NovelToon NovelToon
HUJAN DI REL KERETA

HUJAN DI REL KERETA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Romantis
Popularitas:971
Nilai: 5
Nama Author: Toekidjo

Hujan..
Semua pasti pernah mengalaminya..

Ada banyak cerita dibalik hujan, ada cerita bahagia dan tidak sedikit juga yang menggambarkan hujan sebagai cerita sedih..


Hujan..
Yang pasti adalah sesuatu yang menyebalkan..


Tapi arti sesungguhnya dari hujan adalah anugerah TUHAN


HUJAN DI REL KERETA ini adalah sebagian kecil cerita dari yang terjadi dibalik hujan..


Hujan yang awalnya membawa bahagia…
Tapi hujan juga yang merenggut kebahagiaan itu..

Akankah hujan mengembalikan kebahagiaan yang pernah direnggutnya?


Sebuah kisah sederhana, berlatar belakang di sebuah desa terpencil, dengan kehidupan pedesaan pada umumnya.


Semoga bisa menambah pengalaman membaca dan menemani waktu teman-teman semua.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Toekidjo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hujan Di Rel Kereta

Langit pagi itu hitam pekat, dan beberapa kali terdengar geluduk yang sahut-menyahut.

Air hujan sepertinya masih tertahan pada awan hitam diatas langit yang terbawa angin perlahan.

Terlihat Eris dan Fatia berjalan bergandengan tangan, dijalan utama desa yang masih berbatu.

“Kamu tadi ngapain dibelakang, aku ketok-ketok pintu gak dibuka-buka” ucap Fatia

“Sabtu gini biasanya aku cuci baju di pemandian, tapi karena cuaca gini aku urungkan. Rencananya mau nyuci dirumah aja, nunggu air hujan turun. Tadi dibelakang lagi nyiapin bak buat tadah air” jawab Eris

“Aturan baju kotornya dibawa aja, aku cuci dirumah air banyak” ucap Fatia

“Mahal biayanya, mas kawin beserta seserahan dan setumpuk daftar anggaran biaya pernikahan” jawab Eris menggoda

“Kamu ih… “ ucap Fatia sambil mencubit pinggang Eris

Sesampainya di rel kereta tiba-tiba hujan mulai turun, dan langsung deras.

Membuat kedua insan itu tidak sempat meneduh dan hanya mencoba menutupi kepala dengan kedua telapak tangan.

“Sepertinya payung yang aku bawa tertinggal di rumahmu” ucap Fatia

“Sudah terlambat” jawab Eris

Eris berdiri diatas rel kereta didepan Fatia dalam posisi merentangkan tangan dan menengadahkan wajah ke langit, membiarkan air hujan membasahinya.

“Fatia I LOVE YOU” ….. DUAARRRRRR…. 

terdengar suara guntur menggelegar dikejauhan saat Eris mengucapkan kata-kata tersebut.

Membuat mereka berdua kaget, dan spontan menutup telinga.

HAHAHAHA, setelah suara guntur itu hilang Eris tertawa

“Lihatlah, langit merestui kita. tidak akan ada lagi yang bisa menjadi penghalang untuk kita melangkah bersama” Eris berkata dengan gaya dan nada bak pemain opera, berdiri diatas besi rel kereta kemudian berpindah ke sisi lainya. kedua tanganya direntangkan dengan wajah menghadap ke langit

“Hai Fatia, cucu Hawa.. 

kenapa kau masih terdiam mematung disana. 

Tidakkah ingin kau sambut uluran tangan dari cucu Adam yang begitu mempesona. Sudah lupa kah dirimu dari tulang rusuknya Kamu ada” 

Eris memutar badanya dengan tetap merentangkan kedua tanganya, berpindah dari satu sisi ke sisi lainya. seolah menari atau memang sedang menari dibawah derasnya guyuran air hujan diatas rel kereta.

Masih dalam posisi yang sama gerakan Eris mendekat ke hadapan Fatia, kemudian badannya membungkuk, wajahnya menatap Fatia, tangan kananya maju kedepan seakan sedang meminta

“Tuan putri menari lah bersamaku” ucap Eris dengan tersenyum

Fatia yang sedari tadi diam mematung, seolah terhipnotis dengan apa yang Eris lakukan.

Menerima uluran tangan Eris dengan tersenyum, Fatia mulai menggerakan kakinya.

Awalnya malu, awalnya ragu, tapi detik berikutnya semua begitu lepas. Gerakan mulai lincah, tariannya semakin indah.

Fatia memutar-mutar badanya kekanan dan ke kiri, tanganya direntangkan bak penari balet diatas pentas. Memutar-memutar, berlari kedepan dan berlari kebelakang.

Rambutnya yang basah berkibar, gaun berkibar saat dia memutar badan memperlihatkan kakinya yang jenjang putih mulus tidak bernoda.

Eris hanya berdiri disana, kedua tangan bertepuk mengikuti irama seolah memberi ketukan nada

Hujan masih mengguyur begitu derasnya, diakhir gerakan Fatia mengalungkan kedua tanganya dileher Eris dan memutar badanya seakan mau terjatuh, Eris menangkapnya dan itulah pose akhir dari tarian tersebut.

Dengan nafas terengah-engah keduanya berdiri berhadapan, kedua mata saling menatap, kedua tangan Eris memegangi kedua pipi Fatia, wajah mereka semakin mendekat, kedua bibir bertemu, lepas dan bertemu lagi.

Hujan masih saja turun dengan derasnya

“Fatia..” ucap Eris lirih

“Hemm” jawab Fatia

“Aku ingat, ditempat ini dulu aku pernah berjanji pada diriku sendiri” ucap Eris

“Berjanji apa?” tanya Fatia 

“berbalik lah” ucap Eris, sambil memutar posisi tubuh Fatia menghadapi arah lain. Kemudian Eris mendekapnya dari belakang

“Lihat lah” ucap Eris

“Kenapa aku tidak menyadarinya, padahal sedari tadi aku disini” ucap Fatia

Fatia sekali lagi dibuat terharu, dihadapanya pemandangan yang sungguh memanjakan mata. Bak lukisan yang terpajang digallery pameran.

Rel kereta sejauh mata memandang menyisakan sebuah titik diujung sana, kanan kiri pepohonan yang tampak bagai dinding kokoh memanjang.

Tetesan air air hujan dari atas langit sebagai penyempurna layaknya live wallpaper.

“Apakah kita bisa berjalan kesana?” Tanya Fatia

“Bisa, tapi dalam kondisi seperti ini sebelum sampai disana kita berdua pasti sudah kedinginan” jawab Eris sembari mempererat dekapannya

Fatia hanya mengelus rambut Eris kemudian tersenyum

“Aku ingat sekarang, aku berjanji ditempat ini disaat akan bertemu denganmu untuk pertama kalinya” ucap Eris

“Sabtu kemarin?” Tanya Fatia 

“Iya, doaku terkabulkan. Dihari itu juga aku dipertemukan seorang kekasih” jawab Eris

“Seyakin itu kamu saat kita pertama kali bertemu” tanya Fatia 

“Iya, aku belum pernah merasakan perasaan seperti itu ke cewek lain” jawab Eris

“Gombal..” ucap Fatia sambil mencubit hidung Eris 

“Aku harus berterima kasih ke tempat ini” ucap Eris 

“Gimana caranya?” Tanya Fatia yang sebenarnya tidak tau apa yang Eris maksudkan

“Aku akan menjadikan tempat ini, sebagai sampul kisah perjalanan kita” ucap Eris

“Kamu bisa aja” jawab Fatia manja

Eris melepas dekapannya, kemudian berdiri disamping Fatia dengan menghadap rel kereta, 

“Ayo aku antar kamu pulang, pasti ayah kamu sudah menunggu” ucap Eris

Fatia hanya mengangguk, kemudian mereka berjalan bergandengan tangan, sesekali masing-masing mencoba berjalan di sisi rel kereta, tertawa bercanda, berlari-lari kecil, berjalan sembari menjaga keseimbangan badan.

...****************...

Hujan masih turun dengan derasnya, terlihat air menggenang diarea halaman.

Tampak ayah Fatia dengan payung lebar di tangan kiri dan tangan kanan nya sedang membersihkan gorong-gorong dari sampah yang menyumbat. 

“Kenapa paman, gorong-gorong nya mampet” Eris bertanya

“iya sepertinya tersumbat sesuatu” jawab ayah Fatia sambil menatap mereka berdua dalam kondisi basah kuyup

“kalian berdua ini, uda gede apa ndak malu dilihat orang main hujan-hujanan” tanya ayah Fatia

“Tidak apa-apa ayah, kapan lagi Fatia bisa begini” jawab Fatia sambil berlari-lari di halaman rumahnya yang penuh air

Ayah Fatia hanya menggeleng-gelengkan kepala. Sedangkan Eris tidak ada ekspresi apapun sepertinya Eris tidak melihat tingkah Fatia itu.

Karena Eris sedang fokus mengamati arah sumber mampet gorong-gorong nya.

“Tunggu sebentar paman, sepertinya saya sudah dapat ide” ucap Eris sambil berlalu pergi mencari sesuatu

Setelah Eris kembali membawa bambu sepanjang empat meter, sebesar lengan

Eris berjalan ke arah ujung gorong-gorong kemudian memasukan bambu yang dia bawa dari arah bawah sampai semua bambu masuk.

Dan terlihat Eris  menggerakan bambunya tersebut maju dan mundur terus diulangi lagi sampai beberapa kali.

Akhirnya air mengalir dengan lancar, 

“Yahh, air dihalaman kok surut” ucap Fatia tampak kesal

“Sudah, ayo masuk kerumah ganti baju, itu bibirmu uda biru gitu” ucap ayahnya Fatia

“Eris mana yah, “ tanya Fatia sambil tengok kanan-kiri

“Lagi balikin bambu, kebelakang sono” jawab ayah Fatia sambil menunjuk ke arah belakang rumah.

“Eris, ayo duduk dulu aku akan membuatkan minuman hangat' Teriak Fatia saat melihat Eris mulai terlihat berjalan dari arah belakang rumah

Sesampainya didepan teras, Eris yang mulai nampak kedinginan, sembari menyilangkan kedua tangan didada

“Sepertinya aku langsung pulang saja, mumpung hujan masih deras aku harus melanjutkan mencuci baju” jawab Eris kearah Fatia yang berdiri diteras

“Baiklah kalau begitu, nanti malam kamu harus datang kesini. Ini malam minggu pertama kita” ucap Fatia dengan tersenyum malu

“Iya, aku akan datang” jawab Eris

“Paman, saya pulang dulu” ucap Eris berpamitan kepada ayah Fatia

“Iya, nak terima kasih atas bantuannya” jawab ayah Fatia yang sedang duduk di kursi teras.

“Baik, paman” jawab Eris sambil melangkah pergi

1
Astarestya
/Sob/
Astarestya
/Smile/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!