Rayna Sasa Revalia, gadis dengan karakter blak-blakan, humoris, ceria dan sangat aktif. Dia harus meninggalkan orang tua serta kehidupan sederhananya di kampung karena sebuah kesialan sendiri yang men-stransmigrasikan jiwa gadis itu ke dalam sebuah karakter novel.
Sedih? Tentu. Namun ... selaku pecinta cogan, bagaimana mungkin Rayna tidak menyukai kehidupan barunya? Masalahnya, yang dia masuki adalah novel Harem!
Tapi ... Kenapa jiwa Rayna harus merasuki tubuh Amira Rayna Medensen yang berkepribadian kebalikan dengannya?! Hal terpenting adalah ... Amira selalu di abaikan oleh keluarga sendiri hanya karena semua perhatian mereka selalu tertuju pada adik perempuannya. Karena keirian hati, Amira berakhir tragis di tangan semua pria pelindung Emira—adiknya.
Bagaimana Rayna menghadapi liku-liku kehidupan baru serta alur novel yang melenceng jauh?
~•~
- Author 'Rayna Transmigrasi' di wp dan di sini sama!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febbfbrynt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nina Bobo
“Njir! Kenapa lo gendong gue?!” Rayna yang baru bereaksi, berteriak protes saat perjalanan menuju UKS.
Danies tetap diam dengan pandangan lurus ke depan. Ia tidak menyangka Rayna banyak yang mengincar. Saat Rayna membawa motor itu sendiri, Danies agak terkejut saat kebetulan dia baru sampai di parkiran.
Lalu ketika Rayna terjatuh, ia sangat panik dan langsung berlari ke arahnya. Tidak di duga, bukan hanya dia yang memerhatikan Rayna. Tapi kedua temannya dan dua orang lainnya menghampiri Rayna.
Danies sangat kesal. Ingin sekali ia membunuh seseorang saat ini.
“Woy! Diem-diem bae lo! Mikirin beras di rumah ya?” Teriakan Rayna menyadarkan Danies.
Danies menunduk dan menatapnya dingin, “Diam.”
Rayna langsung menyusut saat menatap matanya yang begitu tajam. Ia merasakan mood Danies sedang tidak baik. Jadi Rayna mengangguk patuh, “Oke, oke. Gue diem.”
Sepanjang jalan, tidak ada mata yang tidak memerhatikan mereka. Tentu saja itu adalah momen langka. Semua orang tahu, Danies adalah anak pemilik sekolah. Namun temperamennya yang dingin sangat tidak mudah di dekati.
Danies agak misterius di mata semua orang. Bahkan dia tidak punya teman di kelasnya. Tidak tahu bagaimana sifat dan kepribadiannya. Hanyalah wajah dingin yang Danies tampilkan.
Agak menggemparkan saat semua orang melihat seorang Danies menggendong cewek yang kurang di kenal.
Saat Danies melewati seseorang, cewek itu menatap kepergiannya tidak percaya. Apalagi setelah melihat siapa cewek di gendongan Danies.
Cewek itu mengepalkan tangannya. Matanya di penuhi kecemburuan, “Anj*ng! Kurang ajar tu cewek!”
***
“Lo kenapa gak ngomong?” tanya Danies karena agak tidak nyaman melihat keterdiaman Rayna. Biasanya cewek itu sangat cerewet.
Saat ini, lutut Rayna sudah di obati oleh Danies sendiri. Sejak Danies menyuruhnya diam, Rayna benar-benar diam dan tidak berbicara sedikitpun. Mulutnya menekuk ke bawah.
Keduanya masih di UKS, Danies tidak mengizinkannya untuk ke kelas. Jadi mereka hanya diam.
Rayna memainkan jarinya, sesekali menatap Danies takut-takut. Ia mencicit, “Kan lo nyuruh gue diem.. yaudah, gue diem aja.”
Danies terlihat lebih kesal. Ia berkata ketus, “Tapi gue gak suka lo diem. Dan mata lo, gue gak suka tatapan itu. Gue udah pernah bilang, lo harus senyum kalo liat gue.”
Rayna mengerjap-ngerjap terlihat lucu. Ia lalu tersenyum kecil, “Wajah lo imut banget sih..”
Danies termangu. Wajah dinginnya pecah. Malah lebih imut di mata Rayna. “Jiaaakkh.. haha, lo ternyata bisa melongo juga.”
Danies membuang muka. Telinganya sedikit memerah.
Rayna tiba-tiba duduk tegak, “Eh, kita pernah ketemu ya sebelumnya?”
Ekspresi Danies menegang.
Danies mencoba tenang, “Waktu malam itu?”
Rayna menggeleng dengan wajah terlihat berfikir, “Bukan.. tapi sebelumnya lagi..”
Sekarang, Danies membeku. Ia takut Rayna mengingatnya, ia takut ‘sebelum’ yang Rayna maksud adalah beberapa tahun ke belakang.
Rayna tidak melihat ketidaknormalan dari ekspresi Danies, dia malah melanjutkan, “Itu loh, waktu di jalan pas gue mau ke kelas. Lo nabrak bahu gue.”
Danies langsung rileks. Ekspresinya mengendur. Ia menghela nafas lega.
Danis menatap matanya dan ikut mengingat. Sekelebat ingatan menggampiri benaknya. Ia memang peRnah menabrak seorang cewek dan cewek itu mengomel kepadanya. Danies tidak menyangka itu adalah Rayna. Saat itu moodnya sedang tidak baik-baik saja, jadi Danies tidak memerhatikannya lebih dekat. Ia menjadi agak menyesal.
“Cewek itu.. beneran lo?” tanya Danies ragu.
Rayna mengangguk semangat, “Iya! Berarti lo beneran si onta arab itu dong, haha..”
Danies mengerutkan kening mendengar panggilannya. Matanya terlihat tidak suka, “Onta arab?”
Rayna mengangguk tak bersalah. Lalu ia mengeluh, “Bahu gue waktu itu sakit tau! Gue masih kesel ya sama lo!” Rayna memegang bahunya dengan mulut cemberut.
Danies menatap bahunya. Dia mengulurkan tangan untuk memegangnya, namun Rayna bereaksi besar. Gadis itu mundur dengan waspada, “Mau apa lo?!”
“Gue mau liat bahu lo. Katanya sakit.”
“Sekarang udah enggak!” Rayna ngegas.
“Gimana kalo ada luka di sana?”
“Gak ada! Suerr..” Rayna mencoba menghindari tangannya yang terulur ke bahunya.
Tangan Danies berpindah pada kepalanya. Ia mengusap rambutnya lembut, “Oke, kalo masih sakit bilang ke gue.”
Rayna membeku merasakan tangan Danies di kepalanya. Ia tersipu malu, “Oke..”
Danies tiba-tiba berdiri dan naik ke tempat Rayna duduk.
Rayna menatap gerak-geriknya dengan mata melotot, “Danies! Lo mau ngapain?!”
Tempat Rayna duduk adalah tempat tiduran jika seseorang sakit. Memang cukup untuk dua orang, tapi Rayna sangat gugup.
Danies malah berbaring di samping Rayna. Kepalanya ia simpan di bahu Rayna, lalu tangannya melingkari dan memeluk perut Rayna, “Gue mau tidur, temenin gue di sini.”
Ini adalah pertama kali Rayna begitu dekat dengan seorang cowok. Jantungnya langsung berdisko. Ia tidak berani bergerak. Saat menunduk, ia bisa melihat wajah Danies dari dekat. Matanya tertutup.
“Tapi gue mau ke kelas dan belajar..”
Dengan mata tertutup, Danies menyela, “Jangan dulu. Lo lagi sakit, jadi gak usah belajar.”
Rayna melihat lututnya yang di tutupi kapas dan hansaplas, “Cuma lutut doang..”
“Diem.”
Rayna langsung diam. Suasana UKS hening, saat Rayna menatap wajahnya lagi, Danies memang terlihat kelelahan seakan malamnya memang tidak tidur. Rayna menjadi kasihan.
Tanpa sadar Rayna mengusap rambutnya. Lalu ia bersenandung untuk membuatnya tidur.
“Nina bobo.. oh nina bobo.. kalo tidak bobo, di gigit kebo..”