Puspa adalah seorang janda berusia 25 tahun yang secara tidak sengaja menemukan sebuah pusaka mistis.
pusaka itu memiliki ilmu pemikat yang sangat kuat, dengan bermodalkan pusaka itu Puspa membuat sumpah, "semua lelaki bajingan harus mati!"
Puspa membuat sumpah seperti itu karena dia dulu hanya di buat mainan oleh mantan suaminya Alexander seorang pengusaha dari jakarta, akankah Puspa berhasil balas dendam kepada Alexander bermodalkan sebuah Pusaka yang berbentuk Tusuk Konde itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
posesif
Setelah menyebar beberapa surat lamaran kerja, akhirnya puspa memutuskan untuk mengunjungi salah satu toko buku yang berada di salah satu mall di Lamongan kota untuk mengisi waktu luangnya.
"Mas, apakah ada beberapa novel Horor yang rekomended?" Puspa terlihat menghampiri salah satu petugas yang sedang menatap buku.
Petugas itu langsung tersentak kaget, dia diam beberapa saat karena terpesona dengan kecantikan puspa.
"I.. i.. iya ada mbak! Apakah perlu saya rekomendasikan?" Tanya petugas itu.
"Silahkan mas..." jawab puspa.
Dengan sangat antusias petugas itu menuntun puspa menuju rak berisi novel-novel horor dan mulai mengoceh panjang.
Apa yang tidak di ketahui oleh puspa, seorang pria paruh baya diam diam memfoto kegiatannya dan di kirimkan kepada Endra.
"Tuan Muda Endra saya menemukan puspa sedang mengobrol mesra dengan seorang pelayan toko buku..."
Selang beberapa detik Endra langsung membalas, "aku akan ke sana!"
Puspa berdiri sambil membaca buku novel, "buku rekomendasi anda menarik juga ya mas, menceritakan hantu nenek minta gendong..." ucap puspa senyuman tipis, ia merasa kecanduan membaca novel berjudul, 'misteri kematian warga desa' karya Abdul Rizqi.
Namun detik berikutnya puspa termenung, mendapati pelayan toko itu diam saja padahal sebelum ini pelayan toko itu terus mengoceh merekomendasikan novel. Puspa langsung menoleh ke samping.
Tiba-tiba puspa mendapati bukan pelayan toko itu yang berada di sampingnya, melainkan Endra.
"Mas Endra? Mengapa anda bisa berada di sini?" Tanya puspa dengan ekspresi curiga.
Puspa benar-benar bingung, dia tidak menyangka pelayan toko tadi tiba-tiba berganti menjadi Endra.
Endra tersenyum, "puspa, kita tidak sengaja bertemu lagi..."
Puspa memandangi Endra dengan tatapan curiga.
"Puspa, mengapa kita tidak makan terlebih dahulu? Ayo makan.." ajak Endra dengan tiba tiba.
Puspa mengerutkan dahinya, setelah beberapa saat dia akhirnya menganggukan kepalanya, walaupun dalam hati kecilnya masih ingin membaca novel itu, namun puspa tidak enak apabila menolak ajakan Endra.
"Baik mas, kebetulan aku belum makan.."
Endra tersenyum mendengar jawaban puspa, dia dan puspa segera menuju food court yang ada di mall ini.
Puspa dan Endra menuju ke restoran solaria, mereka berdua memesan nsi goreng. Kebetulan menu yang sangat terkenal di restoran ini adalah menu nasi gorengnya.
Tidak lama kemudian hidangan itu tiba, sambil makan Endra dan Puspa tampak mengobrol ringan.
"Puspa, apa yang kamu lakukan di lamongan kota ini?" Tanya Endra basa-basi, ya meskipun Endra sebenarnya sudah mengetahui alasannya karena Endra menyuruh anak buahnya untuk mengawasi puspa.
"Mencari kerja, mas. Aku lagi butuh pekerjaan..." jawab puspa dengan jujur.
"Loh, mengapa kamu tidak bekerja di tempatku saja?" Tanya Endra dengan kebingungan.
"Hehe." Puspa tersenyum hambar, "tidak mas, aku akan mencari sendiri saja..."
Puspa sendiri menolak tawaran Endra karena puspa tidak ingin terikat dengan Endra, apabila Puspa menerima tawaran Endra maka dia akan semakin terikat dengan Endra, hal ini sangat tidak di inginkan oleh puspa.
Endra hanya tersenyum dan mengangguk, seolah dia menghargai keputusan puspa yang ingin mandiri mencari pekerjaan, dan tidak mempermasalahkannya.
Akhirnya mereka melanjutkan ngobrol ringan mereka sambil menghabiskan nasi goreng pesanan mereka.
Beberapa menit berlalu dengan sangat cepat, nasi goreng di piring Endra dan Puspa sudah bersih, akhirnya puspa memilih pamit dari Endra, "mas Endra saya pamit terlebih dahulu, ya. Terimakasih atas traktirannya..." ucap puspa.
Dengan senyum cerah Endra berucap, "kalau begitu hati-hati!" Ucap Endra sambil menganggukan kepalanya.
Dengan cepat puspa meninggalkan restoran ini.
Ketika puspa sudah benar-benar menghilang Endra segera memberikan kode kepada prapto untuk mendekatinya.
"Tuan Muda, apakah ada perintah?" Tanya prapto.
"Pastikan bahwa tidak ada tempat yang menerima Puspa, aku hanya ingin puspa bekerja di tempatku! Aku tidak perduli mau kamu menghabiskan uang berapapun!" Ucap Endra.
Prapto tersenyum, "baik tuan, itu bisa di atur..."
***
Setibanya di dalam kamar kosannya puspa mengerutkan dahinya dengan ekspresi bingung, dia merasakan ada hal yang aneh pada hari ini.
"Apakah beberapa orang yang di maksud ki joko langit adalah anak buah Mas Endra? Ah itu tidak mungkin, mengapa Mas Endra sampai melakukan hal seperti itu demi mengawasiku yang hanya seorang pengangguran?" Gumam puspa.
"Atau mas Endra sudah terkena ilmu pemikat tusuk konde ini? Arrghhh! Ini makin rumit saja!" Imbuh puspa dengan nada frustasi.
"Mas Endra adalah seorang Tuan Muda dari keluarga besar, apabila dia menyuruh anak buah untuk membuntutiku, bukankah itu sudah termasuk kegiatan posesif yang sangat berlebihan?" Gumam puspa, "mengapa kejadian ini mirip seperti di novel-novel romansa? 'Wanita cantik milik Tuan Muda posesif' aku harus menjaga jarak dari mas Endra!"
Puspa menghela nafas, dia kemudian menuju ke kamar mandi untuk membersihkan badannya pada sore hari ini
***
Satu minggu berlalu dengan sangat cepat, dalam satu minggu ini puspa sedikit bingung mengapa dia tidak mendapatkan panggilan pekerjaan. Padahal biasanya pekerjaan kasar seperti sales dan tukang bersih-bersih membutuhkan banyak sekali orang.
Puspa terlihat duduk lemas di kursi pinggir jalan, dia menghela nafas panjang.
Setelah merasa dia sudah memulihkan sedikit tenaganya, puspa berdiri dan berjalan menuju ke sebuah butik besar baju mewah yang cukup besar.
"Pak saya ingin menitipkan surat lamaran pekerjaa..." ucap puspa kepada satpam butik itu.
Satpam iti tertegun memandangi wajah puspa yang sangat cantik.
"Eh?!" Tiba-tiba satpam itu merasakan wajah puspa sedikit familiar.
Dengan cepat satpam itu membuka hpnya di mana ada instruksi dari atasan yang di kirim.
"Loh? Ini bukannya wanita yang di titipkan dari atasan?"
Satpam itu menyadari wajah puspa mirip seperti wajah yang ada di hpnya, atasan telah memberikan komando apabila wanita ini melamar pekerjaan maka langsung di terima.
"Waduh, mbak ini harus segera di terima!" Batin satpam itu.
Satpam itu berucap, "mbak masuk saja, butik ini kekurangan pegawai, mbak pasti di terima..."
Puspa sedikit kaget mendengar hal ini, pasalnya dalam satu minggu ini setiap puspa titip surat lamaran pekerjaan akan langsung di tolak, baru kali ini puspa langsung di suruh masuk.
"Beneran ini pak?" Tanya puspa sedikit tidak percaya.
"Ayo masuk mbak, saya anter ke kepala toko langsung."
Dengan cepat puspa mengikuti satpam itu menuju ke ruangan kepala butik mewah ini, sang kepala toko adalah seorang wanita berwajah dingin dia bernama bu Ella.
"Permisi bu Ella.." ucap satpam itu di depan ruangan bu Ella.
"Masuk!" Teriak bu Ella.
Satpam itu membuka pintu dan langsung segera masuk, bersama dengan puspa.
Bu ella membenarkan kacamatanya sambil menatap kagum wajah puspa, "cantiknya!" Ucapnya dalam hati, meskipun dalam hati Bu Ella memuji puspa namun wajahnya masih terlihat dingin.