plaaaak....
Rania menampar keras pipi Tomi hingga memerah. Nafas Rania naik turun menahan emosi di dalam dadanya. Hari ini sudah dua kali Tomi menghina nya.
Tomi seumur hidup belum pernah ditampar, apalagi ini seorang wanita yang menamparnya. Wajahnya memerah karena marah. Tatapan matanya tajam menusuk, dengan gerakan cepat dia menarik tengkuk Rania dan memaksa mencium bibirnya.
Bibir tebal Tomi sukses mendarat di bibir mungil Rania. Membuat Rania membelalakkan matanya. Dengan kasar Tomi menggigit dan ******* bibir Rania.
Rania tidak tinggal diam, dia melakukan perlawanan sekuat tenaganya dengan mendorong, dan memukul dada Tomi, namun Tomi tidak menghiraukannya. Tomi tetap melakukan aksinya. Hingga akhirnya dia melepaskan ciumannya.
Plaaaak....
lagi lagi Rania menampar Tomi dengan kuat dan Tomi kembali menciumnya dengan kasar. Walau Rania terus meronta.
Rania mendorong Tomi setelah Tomi mengakhiri ciumannya, dan berlari keluar sambil menangis. Tinggal Tomi sendiri duduk terdiam dan menyesali perbuatannya. Seolah tersadar dengan apa yang baru saja terjadi.
Apa yang telah aku lakukan, mengapa aku bisa melakukannya??? aku sama brengseknya dengan preman malam itu. Dan tatapan mata itu, tatapan yang sama, tatapan seseorang yang membutuhkan pertolongan. Aku brengsek....bathin Tomi.
Tomi sendiri tidak tahu mengapa dia melakukan itu. Seumur hidupnya dia tidak pernah memaksa wanita. Selama ini para gadis gadis lah yang mendekatinya dan selalu mencari perhatiannya. Bahkan lebih dulu menggodanya hingga dia merasa jijik.
Tapi sikap Rania yang seolah tidak tertarik padanya, membuat Tomi penasaran. Dan tadi dia tersulut emosi saat Rania menolak pemberiannya. Padahal jelas jelas Rania menerima makanan yang di bawakan oleh Dimas. Rania bisa akrab berbicara dan ngobrol dengan Dimas, tapi selalu ketus pada nya. Apa kurangnya dia di bandingkan Dimas?"
Tomi meremas rambutnya dengan kasar meluapkan kekesalannya. Setelah lama duduk dan berpikir, Tomi bangkit dan keluar dari ruangan tersebut, membayar tagihan dan pulang ke apartemen nya. Tampangnya juga terlihat acak acakan.
Sementara Rania yang berlari keluar ruangan, memilih naik angkot menuju taman kota. langkahnya terhenti di sebuah bangku panjang di taman. Memilih duduk dan bersandar.
Airmatanya kembali menetes mengingat perlakuan kasar Tomi padanya. Kenapa Tomi memperlakukannya seperti seorang *******. Mengusap bibirnya menghilangkan bekas ciuman tomi. Namun rasanya tak mau hilang. Rania terus menangis sendiri disana menumpahkan segala kekesalannya.
*Mama....Rania butuh mama...Ma....Rania rindu mama.
Hingga malam menjelang Rania masih duduk diam disana. Sesekali dia masih menangis dan mengusap bibirnya kasar. Hingga bibirnya terasa perih.
Diliriknya jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, Rania bangkit dan berjalan pulang ke kostnya.
Sampai di rumah, dia mandi dan mengganti pakaiannya, lalu tidur. Mengubur peristiwa buruk yang terjadi hari ini. dan menyambut esok yang lebih baik.
aku harus melupakan ini semua. Aku harus bisa
Tomi mencoba memejamkan matanya, namun bayangan insiden di restoran tadi menghantuinya. Dia tidak bisa menghilangkan tatapan mata memohon Rania. Tomi memegang bibirnya sendiri tanpa sadar, senyum tipis tersungging di bibirnya. Bibir yang manis, gumannya.
Bukan kali pertama dia berciuman namun bibir Rania membuatnya ingin mencium nya lagi, dan lagi.
Akhirnya Tomi pun tertidur, dia berharap semoga pagi segera menjelang dan dia bisa menemui Rania untuk meminta maaf.