Plak!
" Percuma aku menikahi mu, tapi sampai sekarang kamu belum juga memiliki anak. Kamu sibuk dengan anak orang lain itu!"
" Itu pekerjaanku, Mas. Kamu tahu aku ini baby sitter. Memang mengurus anak orang lain adalah pekerjaanku."
Lagi dan lagi, Raina mendapatkan cap lima jari dari Rusman di pipinya. Dan yang dibahas adalah hal yang sama yakni kenapa dia tak kunjung bisa hamil padahal pernikahan mereka sudah berjalan 3 tahun lamanya.
Raina Puspita, usianya 25 tahun sekarang. Dia menikah dengan Rusman Pambudi, pria yang dulu lembut namun kini berubah setelah mereka menikah.
Pernikahan yang ia harap menjadi sebuah rumah baginya, nyatanya menjadi sebuah gubuk derita. Beruntung hari-harinya diwarnai oleh wajah lucu dan tingkah menggemaskan dari Chandran Akash Dwiangga.
" Sus, abis nanis ya? Janan sedih Sus, kalau ada yang nakal sama Sus, nanti Chan bilang ke Yayah. Bial Yayah yang ulus."
Bagaimana nasib pernikahan Raina kedepannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Baby Sitter 28
"Gimana Lo kemarin ketemu sama Bagus? Seru dong, cuma berdua jadi Lo bebas bisa ngobrol?"
"Haaah apaan, dia dateng sama anaknya plus sama baby sitter nya. Dikacangin tau nggak gue."
Rupanya pertemuan reuni yang hanya berdua antara Bagus dan Rizka waktu itu sudah disetting sedemikian rupa oleh Rizka. Dia berusaha mengencel semua temannya agar hanya dirinya saja lah yang datang.
Jika apa ditanya niatnya, tanpa dijelaskan pun pasti sudah tahu. Ya, dia ingin mendekati Bagus. Meskipun Bagus bukanlah pria kaya raya, setidaknya pria itu memiliki circle pertemanan yang tidak main-main. Ditambah juga juga merupakan ipar dari seorang Arjuna Dewantara, pemilik Star Building. Jika masuk ke dalam circle itu, niscaya nama pun akan memiliki kepopuleran yang akan ikut meningkat.
"Gitu, terus Lo pulang gitu aja. Ya kali Lo kalah sih sama seroang baby sitter. Kalau Lo mau deketin Bagus, ya Lo trabas aja. Cuma baby sitter ini kok, masa Lo minder."
Ucapan dari temannya itu membuat Rizka berpikir. Seharusnya waktu itu dia tidak langung pulang, dan berusaha banyak berbincang dengan Bagus.
Dan, itulah yang membuat dia ada di sini sekarang, di kediaman Bagus. Wanita itu sengaja datang saat sebelum Bagus pulang kerja karena yang pertama ingin ditemuinya adalah Raina.
Rizka penasaran dengan wanita itu. Wanita yang sangat biasa saja, tapi mengapa dirinya merasa sedikit terintimidasi olehnya. Padahal Raina sendiri tidak melakukan apun waktu itu.
"Oh Bu Rizka, ada apa ya mencari saya?"
Raina datang masih dengan menggunakan appron. Dia sedang bermain warna dengan Chan sehingga menggunakan appron agar tidak mengenai bajunya.
Rizka melihat dengan tatapan bingung, kenapa penampilan wanita ini seperti itu.
"Oh nggak sih, aku cuma mau ngobrol aja sama kamu."
"Oh begitu, bukannya Bu Rizka mencari Pak Bagus ya? Soalnya Ibu kan yang temannya Bapak."
Rizka tersenyum tipis, wanita itu paham juga ternyata dengan siapa dirinya.
"Ini aku cuma mau tahu aja, Bagus tuh sukanya apa ya?"
Raina mengerutkan alisnya. Dia sama sekali tidak paham dengan pertanyaan dari Rizka.
"Itu lho makanan kesukaan dia, film favoritnya dan hal-hal lain apa saja yang dia sukai,"imbuh Rizka.
Aaaah
Raina baru mengerti sekarang. Rupanya Rizka sedang menunjukkan kepada Raina bahwa dia tengah berusaha mendekati ayah dari Chan. Dan dia juga berusaha mencari informasi itu kepada Raina.
"Waduh Bu, maaf. Maaf sekali, saya tidak tahu. Soalnya saya di sini kerja jadi pengasuhnya Chan, jadi segala hal tentang Pak Bagus sama sekali saya tidak tau dan tentu saja bukan urusan saya."
Gluph!
Apa yang dikatakan oleh Raina itu menusuk hati terdalam Rizka. Memang benar Raina bekerja jadi pengasuh Chan, tapi yang dia tahu wanita tersebut sudah lama di sini. Jadi dia pikir Raina pasti tahu hal-hala sederhana seperti itu.
Namun Rizka tidak menyangka bahwa Raina menjawabnya dengan seperti itu. Jawaban yang keluar dari bibir wanita itu tampak sungguh-sungguh dan tidak dibuat-buat.
Rizka menjadi sedikit bingung harus bicara apa lagi sekarang. Suasananya menjadi canggung.
"Suuuus Aaiiiiiii."
Chan memanggil Raina dengan sedikit berteriak. Bocah 4 tahun itu datang dengan wajah yang nampak kesal.
"Sayang, kan sudah Sus Ai kasih tahu, kalau manggil cukup pelan saja. Kalau berteriak nanti tenggorokan Chan sakit lho."
Lembut sekali Raina berkata kepada Chan, dan itu cukup membuat Rizka entah mengapa merasa tidak suka.
"Habisnya Sus Ai lama. Oh hawooo Tante. Temen Yayah kan ya. Nyali Yayah belalti, tundu aja ya. Bental ladi Yayah pulan tok. Waduuh Chan nda bisa salim, soalnya tanan Chan kotol. Maaf ya Tante, nah Sus Ai ayo main ladi. Katanya bental ladi udahan."
Raina tersenyum lebar. Ia sangat senang dan bangga kepada Chan yang menyapa tamu duluan.
"Ya, kita lets go. Aah iya, maaf ya Bu saya tinggal dulu. Silakan ditunggu, tidak lama lagi Pak Bagus pulang kok."
Setelah mengatakan hal tersebut, Rizka langsung kembali ke belakang bersama Chan, meninggalkan Rizka di sana sendirian.
Merasa bosan, Rizka memilih untuk melihat-lihat apa yanga ada di sekitar ruang tamu. Sebuah foto besar terpampang di sana. Itu adalah foto pernikahan Bagus dan Namira.
"Apa dia belum bisa melupakan istrinya yang udah nggak ada?"
Foto yang mungkin sekitar berukuran 10R iti seolah bukti kalau Bagus masih begitu menyimpan nama Namira di hatinya. Tapi tentu saja Rizka tidak peduli. Coba saja dulu, kalau tidak di coba maka tidak tahu hasilnya akan seperti apa.
"Assalamualaikum."
Mata Rizka berbinar ketika dia mendengar suara Bagus. Dengan sigap, wanita bertinggi 158 dengan dress selutut dan rambut panjang sebahu tergerai itu, menghampiri Bagus.
"Waalaikumsalam, Gus kamu udah pulang?"
Bagus mengerutkan keningnya. Rizka, kenapa dia ada di rumahnya dan sejak kapan wanita itu di sini.
Bagus mencoba mengingat, tapi dia yakin betul bahwa dirinya sama sekali tidak memiliki janji dengan teman SMA nya itu.
"Kamu ngapain Riz kesini?"
"Oh itu, main aja. Aku pengen main kesini. Maaf ya aku nggak bilang ke kamu. Waktu itu kan kita nggak jadi ngobrol, nah aku ke sini deh biar bisa ngobrol sama kamu."
Suara yang ceria dan wajah yang berseri, menunjukkan bahwa Rizka sangat antusias. Tapi Bagus adalah pria yang terkenal tidak mudah menerima perlakuan lembut dari wanita itu, tentu saja tidak terpengaruh dengan sikap Rizka.
"Waduh Riz, maaf nih ya. Kalau udah di rumah, waktu ku full buat Chan. Kamu tahu kan aku kerja dari pagi sampai sore. Dan ya waktuku nggak banyak buat Chan. Jadi pas udah pulang gini, aku pasti selalu sama dia."
"Lho bukannya ada baby sitternya."
"Raina? Dia juga manusia biasa kali Riz, butuh istirahat. Dia udah jagain Chan dari pagi sampai sore, ya kali aku harus nyuruh dia jagain Chan pas malem juga."
Rizka menganga, sungguh tidak menyangka bahwa Bagus bicara demikian. Fakta bahwa dirinya ditolak mentah-mentah itu, membuat harga diri Rizka terluka.
"Oke lah kalau gitu, aku harap next time kita bia ngobrol dengan nyaman. kalau gitu aku permisi ya."
"Oke, thanks ya buat kunjungannya."
Lagi-lagi Rizka merasa tidak percaya, bahwa Bagus sama sekali tidak menahan kepergiannya. Padahal ini sudah waktunya petang, sekedar basa-basi mengajak makan malam pun tidak.
"Brengsek! Dia gitu aman sih jadi cowok. Sialan!" Rizka mengumpat marah. Sungguh semuanya tidak sesuai dengan ekspektasinya. Niat hati ingin mendekati Bagus, dengan datang ke rumah, tapi pada kenyataannya malah dia diabaikan begini.
"Nggak, aku harus nyoba terus. Aku yakin pasti ada masa dimana dia bisa di deketin."
TBC
👍👍👍👍👍
💪💪💪💪💪
♥️♥️♥️♥️♥️
makan tu susah...