NovelToon NovelToon
Pewaris Dewa Perang

Pewaris Dewa Perang

Status: sedang berlangsung
Genre:Kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:9.6k
Nilai: 5
Nama Author: Junot Slengean Scd

Langit di atas Lembah Seribu Pedang selalu berkabut, seolah-olah para roh pedang zaman kuno sengaja menutupinya dari mata dunia luar. Di balik kabut itu, terdapat sebuah lembah yang luas, terjal, dan dipenuhi bangunan megah terbuat dari batu hitam. Di puncak-puncak tebingnya, ratusan pedang kuno tertancap, bersinar samar seperti bintang yang tertidur. Konon, setiap pedang telah menyaksikan darah dan kemenangan yang tak terhitung jumlahnya sepanjang ribuan tahun sejarah klan ini.

Di tempat inilah, klan terbesar dalam benua Timur, Klan Lembah Seribu Pedang, berdiri tegak sebagai simbol kekuatan, kejayaan, dan ketakutan.

Klan ini memiliki struktur kekuasaan yang ketat:

Murid luar, ribuan pemula yang menghabiskan waktunya untuk latihan dasar.

Murid dalam, mereka yang telah membuktikan bakat serta disiplin.

Murid senior, para ahli pedang yang menjadi pilar kekuatan klan.

Murid elit, generasi terpilih yang berhak memegang pedang roh dan mempelajari teknik pamungkas.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Junot Slengean Scd, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab.15 Xio Lun VS Patriak Hong Ju

Kematian ketiga tetua Klan Tengkorak Merah — Shi Long, Shi Zen, dan Shi Bao — membuat suasana alun-alun berubah total. Kebanggaan klan itu hancur hanya dalam hitungan napas. Tiga tetua, tiga raja jiwa yang selama ini menjadi pilar kekuatan klan… tumbang tanpa melalui pertempuran berkepanjangan.

Semua mata tertuju pada pemuda itu… Xio Lun.

Pemuda yang ketenangannya lebih mengerikan daripada badai yang membinasakan dunia.

Pedang hitam berada di genggamannya, masih meneteskan jejak kegelapan dari jiwa yang dicabut tanpa ampun. Namun raut wajah Xio Lun justru menunjukkan rasa kecewa.

“Itu saja kemampuan pilar Klan Tengkorak Merah?”

Kata-kata enteng itu menusuk lebih dalam daripada pedangnya.

Para murid klan gemetar ketakutan. Beberapa bahkan jatuh pingsan hanya dengan menatap mata Xio Lun.

Patriak Hong Ju Bergerak

Patriak Hong Ju yang sejak tadi menahan kemarahan dia bangkit. Jubah merah darahnya berkibar seiring aura mengerikan yang muncul dari tubuhnya. Suaranya menggelegar:

“Bocah sombong!

Kau pikir setelah membunuh beberapa sampah kau bisa menggertakku?”

Gempa spiritual langsung menyapu seluruh area.

Langit mendadak gelap. Udara bergetar keras seolah ingin pecah.

Ranah Leluhur!

Tekanan dari seorang kultivator Ranah Leluhur tidak bisa dibandingkan dengan ranah Raja . Ada jarak yang tak terlewati; jurang kekuatan itu seharusnya mustahil dibantah.

Orang-orang Klan Tengkorak Merah yang berada di dekat patriaknya langsung tersungkur, memeluk kepala mereka dalam ketakutan. Beberapa bahkan muntah darah dan kehilangan kesadaran.

Namun…

Xio Lun tidak bergeming.

Mata hitamnya masih memandang lurus pada Hong Ju, seolah aura leluhur hanyalah hembusan angin lembut.

Hal itu membuat amarah Hong Ju meledak berkali lipat.

“Aku akan merobek tubuhmu!

Aku akan menghancurkan jiwamu!

Aku akan membuatmu menyesal terlahir di dunia ini, bajingan kecil!”

Aura leluhur mengalir semakin pekat. Tanah mulai retak, batu-batu melayang ke udara dan hancur jadi debu sebelum menyentuh tanah kembali.

Tetapi Xio Lun hanya menghela napas kecil.

“Kau terlalu banyak bicara.”

Beberapa murid langsung tak sadarkan diri hanya mendengar kata-kata itu, karena bersamaan dengan suaranya mengalir sedikit tekanan jiwa yang menyayat.

Tetua Tiandu Menyaksikan

Dari Balai Pertemuan Tetua, Tetua Tiandu masih duduk santai di singgasana klan. Ia belum bergerak sedikit pun, kedua matanya fokus pada Xio Lun.

Ia memijit dagunya dan mendecak pelan.

“Menarik… sangat menarik…”

“Menghadapi tiga ranah raja sekaligus dan tidak menunjukkan tanda kelelahan…

Bahkan denyut napasnya masih stabil.”

Tiandu pernah bertarung dengan banyak jenius, bahkan memburu beberapa di masa mudanya. Namun bocah yang satu ini…

“Hanya binatang buas yang menyembunyikan taringnya yang mampu bertahan sejauh itu.”

“Sepertinya ‘anak ingusan’ ini menyimpan sesuatu yang bahkan Hong Ju belum sadari.”

Kilau antusias menyala dalam mata Tetua Tiandu.

Xio Lun memejamkan mata sesaat. Di dalam keheningan jiwanya, suara berat dan purba bergetar:

“Bocah… berhati-hatilah.”

“Pemimpin ini tidak bisa disepelekan.”

“Dia memiliki celah kekuatan yang cukup merepotkan untukmu.”

Xio Lun sedikit tersenyum.

“Aku tahu… Tapi merepotkan bukan berarti mustahil.”

Dewa Perang tertawa kecil, suara yang dapat mengguncang langit.

“Hahaha! Itu yang ingin kudengar dari pewarisku!”

Tanpa satu pun tanda…

Patriak Hong Ju hilang dari tempatnya.

Kecepatan yang hanya bisa di lihat seorang ranah leluhur dan ranah di atasnya

Dalam waktu yang bersamaan—

“Mati kau!”

Hong Ju muncul tepat di belakang Xio Lun, kaki menyapu udara dengan kecepatan memecah atmosfer.

BOOOOOOM!!!

Ledakan dahsyat mengguncang seluruh lapisan tanah.

Debu mengepul. Batu beterbangan.

Tetapi…

Tendangan itu hanya menghantam bayangan.

Xio Lun sudah bergerak satu langkah ke samping, seolah memprediksi arah serangan sebelum itu terjadi.

Dengan santai ia menepuk debu yang menempel di bahunya.

“Itu cukup… untuk menggelitikku.”

Murid-murid di bawah hampir berhenti bernapas.

Patriak Hong Ju menggertakkan gigi.

Duel Kecepatan dan Aura

Hong Ju mengayunkan cakar energi merah darah.

Udara terbelah dan menghasilkan retakan ruang kecil.

Namun Xio Lun bergerak seperti bayangan kabut.

Swish! Swish! Swish!

Serangan Hong Ju mengenai udara kosong berulang kali.

Patriak itu semakin murka. Aura leluhurnya berubah menjadi pusaran merah kehitaman, melahap segala yang mendekat.

“Jangan lari kalau kau memang jantan!”

Xio Lun mengangkat pedangnya, memandang lurus pada mata patriak itu.

“Aku tidak lari…

Aku hanya memberimu kesempatan…

“Kesempatan untuk mati dengan lebih terhormat.”

Ledakan Aura Leluhur

Hong Ju menyalurkan sebagian besar kekuatannya.

Kubah merah darah membentuk semacam bidang penjara spiritual yang menutup jalan keluar mana pun.

“Sekarang… kau tidak punya tempat untuk kabur!”

Xio Lun tidak menunjukkan rasa takut sedikit pun.

Ia justru menutup mata.

Semua yang melihat terbelalak—

Apa pemuda itu menyerah?

Tidak.

Waktu seakan berhenti…

Tiba-tiba…

CRAAACK!

Sebuah retakan hitam muncul di udara, seperti dunia robek dari dalam.

Suara Dewa Perang menggema:

“Sekarang… gunakan Jurus Kedua.”

“Gelapkan dunia ini dalam malam abadi!”

Mata Xio Lun terbuka—

Menyala hitam seperti neraka purba.

Jurus Kedua – Pedang Kegelapan

《seribu pedan kegelapan》

Langit langsung tenggelam dalam kegelapan pekat.

Cahaya menghilang.

Semua rasa, semua suara, semua keberadaan… seolah tenggelam ke dalam kehampaan.

Hanya suara pedang bergema…

TING!

Satu langkah Xio Lun…

Kegelapan mengalir seperti ombak besar dan melahap seluruh medan.

Suara jeritan roh terdengar samar—

Namun hanya mereka yang lemah yang bisa mendengarnya.

Bagi yang kuat, itu seperti mimpi buruk yang hidup.

Patriak Hong Ju terperangah.

“Jurus seperti ini… Bagaimana mungkin?!”

Namun terlambat.

Dalam kegelapan itu—

Xio Lun telah berada tepat di hadapannya.

“Kesempatanmu sudah habis.”

SLASH!!!

Pedang kegelapan mengarah ke tubuh Hong Ju

TINGGG

Pedang kegelapan terbentur kekuatan dasyat

Hong ju mengeluarkan artefak langit berbentuk sabit seperti bulan kembar

Hong Ju memekik, berusaha mundur.

Tubuhnya berguncang hebat,

Namun Xio Lun tidak mengejar.

Justru ia menatap seperti penguasa yang menghakimi nasib bawahannya.

Kengerian Menyelubungi Semua

Semua murid Klan Tengkorak Merah jatuh berlutut.

Ketakutan lebih besar daripada kematian merasuki diri mereka.

“Monster…”

“Dia iblis…”

“Bukan manusia…”

“Tolong… jangan lihat aku…”

Beberapa menangis tanpa suara.

Beberapa menyembah tanah, berharap kegelapan tidak menelan jiwa mereka.

Di atas singgasana, Tetua Tiandu berdiri perlahan.

Sorot matanya berubah sepenuhnya.

Ketertarikan—

Keserakahan—

Dan… rasa hormat yang aneh.

Aku tidak salah menilai.”

“Bocah ini bukan sekadar ancaman…

Dia adalah bencana.”

Xio Lun Menguasai Situasi

Cahaya hitam surut perlahan, tapi gelombang aura kegelapan itu masih terasa menekan dada semua orang.

Xio Lun menunjuk pedangnya ke arah Hong Ju yang terseret mundur dengan susah payah.

“Giliranmu, Patriak Hong Ju.”

Patriak itu terdiam…

Mata yang tadinya penuh kebencian kini dipenuhi ketakutan yang tak bisa ia sembunyikan lagi.

Karena untuk pertama kalinya… Hong ju mampu di pukul mundur oleh seorang bocah ...

1
Ibad Moulay
Uraaa 🐎🐎🐎
Ibad Moulay
Lanjutkan 🔥🔥🔥🔥
Nanik S
di Cerita ini harusnya kata subuh tidak ada Tor
Nanik S
Peta
Nanik S
Siap Balas Dendam
Nanik S
apakah Xiao Lun akan dilenyapkan
Nanik S
Awal yang menarik
Ibad Moulay
Pengawal Timur
Ibad Moulay
Lorong Batu
Ibad Moulay
Formasi Penyegel Darah
Ibad Moulay
Penjaga Kuno
Ibad Moulay
Kuil Bayangan
Ibad Moulay
Menara Langit Ilahi
Ibad Moulay
Uraaa 🐎🐎🐎🐎
Ibad Moulay
Lanjutkan 🔥🔥🔥🔥
Ibad Moulay
Gerbang Bintang
Ibad Moulay
Pusaran
Ibad Moulay
Jalur Utara
Ibad Moulay
Penjaga
Ibad Moulay
Ledakan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!