Hidup dengan berbagai peristiwa pahit sudah menjadi teman hidup bagi seorang wanita muda berusia 22 tahun ini, Ya ini lah aku Kimi Kimura..
Dari sekian banyak kilasan hidup, hanya satu hal yg aku sadari sedari aku baru menginjak usia remaja, itu adalah bentuk paras wajah yg sama sekali tidak ada kemiripan dengan dua orang yg selama ini aku ketahui adalah orang tua kandungku, mereka adalah Bapak Jimi dan juga Ibu Sumi.
Pernah aku bertanya, namun ibu menjawab karena aku istimewa, maka dari itu aku di berikan paras yg cantik dan menawan. Perlu di ingat Ibu dan juga Bapak tidaklah jelek, namun hanya saja tidak mirip dengan ku yg lebih condong berparas keturunan jepang.
Bisa di lihat dari nama belakangku, banyak sekali aku mendengar Kimura adalah marga dari keturunan jepang. Namun lagi-lagi kedua orangtua ku selalu berkilah akan hal tersebut.
Sangat berbanding terbalik dengan latar belakang Bapak yg berketurunan jawa, begitu pula dengan Ibuku.
seperti apakah kisah hidupku?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon V3a_Nst, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 - Boleh Juga
***
"Aku bukan-"
"Ekhem.. hem..."
Baru saja kimi ingin mengungkapkan fakta di hadapan ketiga pria teman William, malah pria malang bernama William tersadar. Sontak atensi semua orang tertuju padanya. Darren gegas mendekati dan Alex bergegas memeriksakan.
"Sudah sadar, syukurlah?"
William mengangguk berusaha untuk duduk, Marsel sigap menghalangi.
"Perut Kamu baru saja di jahit, jangan banyak bergerak, nanti berdarah lagi."
William berdecak tetapi menurut, ia memejamkan mata menahan sakit di sekujur tubuhnya.
"Keterlaluan kamu, sudah menikah tidak memberitahu kami!" Seru Marsel lanjut mencerca.
"Cantik sekali." Marsel berbisik sesekali melirik ke arah Kimi.
Sementara Darren ia hanya melihat William ikut menunggu apa jawaban sang adik sepupu.
"Kalian semua salah paham, aku hanya-"
"Sayang..." Panggil William lemah menatap lirih ke arah Kimi.
'SAYANG? hah! Apa yg terjadi pada isi kepalanya, otaknya tidak ikut terjahitkah? Wah dokter palsu, pasti dia ganti otak William dengan otak sapi!' Pikir Kimi dalam hati. Kimi masih saja dalam mode diam, karena shock dengan kejadian hari ini. Disaat dirinya sudah ingin menjawab, selalu saja ada halangan yg menghambat ucapannya.
"Will? Kamu beneran sudah menikah?" Kini Darren sudah tidak tahan lagi. Ia pun mendesak William untuk menjawab.
Kembali William membuat semua orang yg ada di ruangan itu terperangah tidak percaya, karena baru saja dirinya mengangguk sekali lagi sebagai jawaban mutlak.
"Kapan?"
"Baru.."
"Ya barunya kapan?"
"Berisik! ini urusan aku!"
"Tidak bisa begitu, kalau-"
"STOP!" Kimi berteriak agar Darren dan juga William terdiam. Ia pun terengah-engah menahan gejolak emosi. Apa-apaan diri nya yg masih perawan ting-ting ini seketika dibilang sudah menikah. Ya walaupun William tampan, tapi kan, harga diri nomor satu.
"Aku sama William baru saja kenal-"
"Iya, kami baru kenal dan langsung menikah, sudah! Sana kalian keluar semua, aku mau berdua aja sama istri aku!" Seru William yg kini sudah terduduk dengan paksa. Ia bahkan sedang berusaha meraih lengan Kimi yg berdiri tidak jauh dari jangkauan tangannya.
Kembali Kimi melongo tidak percaya melihat tingkah William. 'ini sudah pasti di ganti otaknya dengan otak sapi!'
***
Sepanjang pemeriksaan ulang setelah sadarnya William. Kimi di paksa menemani sang pria. Sesekali ia berdecak kesal, tentu saja hal itu di balas dengan tawa gemas dari William.
Kimi menepuk-nepuk dahinya karena sudah berapa kali ia di kira adalah istri dari orang yg ia tolong.
"Kenapa? Jangan di tepuk begitu. Nanti bocor seperti aku."
"Diam lah! Kenapa kamu bilang kita sudah menikah, apa-apaan itu? Maksud kamu apa William?"
William tersenyum lalu meraih tangan sang wanita. Kimi menegang, ia terkesiap dengan sikap orang asing ini.
"Mau tidak kamu menikah dengan saya?"
***
Satu minggu kemudian
Sudah seminggu lama nya sejak insiden William berlumuran darah. Kimi akhirnya tahu ternyata kejadian yg menimpa seorang pria tampan, adalah anak konglomerat. Hal itu diketahui dari semua pihak rumah sakit yg akhirnya tertunduk sopan ketika mengetahui yg sedang terbaring adalah anak dari pemilik rumah sakit.
Dan juga ucapan terakhir William diruang rawat, terdengar oleh ketiga temannya yg ternyata sedang menguping dibalik pintu. Mereka semua tertawa meledek sang korban yg mengaku sudah menikah dan memiliki istri cantik.
Mengingat itu, pasti membuat Kimi terkikik geli. "Mereka semua pada tidak waras." Ucap Kimi sembari membantu Mira sang ibu menyiapkan makan malam.
"Kenapa nak? Siapa yg tidak waras?"
"Itu Ma, aku teringat orang kaya yg aku tolongin tempo hari."
"Oh iya, kamu bikin Mama dan Papa mau gila nak, kami khawatir karena kamu tidak pulang-pulang." Ucap sang ibu ikut teringat akan moment tersebut.
"Hehe maaf Ma.. kebetulan sekali waktu ingin menghubungi, Hp Kimi habis daya. Maaf ya Ma."
Mira hanya tersenyum dan menarik Kimi dalam pelukan. "Tidak apa-apa nak, yg penting kamu baik-baik saja."
***
Kediaman Anderson
"Sayang, Willy sudah tidak pulang satu minggu ini. Betah sekali anak itu di apartemen. sudah tidak merindukan aku kah anak itu." Keluh Vivi Ibu William.
"Aku juga tidak tahu sayang, sudahlah biarkan saja. Nanti juga pasti dia pulang." Jawab James Anderson tenang. Ia santai menikmati malam hari nya dengan secangkir kopi yg menemani.
Vivi misuh-misuh akibat jawaban suami yg tidak sesuai keinginan hati. Ia membuka layar ponsel miliknya dan mulai melakukan panggilan. Tentu saja panggilan itu tertuju pada anak kesayangan satu-satunya William Anderson.
Tut... Tut...
"Halo Mommy.."
"Halo nak, kamu tidak ingat Mommy ya? kenapa tidak pulang-pulang? Sudah satu minggu kamu di apartemen nak." Keluh Vivi pada sang buah hati.
Helaan napas panjang terdengar di ponsel. Kembali Vivi misuh-misuh tidak suka.
"Kamu kenapa Willy..... atau biarkan Mommy dan Daddy yg akan datang keapartemen kamu kalau begini!" sahut wanita yg melahirkan William itu kesal.
"kenapa aku dibawa-bawa?" Seru James tidak terima. Ia pasalnya mengerti jiwa muda sang anak yg lebih memilih tinggal sendiri. Maka dari itu ia langsung protes kala sang istri membawa namanya dalam demo Vivi pada sang anak.
"Sayang! Dukung aku atau..." Akibat delikan mata sang istri, seorang James Anderson tidak dapat berbuat banyak. Biar bagaimana pun, istrinya itu adalah manusia yg paling ia cintai sekaligus yg ia takuti. Jadilah seperti saat ini, ia hanya memilih mengangguk setuju apapun yg istrinya inginkan.
"Kamu tunggu kami disana ya Willy. Bye"
"Mommy-"
Tut!
Panggilan terputus. William yg melihat layarnya sudah kembali pada layar homescreen hanya bisa menghela napas panjang.
"Bakal panjang urusannya kalau begini." Ucapnya melihat kondisi tubuhnya yg belum pulih benar.
***
BERSAMBUNG
Halo guys, makasih ya udh mau mampir..
Kasih rating dan koment guys, maaf ya masih belum rapih tulisannya, semoga suka !!