NovelToon NovelToon
Larasati Untuk Arjuna

Larasati Untuk Arjuna

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Suami ideal
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Eed Reniati

Larasati, sering di sapa Rasti atau Laras seorang dokter residen, yang sedang cuti dan bekerja di Beauty wedding planner and organizer. Dia bisa menjadi MC, fotografer, ketua tim Planner, bagian konsumsi. Bertemu kembali dengan Lettu Arjuna Putra Wardoyo, lelaki yang pernah menjadi cinta masa kecil saat masih SD.

Arjuna anak kesayangan papa Haidar Aji Notonegoro( papa kandung), dan ayah Wahyu Pramono( ayah sambung). "Kamu Laras yang pernah sekolah di?"

"Sorry, salah orang!" Ucap Rasti memotong ucapan Juna, sambil berlalu pergi dengan kameranya.

"Seorang Arjuna di cuekin cewek, ini baru pertama dalam sejarah pertemanan kita." Ucap Deri sambil memukul bahu Juna.

"Aku yakin dia Laras adik kelas ku, yang dulu ngejar-ngejar aku." Ucap Juna dengan pandangan heran.

Apa yang membuat Laras tidak mau mengenal Juna, padahal pesona seorang Arjuna tidak pernah ada tandingannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eed Reniati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6. Ada apa Denganku

Dengan menenteng satu koper medium dan satu tas ransel di pundaknya, Laras berjalan dengan melihat ke depan bergabung dengan beberapa relawan PMI lainnya yang sudah berkumpul.

"Maaf, paspor anda sepertinya bermasalah, lebih baik di cek di bagian keimigrasian bandara." ucap petugas bandara, setelah berulang kali membantu Laras mengecek paspornya yang tidak lolos di Autogate bandara.

"Kenapa bisa begitu, aku sudah ngecek dengan bener saat memperbaiki masa berlakunya kemarin di kantor keimigrasian." gumam Laras.

"Ayo, aku temanin ke bagian keimigrasian bandara," ucap Hanafi. Dengan ragu akhirnya Laras mengangguk pelan, dan berjalan bersama dengan Hanafi.

Setelah melalui pengecekan paspor. "Maaf, saudari Laras paspor anda di tolak, dan untuk sementara anda di larang melakukan perjalanan ke luar negeri." jelas petugas kantor imigrasi, yang ada di bandara, sambil menyerahkan paspor milik Laras.

"Pasporku di tolak? Kenapa bisa begini?" heran Laras, dengan ragu menerima paspornya.

"Sebaiknya di cek ulang data pribadimu, Ras. Siapa tahu ada kesalahan dalam kamu ngisi data kemarin," ucap Hanafi.

"Apa ini ulah papa?" gumam Laras, sambil mengamati paspornya.

"Tidak apa-apa, kita akan urus di lagi, tapi keberangkatan mu terpaksa di tunda." ucap Hanafi memenangkan. "Mau aku antar pulang?"

Laras menggeleng dan tersenyum tipis. "Tidak perlu, bukannya mas Hanafi masih harus mengurus para relawan lainnya. Aku akan pulang dengan taxi online."

...****************...

Laras duduk di trotoar di tepi jalan, setelah turun dari taxii. Memandang pengamen jalanan, yang sedang mengais rezeki dengan menyanyikan lagu di kala lampu merah menyala. Atau para anak-anak jalanan yang menawarkan dagangannya, kepada para pengendara yang sedang berhenti saat lampu merah.

Dalam hati Laras bersyukur dia tidak pernah mengalami beratnya hidup seperti mereka. Paling tidak mama Hanum menyayanginya, hingga Laras bisa merasakan masa anak-anak tanpa beban. Terlebih semua yang di lakukan mama Hanum, karena rasa bersalah terhadap ibu kandungnya.

Bahkan setelah Laras memutuskan pergi dari rumah, setiap bulan papa masih mengirim jatah bulanan dan memastikan dia tidak kekurangan apapun, dengan selalu mengirim uang dengan nominal yang setiap bulan semakin besar, bahkan sampai sekarang. Meski sudah tidak meneruskan pendidikan dan bekerja, papa tidak berhenti untuk menambah saldo di rekeningnya, membuat jumlah nolnya bertambah semakin banyak.

Lamunan Laras buyar saat terdengar beberapa orang sedang cekcok, Laras melihat seorang remaja SMA sedang di marahi dan di tampar oleh seorang lelaki berseragam loreng, gara-gara ngebut di jalan dan menggores mobilnya yang sedang berhenti di lampu merah.

"Mungkin dia salah ngebut di jalan dan mengakibatkan mobil anda tergores.Tapi tidak seharusnya anda menamparnya, anda bisa menegur dan minta ganti rugi." ucap pengendara yang lain.

"Ganti rugi, apa dia mampu? Lihat motornya saja jelek begini!" Ujar pria berseragam loreng sambil menendang motor remaja tersebut, hingga roboh.

Laras yang sudah kesal karena gagal terbang menjadi relawan, merasa tambah geram melihat sosok oknum aparat yang sombong tersebut.

Laras berjalan dan berdiri di samping bapak-bapak yang sempat membela pemuda tersebut.

"Mobil anda tergores dan anda sudah membalas dengan menampar pemuda ini, beserta menendang motornya. Berarti impas dong, kalau begitu silahkan anda pergi. Kelakuan anda tidak mencerminkan seragam anda." tegas Laras.

"Hai perempuan jangan ikut campur kamu! Ini belum impas sebelum pemuda itu membetulkan goresan mobil saya!"

"Saya akan tanggung biayanya. Anda mau berapa 1 juta apa 5 juta, tapi saya akan biarkan pemuda ini memperlakukan anda, seperti anda memperlakukannya. Satu tamparan dan satu tendangan untuk mobil anda." Ujar Laras sinis pada lelaki yang mungkin usianya 10 tahun diatas Laras.

"Kau berani memukul ku?" sinisnya.

Laras tersenyum sinis, menanggapi lelaki itu yang menunjuk kearah muka Saras, dengan jari telunjuknya tepat di hadapan Laras.

"Kenapa tidak berani? Saya bukan anak buah atau bawahan anda. Apa anda perlu bukti?" Tanya Laras sinis, sambil berjalan dan menggores mobilnya dengan batu yang sempat di ambil dari atas tanah. Membuat lelaki itu murka dan menampar Laras yang di saksikan beberapa orang di sana, bahkan ada yang merekam kejadian itu.

"Terima kasih atas tamparannya, saya pastikan anda sersan mayor Andi akan mendapatkan sangsi militer!" Ucap Laras setelah melirik nametag yang tertera di seragam pria tersebut, sambil menekan nomor telpon papanya untuk pertama kalinya, setelah beberapa tahun tidak pernah di hubunginya, lebih tepatnya sejak keluar dari rumah dinas Rio .

"Assalamualaikum papa! Aku sedang ada di lampu merah di jalan Martadinata. Barusan aku di tampar oleh seorang oknum berseragam loreng, berpangkat sersan mayor bernama Andi!"

"Ada apa ini!" Ucap Bagas, yang tiba-tiba muncul diikuti Deri dan Juna yang baru datang, di saat sambungan telepon masih terhubung. Mereka juga masih menggunakan seragam dinas harian, berserta mobil dinas.

"Siap salah! Tidak ada apa-apa letnan hanya kesalahan pahaman!" ucapnya tegas pada Bagas.

"Dia anggota mu kan?" tanya Laras pada Bagas, yang di jawab dengan anggukan Bagas. "Dia baru menamparku," ucap Laras sambil menunjuk kearah Pipinya yang merah. "Sebelumnya, dia juga menampar pemuda itu dan mendorong motornya juga, hanya karena mobilnya lecet. Bilang sama dia," ucap Laras terhenti saat tiba-tiba Juna mengusap pipinya yang merah di depan umum.

Juna tidak tahu dia tidak terima melihat pipi Laras yang putih menjadi merah ada bekas tamparan.

Plakk Plakkk dengan sekuat tenaga Juna membalas tamparan yang dialami Laras 2 kali lipat.

"Tangan seorang lelaki pantang menampar perempuan!" Ucap Juna dingin setelah memberikan tamparan pada serma Andi.

"Kamu salah memilih lawan, sebaiknya kamu ikut kami!" Ucap Bagas yang langsung merangkul Andi masuk ke dalam mobil Andi. Sedangkan Laras langsung di tarik tangannya oleh Juna, dan Deri lansung membubarkan masyarakat yang melihatnya, sebelum menyusul Bagas.

Laras hanya bisa bengong dengan tingkah Juna, yang tidak hanya mengusap pipinya tapi balas menampar lelaki tadi, yang Laras yakin 2 kali lipat lebih keras.

"Jangan besar kepala Laras, masak kamu lupa dulu Juna acuh padamu. Tidak mungkin tindakannya tadi karena ada rasa, paling sebatas kasihan atau hanya karena kamu anak atasannya.Lagian bagaimanapun kalian ada saudara, meski tidak sedarah kalian sama-sama Notonegoro." pikir Laras.

Laras terus mengutarakan kalimat-kalimat penyanggah, tentang sikap Juna padanya. Hanya untuk menetralkan jantungnya yang mulai berdebar sejak Juna menarik tangannya tadi.

Rio papa Laras masih sepupu dengan Haidar papa kandung Juna, yang berarti masih saudara. Meski ayah Rio dan Haidar sudah meninggal, tapi nama keluarga mereka masih sama, berbeda dengan Juna yang tidak menggunakan nama Notonegoro di namanya.

"kita mau kemana?"

"Ke rumah sakit, kita obati pipimu sekalian visum!"

"Tidak perlu, kamu sudah menamparnya itu sudah lebih dari cukup. Antar saja aku ke alamat ini, aku bisa mengompres dengan air dingin saja di kosan!"

"Kamu tinggal di kosan?"

"iya, kenapa? Ada yang salah aku tinggal di kosan?" tanya Laras, karena tempo hari Laras menolak di antar Juna pulang, dan memilih di antar ke kantor WO.

"Tidak itu hak mu," jawab Juna kembali acuh. Juna sendiri merasa aneh dengan tingkah sepontan nya yang meraba pipi Laras, dan menampar Serma Andi.

"Itu koperku!" ucap Laras menunjuk kopernya.

Juna langsung mengambil koper Laras dan memasukkan ke dalam mobilnya untuk mengantar Laras pulang. Tidak ada obrolan yang berarti selama perjalanan mereka, yang hanya di iringi suara radio yang di putar di dalam mobil.

"Terima kasih!" ucap Laras saat mobil sudah berhenti di depan kosannya.

"Kami tidak menawari aku untuk masuk ke dalam?"

"Tidak." tegas Laras menolak Juna.

"Kalau begitu aku menumpang ke dalam kamar mandi sebentar, ya!" Ucap Juna sambil keluar dari mobil, membuat Laras yang masih duduk di dalam mobil, langsung keluar dan berjalan duluan.

"Itu kamar mandinya!" Ujar Laras setelah masuk ke dalam kamar kosannya, sambil menunjuk kearah pintu kamar mandi.

"Siapin sajadah, aku mau numpang sholat magrib!"

"Belum adzan magrib."

"5 menit lagi adzan magrib," ucap Juna sambil berjalan masuk ke dalam kamar mandi.

"Kok aneh sih, ada apa dengannya. Jangan besar kepala Laras , ingat dulu Juna sangat anti denganmu." ucap Laras sambil melihat kearah pintu kamar mandi, dimana Juna berada.

**

"Kenapa denganku?"

Juna menatap dirinya di pantulan cermin, sambil melihat tangannya yang tadi di gunakan untuk mengusap pipi Laras. "Halus."

"Apa aku kasihan? Atau jatuh cinta? Hati ini terakhir berdebar karena perempuan saat SMA. Tapi aku marah saat melihat pipi Laras di tampar oleh orang. Aaaa, ada apa denganku?" kesal Juna dengan mengacak-acak rambut pendeknya.

Tok tok tok,"Jun, Juna! Kamu tidak apa-apa kan?"

"Tidak apa-apa hanya perutku sedikit mulas," bohong Juna.

"Bagus deh, aku takut kamu kesurupan di kamar mandi, habis sudah mulai adzan Magrib gak keluar-keluar!" teriak Laras.

"Asem, masak aku suka dengan Laras yang sekarang bar-bar sih. Gak mungkin deh kayaknya." Ujar Juna sambil menggelengkan kepalanya.

1
Rita Rita
anak dan emak sama sama ular
bisa bahaya Juna,,, ayok Laras bongkar kebusukan BSI Serly dan emak nya
Nene di Oon
semangat KK author
eed: Semangat kakak, terimakasih 🙏💕
total 1 replies
Nene di Oon
ceritanya seru dan tidak bertele²👍👍👍
Nene di Oon
menurut sy ceritanya seru tidak bertele² semangat terus author
eed: Terima kasih, kak 🙏💕.
total 1 replies
kalea rizuky
lanjut donk
kalea rizuky
Hanum masih aja bloon dan jahat
kalea rizuky
jahat bgt Hanum
Rita Rita
gimana kalo Arjuna tau Laras ikut di tim dokter yg jelas " berbahaya. 🤔🤭
Rita Rita
Juna pergi untuk pendidikan dan pulang setelah selesai langsung nikah sama Laras,,
Rita Rita
suka banget dengan sikap tegas Juna. ga tau malu banget si Cindy . udah ibu Juna dihancurkan mau nikahin lagi anaknya dengan anak sendiri
dasar jalang
Rita Rita
keknya paling banyak ulet bulu disini 🤔🤭
Rita Rita
wah taktik licik nih kalo ketahuan bakalan hancur.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!