Devan kaget saat tiba-tiba seseorang masuk seenaknya ke dalam mobilnya, bahkan dengan berani duduk di pangkuannya. Ia bertekad untuk mengusir gadis itu, tapi... gadis itu tampak tidak normal. Lebih parah lagi, ciuman pertamanya malah di ambil oleh gadis aneh itu.
"Aku akan menikahi Gauri."
~ Devan Valtor
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidur bersama
Setelah Diana pergi, ada yang mengetuk pintu lagi.
Tok tok tok.
Ketukan pintu membuat Devan terlonjak kecil. Ia menghembuskan napas pelan.
"Makanan room service," kata suara dari balik pintu.
Devan membuka pintu dan menerima dua tray makanan. Sop ayam hangat, nasi lembut, salmon panggang, dan puding vanila. Ia menutup pintu, lalu membawa makanan itu ke meja kecil dekat jendela.
"Gauri," panggilnya lembut.
"Makan dulu."
Gadis itu masih berguling-guling di kasur sambil memeluk bonekanya.
"Gauri ngga lapar…" gumamnya malas.
Devan menutup mata sejenak. Sabar. Dia harus sabar.
"Kamu harus makan. Kalau gak nanti sakit."
Gauri menggeleng keras, wajahnya meringis kesal.
"Ngga mau! Gauri ngantuk."
"Gauri," Devan mendekat, berlutut di sisi kasur.
"Kamu belum makan dari tadi, kamu kecapean seharian perjalanan ke sini. Kalau kamu gak makan, kamu bisa muntah, bisa pusing. Kakak gak mau kamu sakit."
Gauri memelotot kecil, seperti anak kecil yang merasa dipaksa. Bibirnya manyun, seolah-olah sebentar lagi akan marah lagi.
Devan tahu tanda-tanda itu. Segera, dia mengambil sendok, mengambil sedikit sop hangat, lalu menyuapkan ke arah gadis itu.
"Satu sendok saja."
Gauri memalingkan wajah, tapi hidungnya mencium aroma sop ayam yang lembut. Tangan kecilnya bergerak pelan, menggenggam boneka lebih kuat.
"Gauri…" suara Devan berubah lembut sekali.
"Kakak capek juga hari ini. Tolong jangan bikin kakak tambah pusing, ya."
Gauri mengedip, lalu perlahan menatapnya. Seperti refleks naluriah, mulut kecilnya terbuka. Devan menyuapkan sendok pertama, memastikan sop tidak terlalu panas. Gauri mengunyah pelan, lalu wajahnya mencair.
"Enak …"
"Kalau enak, makan lagi."
Anehnya, setelah disuapi beberapa kali, Gauri mulai membuka mulut dengan patuh, bahkan tanpa perlu dibujuk. Tatapannya naik sebentar, memperhatikan ekspresi Devan, pria itu tampak fokus dan lembut. Nyaman. Aman.
Mereka menghabiskan sebagian besar makanan seperti itu, Devan menyuapi, Gauri makan sambil memainkan bonekanya. Setelah selesai, dia bahkan menguap lebar dan mengusap matanya.
"Selesai?" tanya Devan sambil mengambil tisu.
Gauri mengangguk pelan, lalu rebah di kasur meski rambutnya belum benar-benar kering.
Devan menarik selimut, menutup tubuh gadis itu perlahan.
"Tidurlah."
Gauri tersenyum kecil, memegangi bonekanya seperti harta paling berharga.
"Good night… kak Devannya Gauri."
Gauri menyentuh pipi Devan, membuat Devan membatu sesaat, cukup lama sebelum ia tersenyum lembut.
"Good night."
Beberapa menit kemudian, Gauri sudah tertidur pulas.
Devan mengambil baju tidurnya sendiri dan berpindah ke kamar sebelah yang terhubung oleh pintu penghubung. Ia butuh mandi air dingin, butuh menenangkan diri dari segala kejadian hari ini. Ketegangan, kecanggungan, kepanikan, semuanya bercampur jadi satu.
Setelah mandi, ia duduk di sofa kamar sebelah, memijat pelipisnya. Rasanya kepalanya penuh. Hari ini benar-benar melelahkan, dalam cara yang tidak pernah dia prediksi.
Lalu, sekitar pukul dua dini hari, suara kecil memecah keheningan.
"Ka… kak Devan …"
Awalnya Devan mengira dia bermimpi. Tapi suara itu semakin dekat. Dan semakin gemetar.
"Kakak …"
Pintu penghubung antara kamar terbuka pelan. Gauri berdiri di ambangnya, berbalut baju tidur, rambut berantakan, wajah pucat ketakutan. Bibirnya bergetar.
"Gauri?" Devan langsung berdiri.
"Kenapa?"
Gadis itu langsung berlari kecil, memeluk pinggang Devan sekuat tenaga. Tubuhnya menggigil.
"Gauri mimpi buruk …" suaranya pecah, seperti anak kecil yang mencari tempat aman.
Devan terkejut, tapi refleksnya langsung mengangkat gadis itu ke pangkuannya. Seolah lupa kalau gadis yang sedang dia angkat itu sudah berusia delapan belas tahun. Saking terbiasanya dengan tingkah laku Gauri yang seperti anak-anak, dia lupa gadis itu bahkan sudah cukup umur untuk menikah.
"Ssst… sudah, sudah. Di sini aman. Kamu kenapa? Mimpinya apa?”
Gauri menggeleng sambil mengusap air mata.
"Takut… Gauri takut banget… Kak Devan gak ada… Gauri sendirian… gelap…"
Oh.
Rasanya ada sesuatu di dada Devan yang ditarik pelan. Gadis ini … memeluknya begitu erat.
"Aku di sini," ucap Devan, suaranya lebih lembut dari biasanya.
"Kamu gak sendirian."
Gauri menempelkan wajahnya ke dada Devan, suaranya teredam.
"Gauri mau tidur sama kak Devan… boleh?"
Devan terdiam.
Beberapa detik yang sangat panjang. Dia tahu ini ide buruk. Sangat buruk. Situasi seperti ini sudah membuatnya hampir gila sepanjang hari. Membiarkan Gauri tidur bersamanya… itu seperti menambah bom baru.
Tapi Gauri terlihat benar-benar ketakutan. Dan dia tidak tega untuk menolaknya.
"Boleh," akhirnya ia berkata lirih.
"Ayo."
Ia membawa Gauri kembali ke kasurnya. Gadis itu langsung memeluk bonekanya erat-erat, tapi ia tetap menatap Devan seolah takut pria itu akan menghilang.
"Kak Devan tidur sini ya?"
"Ya.
Devan berbaring di sisi lain tempat tidur, memberi jarak sejauh mungkin. Tapi Gauri langsung bergeser mendekat, menyentuh lengan Devan dengan lembut.
"Kak Devan jangan jauh-jauh, jangan hilang."
Devan menghela napas.
"Kakak gak kemana-mana."
Ia menyapu pelan punggung Gauri, gerakan lembut yang biasanya dipakai untuk menenangkan anak kecil. Gauri memejamkan mata, perlahan napasnya kembali teratur.
Devan menahan napas beberapa kali, mencoba menyingkirkan rasa aneh, campuran gugup, hangat, canggung, dan… sesuatu yang dia tidak mau pikirkan.
Tidak sekarang.
Tidak mungkin sekarang.
Dia memejamkan mata, memaksa pikirannya jernih.
"Tidur saja. Kakak di sini."
"Mm." suara Gauri pelan sekali, hampir seperti bisikan.
Tangannya yang kecil menggenggam kaus Devan, memastikan pria itu tidak hilang dari sisinya. Beberapa menit berlalu. Gauri mulai menarik napas panjang, tanda dia sudah tertidur pulas. Devan membuka mata sedikit, melirik gadis itu. Wajahnya tenang, damai, jauh berbeda dari yang tadi, saat dia menangis ketakutan.
Devan menatap langit-langit, hatinya melebur perlahan.
Astaga, Devan ... Harusnya kau berpikir panjang sebelum membawa gadis ini liburan.
Ucap Devan dalam hati. Ia masih tidak menyangka, hanya dalam satu hari, Gauri berhasil membuatnya tersiksa dan hampir kehilangan akal.
Dia menoleh lagi, melihat Gauri yang kini setengah memeluk boneka dan setengah memeluk lengannya. Manja, polos, sepenuhnya bergantung pada dirinya.
Dia tak tahan untuk tidak tersenyum kecil. Hanya sebentar. Sekilas. Tapi nyata.
Ia kembali menutup mata, menyapu punggung gadis itu sekali lagi agar tidurnya tenang. Perlahan rasa lelah hari itu menyergapnya.
Dan akhirnya, untuk pertama kalinya, Devan bisa ikut tertidur di sisi gadis yang tanpa sadar membuatnya kehilangan semua kontrol, dengan cara yang bahkan tidak pernah ia duga.
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
Mandi paginya Gauri gimana tadi - mandi sendiri atau Devan yang memandikan 😄.
Di restoran hotel untuk sarapan - teman-teman alumni menyapa Devan dan Gauri.
Ada dua orang teman alumni yang sinis, tatapannya menilai, merendahkan Gauri yang menempel pada Devan.
Merupakan suatu hiburan bagi Gino - segala apa yang Gauri dan Devan lakukan. Sangat lucu terlihat dimatanya - seorang Devan akhirnya ketempelan perempuan. Gino selalu mengabadikan momen demi momen kebarsamaan Gauri dan Devan.
Gauri merasa masih kecil, mau naik perahu berbentuk gajah. Devan stok sabarnya masih full menghadapi keinginan Gauri 😄
Gauri sudah tidur. Devan mandi untuk meluruhkan ketegangan yang melanda, bahkan canggung juga panik dalam menghadapi Gauri yang Devan sama sekali tidak menduga.
Gauri mimpi buruk.
Benar-benar jadi Gauri sitter ini Devan - menjaga Gauri aman, memandikan, pakaiin baju - bra pula, memberi makan, dan menemani Gauri tidur.
Tahu begitu bawa suster perawatnya Gauri, Devan. Gak menyangka akan terjadi hal seperti itu - mandiin anak gadis yang berkelakuan anak-anak karena trauma akibat kecelakaan yang pernah dialami.
Benar-benar menguji iman dan kesabaran Devan - bra juga mesti Devan yang pakai-in 😄.
Diana ini maksud hati ingin cari perhatian Devan. Tak sesuai harapannya, tanggapan Devan tetap datar.
Diana - tak usah punya pikiran aneh-aneh tentang Gauri dan Devan yang berada di dalam satu kamar hotel.
Janganlah segala sesuatu itu d lihat dgn mata,, pakailah hatimu..., biar ad rasa simpati disana. Si nini2 itu,, kenal dekat sama Gauri sj...,, enggak. Sok2 an menilai...,, ga ad orang yang pingin sakit,, baik itu sakit d jiwa atw d fisik.
Lha,, d situ yg katanya orang dewasa...,, menilai orang lain seperti itu,, jangan2 d situ yg sakit jiwanya.
Diana tidak suka melihat kedekatan devan dan gauri, gauri terus nempel sm devan membuat diana iri dan cemburu...
Devan merasa nyaman semenjak kehadiran gauri tidak membuatnya terganggu sama skl, justru perasaan devan sll ingin menjaga dan melindungi gauri....
Semenjak kehadiran gauri hidup devan jadi berwarna ,tingkah laku gauri sangat lucu dan gemesin biasanya devan anti perempuan susah didekati sm perempuan memiliki trauma.....
tanpa sadar gauri lah yg membantu devan menyembuhkan traumanya....