NovelToon NovelToon
(Bukan) Pengantin Idaman

(Bukan) Pengantin Idaman

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Berbaikan / Pengantin Pengganti / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Edelweis Namira

Pernikahan antara Adimas Muhammad Ibrahim dan Shaffiya Jasmine terjalin bukan karena cinta, melainkan karena sebuah perjodohan yang terpaksa. Adimas, yang membenci Jasmine karena masa lalu mereka yang buruk, merasa terperangkap dalam ikatan ini demi keluarganya. Jasmine, di sisi lain, berusaha keras menahan perasaan terluka demi baktinya kepada sang nenek, meski ia tahu pernikahan ini tidak lebih dari sekadar formalitas.

Namun Adimas lupa bahwa kebencian yang besar bisa juga beralih menjadi rasa cinta yang mendalam. Apakah cinta memang bisa tumbuh dari kebencian yang begitu dalam? Ataukah luka masa lalu akan selalu menghalangi jalan mereka untuk saling membahagiakan?

"Menikahimu adalah kewajiban untukku, namun mencintaimu adalah sebuah kemustahilan." -Adimas Muhammad Ibrahim-

“Silahkan membenciku sebanyak yang kamu mau. Namun kamu harus tahu sebanyak apapun kamu membenciku, sebanyak itulah nanti kamu akan mencintaiku.” – Shaffiya Jasm

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edelweis Namira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAGIAN 16

Pepatah mengatakan bahwa sakit yang letaknya di hati seringkali lebih menyakitkan daripada sakitnya secara fisik. Jika sakit di hati seringkali membuat reaksi tubuh lebih merespon berlebih daripada sakit di anggota tubuh, mungkin itulah yang Jasmine rasakan sekarang

Langkah kakinya terus membawa dirinya menyusuri jalan di cluster perumahannya. Kejadian itu sudah berlalu sekitar dua jam lebih yang lalu. Namun rasa sakit di hatinya masih begitu terasa. Ia bahkan tidak bisa menangis menyaksikan betapa Adimas yang berstatus sebagai suaminya itu justru mengkhawatirkan perempuan lain dan membentaknya di hadapan banyak orang.

Rasa sakit telapak tangannya akibat tergores pisau buah tersebut bahkan tidak terasa sama sekali dibandingkan dengan rasa nyeri yang menyayat hatinya. Sebenarnya Jasmine sudah mengira bahwa Adimas akan membantu Rindu tadi, namun ia masih berusaha berprasangka baik kepada Adimas bahwa lelaki itu tidak akan membentaknya di saat para temannya ada di sana.

Namun harapan hanyalah harapan. Kenyataannya, raut wajah Adimas yang dipenuhi kecemasan, sorot mata tajam yang seakan ingin menelan Jasmine, serta suara bentakan yang membuat jantung Jasmine terasa ingin lepas itu masih terekam jelas. Karena itulah akhirnya Jasmine memilih duduk di depan Indomaret yang tidak jauh dari rumahnya.

Ia bahkan tidak menyadari bahwa ia tidak membawa ponsel. Beruntung ada selembar uang biru di saku gamisnya sehingga ia bisa duduk di situ dengan menikmati satu cup popmie dan sebotol kopi instant. Ia tidak peduli dengan perutnya yang nanti akan bereaksi aneh setelah makan kombinasi makanan tersebut.

Saat ini ia sudah berada di depan rumahnya. Tidak ada lagi mobil milik teman Adimas yang terparkir di depan rumah maka artinya mereka sudah pulang. Rumah minimalis dua lantai tersebut tidak terdapat pagar sehingga ia bisa melihat jelas mobil Adimas berada di garasi kecil rumahnya.

Awalnya Jasmine ingin mengetuk pintu, takut Adimas sudah mengunci pintu. Namun saat ia baru saja akan mengetuk pintu, ternyata pintu lebih dulu terbuka dan tampaklah Adimas yang kini menatapnya dengan ekspresi...marah.

Iya Adimas marah. Jasmine tidak tahu dan tidak ingin peduli sebenarnya. Langkah kakinya terus membawa tubuhnya masuk tanpa memperdulikan Adimas yang baru selesai menutup pintu dan berada di belakangnya. Namun tubuh Jasmine hampir terhuyung saat pergelangan tangannya ditarik paksa oleh Adimas.

Lelaki itu berjalan dengan cepat dan langsung duduk di sofa ruang tengah. Jasmine masih tanpa suara pun ikut duduk meski belum dipersilahkan Adimas.

Ia tidak peduli dengan kemarahan Adimas selanjutnya. Tubuhnya hanya ingin istirahat dan diam adalah cara paling ampuh agar Adimas segera menyelesaikan omelannya.

"Mana tangan kamu?" tanya Adimas dengan nada ketus. Tidak ada nada lembut dan penuh perhatian seperti yang ia perlihatkan kepada Rindu tadi.

"Ini tangan." jawab Jasmine sekenanya memperlihatkan dua tangannya di depan Adimas. Tatapannya beralih ke arah lain. Ia sengaja menghindari kontak mata dengan Adimas.

Sorot mata tajam itu begitu mengintimidasi dirinya. Jika ia terus melihat ke bola mata hitam pekat itu, maka dirinya akan sulit mengendalikan diri.

Adimas menghela napasnya perlahan. "Tangan kamu yang luka."

Jasmine memperlihatkan telapak tangannya yang tergores dan masih menyisakan darah kering di sekitar luka. Entahlah, kali ini Jasmine sama sekali tidak merasakan apapun. Rasa sakit telapak tangannya bahkan bisa sembuh jika diberikan obat merah berbeda dengan hatinya yang mungkin membutuhkan waktu lama untuk pemulihan.

Adimas segera mengambil kotak P3K yang entah sejak kapan berada di laci meja. Tanpa bicara ia menarik perlahan tangan Jasmine dan meletakkan tangan tersebut di pangkuannya.

"Tidak perlu aku-"

Jasmine menghentikan protesnya saat mata Adimas kembali menusuk matanya. Namun saat ia menunduk, ia pun bersuara pelan. "Kamu tidak perlu melakukan ini. Saya juga bisa mengobati tangan saya sendiri." cicitnya perlahan.

Adimas mendengkus kesal. Matanya lalu kembali fokus dengan luka Jasmine. "Kalau bisa seharusnya sedari kabur kamu sudah mengobati ini. Tapi lihatlah, darahnya bahkan sudah mengering." sahut Adimas ketus sambil mengobati tangan Jasmine.

"Kamu kalau tidak ikhlas ngobatinnya ya gak usah." Jasmine jadi ikutan ketus karena kesal dengan sikap dingin Adimas.

"Saya tidak mau dicap sebagai suami yang tidak bertanggung jawab kalau membiarkan kamu terluka."

Jasmine mengangguk samar sembari mengulas senyum sinis. "Terima kasih.... Suami" ucap Jasmine lalu segera berdiri karena Adimas sudah selesai mengobati lukanya.

"Karena kamu makan malamnya berantakan." Singkat, padat dan terdengar sangat menghakimi.

Kini Adimas ikut berdiri dan membuat Jasmine mendongak untuk menatap lelaki itu.

"Kenapa gara-gara aku?" tanya Jasmine sengit. Ia tidak tahu kenapa lagi-lagi ia disalahkan.

"Iya. Karena kamu pergi, Rama dan Danish pun pergi. Mereka marah kepada saya dan akhirnya ikut membawa Rindu pulang. Seharusnya kamu bisa menghargai mereka. Saya pun sudah bilangkan dari awal, jangan memaksakan diri menyambut mereka kalau kamu sebenarnya keberatan." ujar Adimas dengan nada kesal dan menatap Jasmine dengan semakin benci.

Jasmine tertawa hambar. "Kamu marah karena perempuan itu pulang, kan? Kamu marah karena masakan spesial yang kamu buat untuk dia itu gagal dia makan, kan? Ya sudah bawa sana! Tunjukkin kalau kamu perhatian sama dia." sahut Jasmine dengan tidak kalah emosi.

"Perempuan itu?" desis Adimas tajam. Tanpa sadar ia melangkah mendekat kepada Jasmine membuat Jasmine kesusahan karena bagian belakangnya terdapat sofa.

Adimas mencengkram kuat bahu Jasmine membuat Jasmine kesakitan. "Rindu bahkan jauh lebih baik dari kamu. Kamu menyebutnya dengan sebutan 'perempuan itu'? Kamu pikir kamu siapa, hah?"

Jasmine menatap lelaki itu dengan tidak percaya. Apakah sepenting itu Rindu untuk lelaki di depannya ini? Apakah Rindu memang selalu diperlakukan dengan sespesial ini? Memikirkan hal itu membuat Jasmine kembali kesal. Adimas memang selalu ahli dalam menyakitinya.

Tangan Jasmine tergerak melepaskan cengkraman Adimas di bahunya. "Lepaskan." ucap Jasmine tanpa emosi. "Aku tidak punya kewajiban memperlakukan Rindu sespesial itu. Rindu itu sahabat kamu bukan aku. Ah tidak, bukan sahabat. Tapi aku tahu kamu mencintainya." Jasmine tertawa pelan setelah mengatakan itu.

"Kamu mencintai dia tapi kamu tidak pernah berani mengungkapkan itu. Kamu itu pengecut, Mas!" ucap Jasmine dengan tegas, lalu segera pergi dari hadapan Adimas.

"Saya belum selesai bicara, Jasmine." desis Adimas tanpa berbalik menghadap Jasmine.

Sementara Jasmine masih dengan pendiriannya. Ia ingin segera ke kamarnya. Tubuhnya terlalu lelah dan batinnya tidak kalah lelah. Ia ingin segera istirahat. Ia ingin menjauh dari Adimas sementara. Mengingat cara Adimas memperlakukannya dengan begitu dingin sementara kepada Rindu dengan begitu hangat membuat kepala Jasmine rasanya ingin pecah.

"Shaffiya Jasmine, saya belum selesai bicara!" Nada bicara Adimas semakin meninggi, namun ia juga tetap tidak berbalik mengejar atau menahan Jasmine.

Itulah yang membuat Jasmine enggan mengindahkan Adimas. Ia terus meneruskan langkahnya menuju kamarnya. Masa bodoh dengan Adimas yang masih marah padanya. Untuk malam ini, Jasmine ingin melakukan semuanya sesuai dengan kata hatinya.

****************

Jasmine mengoleskan lipstik di bibirnya sebelum benar-benar akan pergi. Setelah memastikan penampilannya rapi dan tidak mencolok, Jasmine segera menyemprotkan parfum ke beberapa titik dirinya. Setelah itu ia segera mengambil tas selempangnya dan MacBook yang terletak di meja.

Hari ini ia ada acara komunitas bersama anak-anak disabilitas. Ia akan mengisi kelas baking bersama Fita. Namun sebelum benar-benar pergi, ia kembali memastikan matanya tidak membengkak karena semalam menangis diam-diam di kamar.

"Jangan sampai dia lihat kamu nangis, Jas. Bisa habis kamu diledek nanti." kata Jasmine pada pantulan dirinya sendiri di cermin.

Jasmine menunjukkan senyumnya di depan cermin. Jilbab, baju dan penampilan wajahnya sudah rapi. Ia sudah siap untuk berangkat. Tiba-tiba perutnya berbunyi. Jasmine meringgis dalam hati. Perutnya berdemo minta diisi.

Akhirnya Jasmine pun segera keluar kamarnya. Ia melirik ke arah kamar Adimas. Pintu kamar lelaki itu sudah tertutup rapat. Jasmine melihat jam di ponselnya dan ia yakin sekarang Adimas sudah berangkat kerja. Seperti biasa, lelaki itu akan berangkat kerja tanpa harus memberitahu dirinya.

Jika biasanya Jasmine akan merasa sedih karena Adimas tidak memberitahunya, namun sekarang dia merasa biasa saja. Bahkan dia berharap tidak bertemu Adimas pagi ini. Hanya saja harapan tinggal harapan. Kenyataannya saat ia sudah sampai di dapur, Adimas masih duduk tenang dengan sepiring nasi goreng di depannya.

Lelaki itu sama sekali tidak melihatnya apalagi harus repot-repot menawarkan makanan itu padanya. Jasmine cukup sadar diri, sehingga ia langsung duduk di meja makan dan mengambil dua helai roti untuk sarapan. Setidaknya itu bisa mengganjal perutnya sejenak sampai menunggu jam makan siang nanti.

Keduanya saling diam. Bertahan dalam keheningan tanpa adanya perdebatan membuat waktu berjalan menjadi sangat lambat. Saat Jasmine sedang mengoleskan selai cokelat ke rotinya, tiba-tiba Adimas bersuara.

"Nanti malam kita ke rumah eyang. Adik saya baru pulang dan Eyang meminta kita makan malam bersama."

"Hmmh...." sahut Jasmine malas. Bukan malas untuk datang, namun malas menanggapi perkataan Adimas terlalu panjang. Ia bahkan hanya fokus melihat ponselnya tanpa menatap Adimas.

Perkataan Adimas semalam terus terngiang-ngiang di kepalanya dan itu membuatnya malas melihat Adimas. Ia tidak mau Adimas mengira penerimaan Jasmine atas perjodohan ini dikarenakan Jasmine mencintai Adimas. Padahal jika dia mau, dia juga bisa memperlakukan Adimas seperti Adimas memperlakukan dirinya.

Kalau saja Jasmine tidak belajar agama dan tidak peduli dengan dosa, mungkin sejak awal Jasmine sudah melakukan itu.

"Saya sudah selesai. Kamu masih lama?" Suara Adimas kembali terdengar.

Namun Jasmine tidak peduli. Ia terus berpura-pura sibuk dengan ponselnya. Meski sebenarnya ia sangat ingin menjawab ramah pertanyaan Adimas tersebut.

Tiba-tiba ponselnya ditarik dari depan. "Loh, kamu apa-apaan sih?!" protes Jasmine tidak suka. "Balikin nggak!" serunya kesal.

Adimas menggenggam ponsel itu dengan wajah datar. Alis tebalnya menukik tajam menandakan ia juga sedang kesal. Namun Jasmine tidak peduli.

"Kamu masih lama? Ayo saya antar."

Mata Jasmine membulat tidak percaya. Sejak kapan Adimas mau direpotkan dirinya?

"Tangan kamu kemungkinan akan sakit kalau menyetir. Jadi ayo saya antar. Jangan sampai nanti orang mengira saya tidak bertanggung jawab sebagai suami kamu."

Hati Jasmine mencelos. Ternyata bukan karena benar-benar peduli. Ia lalu berdiri dan segera membawa tas serta Macbooknya.

"Sok baik banget," gerutu Jasmine tanpa sadar.

"Kamu bicara apa?" tanya Adimas.

Jasmine menggeleng. "Enggak. Bukan hal yang penting. Cepat pergi. Aku tidak mau kamu salahkan jika nanti kamu terlambat ke kantor hanya karena mengantarkan aku dulu." Jasmine terus berjalan tanpa memperdulikan Adimas yang masih duduk di kursi makan.

"Jasmine! Ian menelpon!"

Langkah Jasmine terhenti. Saat ia berbalik, ternyata ponselnya sedang dalam posisi di telinga Adimas. Jasmine langsung berlari mendekati Adimas, khawatir Adimas menjawab panggilan itu.

Jasmine langsung berusaha meraih ponselnya. "Mas jangan!" Jasmine langsung mematikan panggilan tersebut begitu ponselnya sudah di tangannya.

"Pacar kamu? Ternyata kamu berani juga ya, selingkuh di saat sudah punya suami." sindir Adimas.

Mata Jasmine melirik Adimas tidak suka. "Aku bukan kamu. Yang suka kasih perhatian ke perempuan lain padahal sudah punya istri." sahut Jasmine ngegas.

"Cemburu?"

"Nggak sudi!" Ya Allah ampuni hamba Ya Allah karena sudah berkata kasar kepada suami sendiri.

"Pipi kamu merah tuh!"

Jasmine menggelengkan kepala berharap semalam Adimas tidak gila. Pagi ini ia seperti bukan Adimas yang biasanya.

1
Lia Yulia
kasian jasmin
Jeng Ining
hemmm sudh kudugem, klo Rindu ke dapur krn panas dimas dn rama ngomongin Jasmine, kmudian mw cari masalah dn playing victim 🙄
Edelweis Namira: Tapi realitanya emg suka gitu, yg terbiasa buat masalah akan selalu dianggap tukang buat masalah sekalipun ia gak salah
total 1 replies
Jeng Ining
cahbodo kamu Dim, kalo emng kalem bakalan tau diri, ga bakal peluk² laki org apalagi di rumh si laki yg pasti jg ada bininya😮‍💨😏
Edelweis Namira: Adimas emg bodoh emang
total 1 replies
Jeng Ining
haiyyyaaahhh.. gimana nasibnya ituh bawang, gosong kek ayam tadi kah🤭👋
Jeng Ining: 🤟😂😂/Facepalm/
Edelweis Namira: suka speechless emang kalo suami modelan Adimas
total 2 replies
Lembayung Senja
knp ndak up date..crita satunya juga ndak dlanjut
Fauziah Rahma
padahal tidak
Fauziah Rahma
penasaran? kenapa bisa sebenci itu
Edelweis Namira: Pernah dispill kok di awal2.
total 1 replies
Alfatihah
nyesek
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!