Naima yang dipaksa menjadi penanggung jawab acara mewah yang diselenggarakan oleh keluarga suaminya, Padahal selama ini dia yang telah membiayai seluruh kebutuhan keluarga suami, Tapi suaminya diam saja ketika keluarganya memperlakukan nya layaknya pembantu dan bukan menantu.
Saatnya Naima bangkit Dari kebodohan yang dia lakukan selama ini, kisahnya penuh drama dan menguras emosi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16
Sepulang dari kantor Nayma, Tyo mengamuk dirumahnya, dia betul-betul marah karena dipermalukan.
"Kamu kenapa nak kok marah dan mengamuk seperti itu??Tanya bu Alam dengan penasaran.
" Nayma mempermalukan aku bu dihadapan semua karyawan di kantornya saat aku berusaha membujuknya". Ucap Tyo dengan marah dan frustasi.
"Ya sudahlah mas, kamu ini anehnya sekali, orang tidak mau kok kamu paksa".
"Diam Andin, dia itu sangat berguna untuk kita apalagi warisannya banyak, tidka kayak kamu hanya menyusahkan ibu dan Mas saja". Hardik Tyo dengan kasar
Dia tidak tahu katanya barusan menembus hati Andin, dan membuatnya terluka, Andin memilih diam denagn memendam rasa sakit hatinya.
"Tenang saja, setelah aku lulus PnS, aku tidak akan menyusahkan Kalian lagi". Ucap Andin masuk ke kamarnya setelah menyalahkan rekaman di handphone nya.
Persidangan perceraian Nayma dan juga Tyo akhirnya digelar, dengan langkah percaya diri Nayma memasuki gedung pengadilan agama yang ada di hadapannya itu.
Sedangkan Tyo juga baru tiba bersama adik dan ibunya memandang Nayma dengan sangat kesal karena dia tidak berhasil membujuk Nayma sebelum persidangan ini.
"Bagaimana ini bu, kita tidak bisa membujuk Nayma dan sekarang sidangnya akan dimulai". Tyo menatao ibunya dengan gelisah.
"Biarkan saja, kita cari saja mangsa yang perlu, tidak perlu mengemis pada perempuan itu".
"Tapi bu, biar bagaimanapun Nayma banyak hartanya, ibu tahu sendiri warisannya itu bahkan bisa kita nikmati beberapa generasi". Ucap Tyo dengan gamang.
Andin hanya menggelengkan kepalanya karena mendengar perkataan kakak dan ibunya itu, dia ingin menyahut dan memperingati mereka tapi apalah daya mereka tidak akan pernah mau mendengar kan perkataannya.
"Mau bagaimana lagi Tyo dia sudah tidak mau sama kamu, masa, kita mengemis, ibu ma ogah". Ucap Bu Alma dengan Acuh.
"Tapi bu?? Katanya terputus karena sidang segera dimulai.
"Minimal dapatkan harta goni-gini, sayang kan kalau tidak dapat apa-apa".
"Ya kita usahakan bu, tenang saja, warisannya banyak, kita harus mendapatkan sesuatu darinya".
"Kamu jangan lupa urus itu dengan pengacaramu".
"Iya bu".
Sidang mereka pun akhirnya digelar, dan tadi sebelum Andin pergi, dia sudah merekam percakapan ibunya dan kakaknya kemudian mengirimkannya kepada Nayma sebagai bukti terakhir karena dia akan ke bandara karena dia usahanya lulus jadi PNS pun akhirnya terkabulkan.
"Ibu aku pergi yah, pesawat ku akan berangkat 2 jam lagi, takutnya macet". Ucap Andin mengambil tangan sang ibu dan menciumnya.
"Kamu ini, ibu sudah bilang keberangkatan nya ditunda saja, kenapa kamu masih ngeyel".
"Maaf bu, aku tidak bisa, itu sudah peraturan dari sana karena besok akan ada pembinaan selama 3 bulan jadi minimal hari ini aku sudah tiba di sana dan menempati rumah dinas". Ucap Andin pelan agar ibunya mengerti.
"Ibu heran deh, ngapain kamu jadi PNS yang jauh begitu sih, kamu mau durhaka sama ibu begitu, ingat yah, gajimu setengah harus milik ibunya, awas saja tidak kamu kirim, ibu akan susul kamu kesana, dengar kamu". Kesal Bu Alma kepada anak perempuan satu-satunya itu.
"Bu, apakah tidak ada di otak ibu itu selain uang, aku anakmu bu, selama ini kurang berbakti dan menurut bagaimana lagi bu sampai ibu mengatakan kurang, aku bahkan melakukan segalanya yang ibu katakan walau itu menzolimi orang". Andin hampir saja berteriak dihadapan sang ibu.
"Eh jangan ngomong soal seperti itu sama ibu yah, ibu ini yang membesarkan, merawat serta membiayai kamu, jangan lancang dan kurang ajar kamu". Hardik Bu Alma dengan penuh emosi.
" Terserah ibu sajalah, aku mau pergi, tenang saja bu jika ibu hanya khawatir soal yang toh aku ini hanya mesin pencetak uang bagi ibu, permisi ". Andin meninggalkan sang ibu dengan perasaan kecewa.
Dia tidak menyangka, disaat seperti ini, ibunya hanya mengkhawatirkan uang kirimannya nanti, bukan dirinya padahal selama ini dia tidak pernah membantah apapun dan menuruti perintah ibunya.
"Selamat tinggal bu, aku harap ibu sehat-sehat saja nantinya tanpa aku, tenang saja aku tidak akan lupa jasa ibu padaku". Andin memegang dadanya yang terasa sakit dan sesak.
Sedangkan persidangan Nayma pun kini berjalan Lancar, bukti yang dikirimkan Andin padanya diikut sertakan, bahkan Tyo dibuat tak berkutik bagaimana Nayma yang bekerja keras selama ini dan membiayai keluarganya.
"Maaf pak hakim saya tidak meminta banyak, saya hanya ingin bercerai saja, saya tidak akan menuntut apapun yang penting saya bisa lepas dari keluarga parasit seperti mereka". Ucap Nayma dengan lantang saat dia diberi kesempatan berbicara.
"Bagaimana dengan anda saudara Prasetyo, apakah anda mau mambela diri?? Tanya pak hakim lagi.
"Maaf yang mulia, bukankah sejatinya pernikahan itu bahu membahu, adik saya dan ibu saya belum memiliki pekerjaan dan mengandalkan saya sebagai anak sulung waktu itu, gaji saya tidak sebesar Nayma saat itu, jadi salahka jika saya memintanya untuk membantu keuangan keluarga??
"Itu benar pak Prasetyo, tapi anda memanfaatkan istri anda sampai hari ini, berdasarkan bukti yang dipegang oleh ibu Nayma, anda bukan memintanya membantu tapi memerasnya karena bahkan rumah untuk orangtua anda pun menggunakan uangnya, dan dari percakapan anda dan ibu anda sangat jelas terdengar jika anda hanya memanfaatkannya untuk mendapatkan keuntungan ". Ucap Pengacara Nayma yaitu Firman dengan tajam.
"Klien saya memintanya dengan baik Tuan pengacara, dan saat itu ibu Nayma juga sudah mendapatkan uang ganti rugi karena dia sudah menjual rumah ibu Alma yang merupakan mertuanya, ibu dari klien kami". Ucap pengacara Tyo.
"Baik, kami akan meneliti kembali bukti dan saksi yang dihadirkan, sidangnya akan kembali dilaksanakan minggu depan, harap kedua bela pihak menyiapkan diri sebaik mungkin, karena pekan depan akan jadi sidang putusan perkara ini, kalau begitu sidang di tutup". Ucap Hakim mengetuk palu.
Setelah itu mereka kemabli bubar, sedangkan Tyo yang sejak tadi menahan amarah akhirnya mendekati Nayma, dia mencengkram tangan Nayma dengan kasar untuk melampiaskan emosinya.
Begitu juga ibu Alma yang kini ikut mendekati keduanya karena dia sangat marah dan kesal kepada Nayma
"Kau menyadap rumahku sampai kau bisa mendapatkan rekaman suara itu?? Ucap Tyo dengan penuh emosi.
Firman langsung menepis tangan Tyo dengan kasar karena melihat Nayma meringis kesakitan tanpa suara.
"Saya bisa melaporkan anda kepada pihak yang berwajib pak Tyo jika anda melakukan tindakan keterlaluan seperti ini". Ucap Firman dengan tajam
"Saya masih suaminya, saya harus menyelesaikan masalah kami sendiri, anda bukan siapa-siapa". Kesal Tyo membalas tatapan tajam Firman padanya.
"Maaf pak Tyo anda dan klien kami sedang dalam proses perceraian, ingat saya bisa saja menyertakan ini sebagai bukti kekerasan dalam rumah tangga, ingat pak Tyo tangan Nayma berbekas, ingat saya tidak aka tinggal dia setelah ini, selaku pengacara".
Ancaman itu membuat Nyali Tyo menciut tapi segera dia tepis karena dia harus tahu darimana Nayma mendapatkan rekaman itu, dia tidak akan tenang tinggal dirumah ibunya jika memang Nayma melakukan penyadapan.
bahkan semuanya dilakukan hidup rumahtangga anaknya jadi berantakan....
sampai anknya sendiri sudah lelah hidup dengan ibunya selalu saja diatur...
apakah tyo masih berlanjut kerja diperusahaan pak bram ?
Wow keren Naima ...
mereka hanya tau sifat mu sekarang tapi menutup mata ketika dirimu diperlakukan seperti mesin atm dan pembantu bagi mereka.....
wah, seru nih menantikan bab selanjutnya...
dan bisa sukses walaupun jauh dari ibu.