NovelToon NovelToon
Penebusan Ratu Malam

Penebusan Ratu Malam

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Keluarga / Diam-Diam Cinta / Cinta Terlarang / Cinta pada Pandangan Pertama / Cintapertama
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Miss Ra

Di tengah gelapnya dunia malam, seorang Gus menemukan cahaya yang tak pernah ia duga dalam diri seorang pelacur termahal bernama Ayesha.

Arsha, lelaki saleh yang tak pernah bersentuhan dengan wanita, justru jatuh cinta pada perempuan yang hidup dari dosa dan luka. Ia rela mengorbankan ratusan juta demi menebus Ayesha dari dunia kelam itu. Bukan untuk memilikinya, tetapi untuk menyelamatkannya.

Keputusannya memicu amarah orang tua dan mengguncang nama besar keluarga sang Kiyai ternama di kota itu. Seorang Gus yang ingin menikahi pelacur? Itu adalah aib yang tak termaafkan.

Namun cinta Arsha bukan cinta biasa. Cintanya yang untuk menuntun, merawat, dan membimbing. Cinta yang membuat Ayesha menemukan Tuhan kembali, dan dirinya sendiri.

Sebuah kisah tentang dua jiwa yang dipertemukan di tempat paling gelap, namun justru belajar menemukan cahaya yang tak pernah mereka bayangkan.

Gimana kisah kelanjutannya, kita simak kisah mereka di cerita Novel => Penebusan Ratu Malam.
By: Miss Ra.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16

Tepat setelah Arsha mulai menyeret Ayesha menjauh, Prasetyo bergerak cepat. Ia mengambil jeda sejenak untuk memastikan bosnya dan Ayesha cukup jauh sebelum melangkah maju, mendekati wanita malam yang mereka bawa, sebut saja namanya Clara, yang masih berdiri mematung di dekat pintu lift.

​Prasetyo menoleh sekilas ke arah lorong yang mulai kosong, memastikan pintu Suite 3205 masih tertutup. Ia kemudian mencondongkan tubuhnya ke arah Clara, matanya tajam dan serius.

​"Kau lihat kan, situasi yang terjadi? Sekarang, tugasmu berubah. Kau akan menggantikan wanita yang baru saja ditarik oleh Tuan Arsha. Persis seperti yang direncanakan, tapi ada sedikit modifikasi," perintah Prasetyo, suaranya pelan dan berbisik, tapi penuh penekanan.

​Clara mengangguk gugup. Tensi di lorong itu terasa sangat berat, dan ia bisa merasakan ada sesuatu yang jauh lebih rumit dari sekadar kencan biasa.

​"Dengarkan baik-baik," lanjut Prasetyo sambil menyerahkan kartu akses Suite 3205 yang tadi diambilnya dari tangan Ayesha. "Kau akan masuk ke dalam. Klien itu adalah Sheikh Khalid. Dia orang yang sangat berpengaruh dan tidak suka menunggu. Ketika kau masuk, dia akan mengira kau adalah Ayesha."

​Prasetyo menatap Clara lurus-lurus, memastikan pesannya sampai. "Kau harus menggunakan nama Ayesha. Ingat, namamu malam ini adalah Ayesha. Kenalan dengan dia, mainkan peranmu. Jangan sampai ada yang curiga kau bukan orang yang dia harapkan."

​Ia kemudian mengambil beberapa lembar uang tunai yang tebal dari saku jasnya, menyisihkannya dari tumpukan lain, dan menyelipkannya ke tangan Clara. "Ini uang muka yang lebih besar. Lakukan tugasmu dengan baik, bersikaplah profesional. Jaga agar dia tetap terhibur. Paham?"

​Clara mencengkeram kartu akses dan uang itu. Rasa takutnya sedikit teratasi oleh janji bayaran yang menggiurkan dan keseriusan Prasetyo. "Baik, Tuan. Saya mengerti. Nama saya... Ayesha," katanya, mencoba menanamkan nama itu ke dalam benaknya.

​"Bagus," Prasetyo menghela napas, lega karena instruksinya diterima. "Sekarang, segera masuk. Aku akan menunggu di dekat lift. Jika ada masalah, jangan panik. Aku akan mengurusnya dari luar. Beri waktu pada Tuan Arsha untuk menjauh dulu."

​Clara mengangguk sekali lagi, merapikan gaun malamnya yang sedikit berantakan. Ia berbalik, jantungnya berdebar kencang, melangkah menuju pintu Suite 3205 yang terlihat mengancam. Ia menggesek kartu akses itu, lampu kecil di gagang pintu berubah menjadi hijau, dan ia mendorongnya perlahan, memasuki aura kemewahan gelap yang telah menunggu.

Sementara itu, ​Arsha tidak melepaskan pengawasannya pada Ayesha hingga mereka tiba di sebuah pintu besi yang menghubungkan lorong mewah itu dengan tangga darurat yang sepi. Dengan gerakan yang tetap terukur namun tegas, ia membuka pintu itu dan menuntun Ayesha masuk ke dalam area yang remang-remang, jauh dari hiruk-pikuk koridor hotel.

​Baru setelah pintu itu tertutup rapat, Arsha melepaskan tangannya. Suasana seketika menjadi kaku dan dingin di bawah cahaya lampu darurat yang pucat.

​Ayesha tersengal-sengal, matanya merah karena air mata yang tumpah tak terbendung. Sebelum ia sempat menguntai kata untuk membela diri, Arsha berbalik dengan cepat. Meskipun gerakannya tidak kasar, aura wibawa yang terpancar dari wajahnya begitu gelap dan pekat oleh amarah yang tertahan.

​"Apa yang sedang kamu lakukan, Ayesha? Apa yang sebenarnya terjadi?" suara Arsha rendah, hampir berbisik namun tajam seperti sembilu. Ada nada kekecewaan yang mendalam di balik ketegasannya.

​Ayesha berdiri membeku. Ia tak mampu berucap sepatah kata pun, hanya bisa menatap pria di depannya dengan isakan yang menyayat hati. Riasan indahnya kini luntur oleh air mata, menyisakan wajah yang penuh dengan rasa malu dan kehancuran.

​Melihat ekspresi ketakutan yang begitu murni itu, Arsha merasa hatinya tercubit. Amarahnya masih ada, namun melihat Ayesha yang begitu rapuh, ia segera memaksakan diri untuk menarik napas dalam. Ia memejamkan mata sejenak, menengadah ke atas sembari bibirnya berulang kali melantunkan, "Astaghfirullahal'adzim..." mencari ketenangan dari Sang Pemilik Hati.

​Setelah beberapa saat, ketegangan di wajahnya mulai mengendur. Ia mengembuskan napas panjang. Tatapannya kini berubah, ia melangkah sedikit mendekat, namun tetap menjaga jarak yang syar'i agar Ayesha tidak merasa terancam.

​"Aku sudah memintamu untuk meninggalkan semua ini. Aku sudah katakan bahwa aku akan membantumu." ujar Arsha dengan nada yang melembut namun tetap penuh penekanan. "Kenapa kamu harus kembali ke tempat yang penuh lumpur ini? Jawab aku dengan jujur, Ayesha. Apa yang sebenarnya terjadi?"

​Ayesha akhirnya runtuh. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan, tangisnya pecah menjadi sedu-sedan yang memilukan. "Jefry... Jefry mengancamku," jawab Ayesha dengan suara parau. "Aku terpaksa. Aku benar-benar tidak punya pilihan!"

​Mendengar nama itu, rahang Arsha mengeras. Kepalan tangannya mengencang di samping tubuh, namun ia berusaha keras tetap menampakkan ketenangan di hadapan wanita yang sedang terguncang itu.

​"Ancaman apa? Katakan padaku," desak Arsha. "Apakah dia menyakitimu secara fisik?"

​Ayesha menggeleng cepat. "Tidak... tapi dia... dia menuntut denda lima ratus juta rupiah jika aku menolak klien ini secara mendadak. Dia mengancam akan menghancurkan hidupku sepenuhnya. Aku... aku sangat takut, Gus."

​Mendengar itu, bahu Arsha sedikit merosot, bukan karena menyerah, melainkan karena rasa iba yang mendalam. Ia menyadari betapa kejinya manusia bernama Jefry itu memanfaatkan kesulitan seseorang.

​Arsha melangkah maju perlahan, memberikan rasa aman melalui kehadirannya yang kokoh. "Dengarkan aku baik-baik, Ayesha," suaranya kini terdengar begitu tulus dan menyejukkan. "Kamu tidak perlu takut lagi padanya. Biarkan dia bicara sesukanya. Aku bersumpah demi Allah, dia tidak akan bisa menyentuhmu lagi, apalagi merusak hidupmu."

​Arsha menatap mata Ayesha dengan keyakinan mutlak. "Aku yang akan berdiri di depanmu. Aku akan menjadi dinding yang harus dia hadapi sebelum dia bisa menjangkaumu. Serahkan urusan Jefry kepadaku. Tugasmu sekarang hanyalah fokus pada hidup yang lebih baik dan menjaga ibumu. Biarkan semua masa lalu kelam ini aku yang selesaikan."

​Ayesha terpaku. Keyakinan dalam suara Arsha seolah menjadi pegangan baru baginya. Dalam luapan emosi yang tak terbendung, Ayesha secara naluriah condong ke depan, ingin mencari perlindungan di balik sosok pria yang begitu mulia ini. Namun, sebelum ia menyentuh Arsha, ia tersadar dan menarik dirinya kembali. Ia menunduk malu, takut tindakannya dianggap tidak sopan.

​Arsha yang menyadari hal itu hanya tersenyum tipis, sebuah senyum teduh yang mengisyaratkan bahwa ia mengerti. "Sudah, jangan dipikirkan lagi. Mari kita pergi dari sini."

​Ia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Prasetyo. "Pras, bagaimana situasi di atas?"

​"Aman, Gus. Pengganti sudah berada di dalam dan menjalankan tugasnya sesuai instruksi. Semua terkendali," lapor Prasetyo di seberang telepon.

​"Bagus. Tetap di sana sampai keadaan benar-benar sunyi. Pastikan tidak ada kecurigaan apa pun. Aku akan mengantar Ayesha pulang sekarang juga," perintah Arsha tegas.

​Ia menutup telepon dan menatap Ayesha kembali. "Ayo. Aku akan pastikan kamu sampai di rumah dengan aman."

Arsha membuka pintu tangga darurat itu, memberi jalan bagi Ayesha untuk keluar, meninggalkan kegelapan lantai 32 menuju cahaya perlindungan yang telah ia janjikan.

...----------------...

Next Episode....

1
🌹Widianingsih,💐♥️
duhh .. Arsya..jangan jatuh cinta pada Ayesha, nanti akan mendatangkan masalah besar
🌹Widianingsih,💐♥️
benar-benar cobaan berat bagi seorang Gus , bagaimana nanti jika ada yang tau. ...pasti fitnah besar yang datang !
duh Gusti nu maha agung.... selamatkan keduanya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!