Di Klan Xiao, nama Xiao Chen adalah sinonim dari kegagalan. Pernah menjadi jenius, kultivasinya tertahan di Lapisan ke-3 Ranah Kondensasi Qi selama empat tahun. Dia menjadi aib, dihina oleh sepupunya, Xiao Long (seorang jenius di Lapisan ke-14), dan pertunangannya dengan Su Qingyue (seorang ahli muda di Ranah Pembangunan Fondasi) dibatalkan secara publik.
Di ambang keputusasaan, dia membangkitkan roh Kaisar Alkemis kuno, Yao Huang, dan mempelajari kebenaran tentang fisiknya yang legendaris. Dibimbing oleh Yao Huang, Xiao Chen bangkit dari keterpurukan. Perjalanannya membawanya ke dalam konflik dengan faksi-faksi kuat, membentuk aliansi tak terduga dengan Lin Zihan dari Paviliun Harta Karun, dan akhirnya menaklukkan panggung yang lebih besar.
Setelah melalui berbagai pertarungan hidup dan mati, dari arena turnamen hingga belantara liar Pegunungan Binatang Jatuh, Xiao Chen terus menempa dirinya. Dia tidak hanya mengandalkan kekuatan, tetapi juga kecerdasan dan keterampilan alkimia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24: Panggung Tiga Kota
Pagi hari di Kota Batu Hitam terasa berbeda. Udara dipenuhi oleh energi yang berderak, sebuah antisipasi kolektif dari puluhan ribu penonton yang membanjiri Arena Pusat kota. Arena ini setidaknya lima kali lebih besar dari arena di Klan Xiao, sebuah koloseum batu raksasa yang mampu menampung seluruh populasi Kota Awan Tersembunyi.
Di platform kehormatan, Tuan Kota Batu Hitam memberikan pidato pembukaan yang berapi-api. Di bawahnya, di area yang telah ditentukan, tiga perwakilan duduk dengan tegang. Klan Xiao dengan jubah biru mereka yang tenang, Klan Wang dengan jubah kuning tanah mereka yang kokoh, dan Klan Lie, yang jubah merah apinya tampak paling mencolok dan agresif.
Aturan diumumkan. Sembilan peserta—tiga dari setiap klan—akan bertarung dalam sistem poin. Setiap kemenangan memberikan satu poin bagi klan. Klan dengan total poin terbanyak di akhir akan dinyatakan sebagai juara dan berhak mengelola Tambang Besi Roh di perbatasan tiga kota selama tiga tahun penuh—sebuah hadiah yang sangat besar.
Undian untuk pertandingan pertama pun dilakukan.
"Pertandingan pertama!" suara wasit menggema. "Dari Klan Lie, Lie Huo! Melawan... dari Klan Wang, Wang Tao!"
Sorak-sorai membahana saat Lie Huo melompat ke atas panggung. Dia menyeringai pada penonton, menyerap energi mereka. Lawannya, murid nomor dua Klan Wang, naik ke panggung dengan ekspresi waspada.
"Mulai!"
Lie Huo tidak membuang waktu. Dengan raungan buas, seluruh tubuhnya seolah terbakar oleh lapisan Qi berwarna merah. Dia menggunakan Teknik Tinju Api Ganas. Setiap pukulannya melepaskan gelombang panas yang membuat udara di panggung bergetar. Wang Tao, yang menggunakan teknik pertahanan elemen tanah, berusaha keras untuk menahan serangan gencar itu.
Namun, keganasan Lie Huo berada di level yang berbeda. Setelah sepuluh gerakan, dia menemukan celah dan mendaratkan sebuah pukulan telak di dada Wang Tao. Tidak berhenti di situ, saat lawannya sudah jelas kalah, dia dengan kejam menambahkan satu tendangan lagi yang mematahkan lengan Wang Tao.
"Pemenang, Lie Huo!"
Lie Huo meludahi lawannya yang terkapar sebelum mengangkat tangannya dalam kemenangan, memicu sorakan dan jeritan dari para pendukungnya. Dia telah mengirimkan pesan yang jelas: dia datang bukan hanya untuk menang, tetapi untuk menghancurkan.
Pertandingan berlanjut. Giliran pertama Klan Xiao adalah Xiao Yanli. Dia bertarung dengan gagah berani melawan murid nomor tiga Klan Lie, tetapi setelah pertarungan yang panjang dan sengit, dia akhirnya kalah tipis. Tekanan kini ada pada dua pria di timnya.
Selanjutnya, Xiao Long naik ke panggung. Lawannya adalah murid nomor tiga Klan Wang. Mata Xiao Long dingin dan kosong, amarah yang terpendam dari kekalahannya sebelumnya kini tersalurkan ke dalam pedangnya. Dia tidak lagi bertarung dengan gaya yang angkuh dan pamer, melainkan dengan efisiensi yang mematikan. Setiap tebasannya terukur dan berbahaya. Dalam waktu kurang dari lima menit, dia berhasil mengamankan kemenangan pertama untuk Klan Xiao. Setelah menang, dia memberikan tatapan dingin ke arah Lie Huo, sebuah tantangan tanpa kata.
Akhirnya, nama yang paling membuat penasaran para penonton dipanggil. "Selanjutnya! Dari Klan Xiao, Xiao Chen! Melawan... dari Klan Lie, Lie Feng!"
Seluruh arena bergemuruh. Inilah "tikus selokan" yang kemarin diejek oleh Lie Huo. Lie Feng, adik sepupu Lie Huo dan jenius nomor dua Klan Lie, melompat ke panggung dengan senyum kejam.
"Aku akan membuatmu menyesal telah menyinggung Kakakku, tikus!" desis Lie Feng saat mereka berhadapan.
Xiao Chen hanya menatapnya dengan tenang. "Terlalu banyak bicara."
"Mati kau!"
Lie Feng meledak dalam amukan api, sama seperti sepupunya. Dia melepaskan beberapa bola api ke arah Xiao Chen. Panggung batu itu langsung menghangat.
Xiao Chen tidak menghindar. Dia hanya berjalan maju, menembus rentetan bola api itu. Sebuah lapisan tipis Qi Kekacauan yang nyaris tak terlihat menyelimuti tubuhnya, menetralkan panas dan kekuatan ledakan dari bola-bola api itu saat bersentuhan.
Lie Feng terperangah. Dia tidak menyangka serangannya akan semudah itu diabaikan.
Sebelum dia sempat bereaksi, Xiao Chen sudah berada di hadapannya. Dia tidak menggunakan gerakan yang rumit. Dia tidak diselimuti oleh api atau angin. Dia hanya melayangkan sebuah telapak tangan.
Telapak tangan itu tampak lambat, tetapi Lie Feng merasa seolah-olah seluruh dunia menekannya, mengunci setiap gerakannya. Dia mencoba mengangkat tangannya untuk memblok, tetapi sudah terlambat.
PLAK!
Telapak tangan Xiao Chen mendarat dengan telak di dada Lie Feng. Tidak ada ledakan besar. Tapi Lie Feng merasa seolah-olah ditabrak oleh seekor binatang buas purba. Kekuatan yang berat dan tak tertahankan menembus pertahanan Qi-nya, menghancurkan meridiannya, dan mengirimnya terbang keluar dari panggung seperti karung pasir. Dia mendarat dengan keras, memuntahkan darah, dan langsung pingsan.
Kemenangan itu begitu cepat, begitu bersih, dan begitu dominan hingga membuat seluruh arena terdiam.
Di area Klan Lie, Lie Huo yang tadinya duduk santai, kini berdiri tegak. Senyum di wajahnya telah lenyap, digantikan oleh ekspresi gelap dan niat membunuh yang pekat. Dia mengepalkan tinjunya begitu erat hingga buku-buku jarinya bergemeletuk.
Di sisi lain, di area Klan Wang, jenius nomor satu mereka yang selama ini tenang dan memejamkan mata, Wang Chen, perlahan membuka matanya. Dia menatap Xiao Chen yang berdiri di panggung dengan tatapan tajam dan penuh perhitungan untuk pertama kalinya.
Wasit, yang sedikit tergagap karena terkejut, akhirnya mengumumkan, "Pe-pemenang, Xiao Chen!"
Xiao Chen berdiri di panggung dengan ekspresi tidak berubah. Dia melirik ke arah Lie Huo, tatapan mereka bertemu di udara. Satu membara dengan amarah yang meledak-ledak, yang lain setenang es di dasar jurang.