NovelToon NovelToon
Aku Bukan Siapa-Siapa

Aku Bukan Siapa-Siapa

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Febbfbrynt

Ketidaksengajaan serta pengorbanan dalam sebuah kecelakaan membuat Alena langsung meninggal dan malah mengantarkan nyawa gadis itu dengan bertransmigrasi ke dalam salah satu novel favoritnya. Alena hanya menjadi adik dari salah satu teman protagonis pria—figuran. Dia hanya seorang siswi sekolah biasa, tanpa keterlibatan novel, dan tanpa peran.

Tapi, plotnya hancur karena suatu alasan, hidupnya tidak semulus yang dia bayangkan. Dia membantu masalah semua tokoh, namun di tengah itu, hidupnya tidak aman, ada orang yang selalu ingin mencelakainya.

____

"Aku memang bukan siapa-siapa di sini, tapi bukan berarti aku akan membiarkan mereka menderita seperti alurnya."—Alena.

~•~
note:
- author 'I Am A Nobody' di wp dan di sini sama

- Tokoh utama cerita ini menye-menye, lebay, dan letoy. Jadi, ga disarankan dibaca oleh org yg suka karakter kuat dan ga disarankan untuk org dewasa 20+ membacanya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febbfbrynt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Teman Baru

Jantung Alena berpacu cepat saat semua mata orang di kelas baru tertuju padanya. Sampai-sampai, kakinya sedikit gemetar dan lemas. Gadis itu langsung menghela nafas lega setelah kelas kembali normal dan semua atensi teralih ke tempat semula.

Pandangannya mengedar ke seluruh kelas. Hampir semua bangku sudah diisi, hanya beberapa saja yang terlihat kosong. Alena melanjutkan langkah kakinya menuju bangku kosong sisi kanan dekat jendela. Ia menaruh tas diatas meja dan duduk. Dengan rasa ingin tahu, ia melihat-lihat orang di kelas yang akan ditempatinya. 

Kebanyakan siswa perempuan, dan hanya sedikit siswa laki-laki. Jika dilihat dari jumlah bangku, mungkin keseluruhan terdapat 36 murid di kelas ini.

Alena belum tahu bagaimana wajah protagonis wanita. Jadi, ia tidak yakin, apakah dia di kelas ini? 

"Hai." Suara sapaan yang terdengar dari arah belakang membuatnya menoleh.

Alena melihat dua orang siswi cantik yang tersenyum ke arahnya. Yang duduk di sebelah kiri berpipi chubby dengan rambut hitam di gerai bergelombang. Dan yang kanan, dengan mata bulat rambut di kuncir kuda.

"Hai, juga." Alena balik menyapanya sembari tersenyum.

"Kenalin, dong. Nama gue, Dhita Olivia. panggil Dhita aja. Dan ini, temen SMP gue, Ferisha Revalia. Panggilannya bisa Risha atau Reva," ujar siswi yang berkuncir kuda seraya menyodorkan tangan kanannya. 

Alena mengerjap dan mengingat. Sepertinya ia pernah mendengar nama mereka? 

Ia langsung menggelengkan kepala dengan pelan dan tersenyum setelah mengambil tangannya. "Nama aku, Alena Valenci—"

Perkenalan Alena langsung terhenti saat mendengar suara sepatu bergema menginjak lantai. Saat menoleh ke depan, ada seorang guru wanita paruh baya masuk ke dalam kelas. Gadis itu langsung menarik tangannya yang masih di genggam Dhita. Lalu, berbalik badan menghadap ke depan. 

Alena baru menyadari, bangku sampingnya masih kosong. Entah siapa yang akan duduk di samping, sepertinya dia belum datang. Atau mungkin, ia memang duduk sendiri? Hah ... entahlah.

"Selamat pagi, Anak anak." 

Kalimat pertama yang diucapkan guru yang sudah berdiri di depan kelas, dijawab serentak semua murid di sini. "PAGI, BU ...."

"Perkenalkan nama ibu Wilda Evania. Kalian bisa memanggil ibu dengan panggilan bu Welda. Dan ibu merupakan wali kelas X Ipa II selama setahun ke depan ...."

"... mohon untuk belajar disiplin atas peraturan, pakaian, dan sikap selama di kelas ...."

"... hari ini adalah hari pertama kalian bersekolah dan menaiki SMA. Belajarlah dengan serius. Oleh karena itu, pelajaran SMA akan lebih sulit dan tidak sama seperti saat kalian duduk di bangku SMP ...."

"... karena hari ini masih terlalu mendadak untuk belajar, mari perkenalkan satu-persatu murid kelas X Ipa II." Ucapan panjang lebar Welda, disambut teriakan semangat dan tepuk tangan semua murid di kelas itu. 

Tentu saja mereka semangat, siapa yang tidak suka jamkos? 

Welda kembali duduk di bangkunya, dan jarinya menunjuk kepada siswa yang duduk di bangku sisi kiri paling depan untuk memulai memperkenalkan diri.

"Nama gue, Adrian Gio Alfaro," ucap murid pertama memperkenalkan diri. 

Satu persatu siswa siswi menyusun kedepan untuk  memperkenalkan diri. Lalu, tibalah bagian Alena untuk maju ke depan. Ia merasa  sangat gugup. Terlebih lagi, semua mata tertuju ke ke arahnya.

Tarik nafas ...

Hembuskan ...

Alena berdiri dan memberanikan diri maju ke depan. Saat sudah tiba, matanya berhadapan dengan berbagai tatapan. 

Oh ... kakiku gemetar.

"H-ai ... perkenalkan, nama aku Alena Valencia Alvarendra." Setelah suara gemetar gadis itu keluar, terjadi keheningan yang membuat Alena bingung.

"Apa kamu putri Alvarendra?" Pertanyaan Welda membuat Alena semakin heran. 

Untuk apa mempertanyakan marga keluarganya.

Alena hanya mengangguk. Tiba-tiba, terjadi keributan kelas terdengar

"Dia putri keluarga terkaya keempat!"

"Ah, Berarti adiknya kak Ravael, dong?"

"Gue gak nyangka bakal sekelas sama dia."

"Alena cantik juga."

"Kiww! Len, WA nya dong!"

"Kayaknya dia cewek pemalu."

"Iya, kelihatannya lugu banget."

Berbagai pembicaraan tentangnya memasuki telinga sehingga Alena hanya menunduk malu. Ia ingin sekali bersembunyi. Dengan tatapan mendesak, Alena menoleh ke arah Welda untuk izin duduk kembali.

"Eh! Lo yang kemaren jatoh dari tangga, kan?!" Pertanyaan salah satu siswa lelaki menghentikan langkah Alena yang akan kembali duduk di bangku.

"Ah ... iya." Alena hanya menjawab pelan sembari tersenyum kaku.

"Oh ternyata dia."

"Iya, ya. Gue juga sempat penasaran."

"Yang jadi pembicaraan waktu MOS, ya?"

"Keliatannya udah baikan.

Tapi, katanya kepalanya yang parah.

"Gak amnesia, kan?"

"Alena, kemaren waktu MOS kamu sempet kecelakaan, apa sekarang keadaanmu sudah membaik?" Pertanyaan Welda dengan nada khawatir hanya Alena balas dengan anggukan. 

Alena ingin menutupi bahwa ia amnesia seperti perkataan dokter Ferro, karena terlalu malas dan sudah terlalu lama dirinya berdiri di depan kelas. 

Akhirnya, ia kembali ke tempat duduk setelah mendapatkan izin dari Welda. Alena langsung menghela nafas lega.

"Alena, gue gak nyangka lo adiknya kak Ravael, yang katanya most wanted disini," celoteh Dhita dengan antusias.

Ravael beserta lima teman lainnya memang most wanted di sekolah ini. Jadi, wajar saja bila Dhita menanggapinya dengan tidak biasa saat tahu bahwa dia adalah adik dari salah satunya.

Risha mengangguk dan berkata. "Eh, Len, Kemaren lo kenapa bisa jatoh dari tangga? Lo 'kan jadi gak full ikutan MOS. Padahal seru banget loh!" 

"Mungkin akunya yang ceroboh," jawab Alena seadanya.

Karena memang ia tidak tahu bagaimana Alena sebelumnya jatuh dari tangga.

***

Tidak terasa banyak waktu berlalu, dan bel istirahat akhirnya tiba.

"Alena, mau ikut ke kantin bareng kita, gak?" Ajakan Risha Alena jawab dengan anggukan seraya tersenyum.

Sepertinya, mereka bertiga akan menjadi teman dekat. Alena bersyukur ada yang mengajak berkenalan kepadanya duluan. Karena ia akan terlalu malu jika dirinya yang duluan memperkenalkan diri. 

Mereka bertiga menuju pintu keluar kelas. Alena hanya tersenyum ramah saat teman kelasnya ada yang menyapa. Setelah ketiganya tiba di luar kelas, Alena melihat-lihat bangunan, lapangan, koridor sekolah, sembari berjalan menuju kantin.

Sekolah ini benar-benar elite dan megah. Jika tidak salah, Alena menebak bahwa hari ini di kantin ada adegan di mana protagonis wanita menabrak Andreas, sehingga Andreas refleks menangkap tubuhnya.

Ini adalah pertemuan kedua mereka, karena pertemuan pertama adalah pada waktu MOS, di mana protagonis wanita meminta tanda tangan kepada Andreas—kakak seniornya, lalu saat itu dia di tanggapi oleh Andreas yang di mana sudah menolak semua siswi yang meminta tanda tangannya.

Memikirkan adegan hari ini membuat Alena sangat bersemangat.

"Len, lo kenapa senyum-senyum sendiri?" Pertanyaan Dhita membuat Alena menoleh tanpa melenturkan senyumannya.

"Eh, gak pa-pa kok, Dhit. Aku lagi inget sesuatu yang lucu aja," jawab Alena tanpa memberitahu yang sebenarnya.

Setelah beberapa menit, mereka tiba di pintu kantin. Alena mengedarkan pandangan ke setiap sudut kantin. Sepertinya mereka datang paling awal, karena masih banyak bangku yang belum terisi.

"Disitu aja, yok!" ajak Risha seraya menunjuk bangku di pertengahan bangku lainnya.

"Ayo!" ujar keduanya semangat. 

Karena adegan hari ini terjadi di tengah kantin, jadi Alena bisa melihat lebih dekat ....

"Alena, lo semangat banget. Bakal ada sesuatu ya? Atau ... seseorang?" tanya Dhita dengan wajah heran. 

Alena terkikik tanpa menjawabnya membuat Dhita dan Risha saling pandang bertanya-tanya. 

1
Fitri Apriyani
bagus banget kk cuma ap nya kuma satu bab jadi aku lama nunguin nya mana dah ngak sabar lagi aku harap jangan gantung ya ceritanya harus sampai tamat oke kk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!