NovelToon NovelToon
Berjalan Di Atas Luka

Berjalan Di Atas Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Ibu Mertua Kejam / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Dina Aisha

Hidup hanya untuk berjalan di atas luka, itulah yang dialami oleh gadis bernama Anindira Sarasvati. Sejak kecil, ia tak pernah mendapat kasih sayang karena ibunya meninggal saat melahirkan dirinya, dan ayahnya menyalahkan Anin atas kematian istrinya karena melahirkan Anin.

Tak hanya itu, Anin juga selalu mendapat perlakuan tak adil dari ibu dan adik tirinya.
Suatu hari, ayahnya menjodohkan Anin dengan putra sahabatnya sewaktu berperang melawan penjajah. Anin tak memiliki pilihan lain, dia pun terpaksa menikahi pria bernama Giandra itu.

Bagaimana kisah mereka selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dina Aisha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hasutan Kakak Ipar

Keesokan harinya, Anin dan Giandra berjongkok di sisi makam Yasir dan Ningrum yang masih basah oleh air mawar. Embun pagi menempel di dedaunan, sunyi hanya dipecah bisik angin.

“Burum jangan khawatir. Aku dan Giandra akan menjaga Lavanya seumur hidup,” tutur Anin lembut sembari mengusap papan nisan Ningrum.

“Maaf, Pak ... Gian datang terlambat. Andai Gian datang lebih cepat, mungkin kalian masih ada di sini dan bisa gendong Lavanya,” ucap Giandra dengan nada melirih.

Anin memandang Giandra yang termenung dengan mata yang masih menitikkan air mata.

“Jangan salahin dirimu atas kematian mereka. Ini semua murni karena takdir yang Allah berikan,” ujar Anin tenang.

Anin mengusap lembut punggung Giandra, tetapi pria itu tetap membisu, seolah terkurung oleh rasa bersalahnya sendiri.

“Gian ....” Suara wanita yang sangat familier terdengar dari arah belakang. Anin menoleh, mendapati Astri, Sri, dan Hanung sedang melangkah mendekat ke arah mereka.

“Siapa?” tanya Giandra, melirik Anin sekilas.

“Keluargamu,” jawab Anin.

Giandra dan Anin bergegas bangkit, kemudian berbalik, dan berjalan mendekati keluarga Wijaya yang terjebak di antara makam-makam lain.

“Kenapa tempat ini penuh sekali? Untuk jalan aja susah,” keluh Sri, lalu mendengus kesal.

“Namanya juga tanah kuburan, pasti penuh karena setiap hari ada aja yang meninggal dan dimakamkan di tempat ini,” jawab Giandra dingin.

Sri tertegun, memutar bola matanya malas, kemudian membuang muka.

“Apa yang kau lakukan pada bapakku?” Hanung melempar tatapan menusuk pada Anin.

Anin mengernyit. “Apa maksudmu?”

“Ini pasti ulah Darsono! Dia sengaja bunuh bapakku agar bisa menguasai proyek sepenuhnya, kan?” tuduh Hanung.

“Jaga ucapanmu! Bapak mertuaku bukan orang seperti itu. Lagi pula, kau pikir aku bodoh? Para pembunuh bapak yang aku lawan semalam adalah preman suruhanmu,” sanggah Giandra.

“Atas dasar apa kamu menuduh abangmu sendiri, Gian?” tanya Astri.

“Aku nggak nuduh tanpa alasan. Dulu aku pernah lihat para preman itu bicara sama Hanung di rumah. Dia suruh para preman itu untuk singkirkan saingan bisnisnya yang sekarang juga udah meninggal dunia,” jawab Giandra.

Hanung terpaku, tatapan tajam tertancap pada Giandra. Namun, lelaki itu malah menyeringai.

“Jangan ganggu hidupku dan Anin lagi atau aku bawa kasus ini ke pengadilan!” ancam Giandra.

Dia merangkul bahu Anin, lalu mereka melangkah meninggalkan makam Yasir dan Ningrum.

“Tunggu, Gian!” teriak Astri.

Langkah Giandra dan Anin terhenti, Giandra pun menoleh ke arah Astri. “Apa lagi, Bu?” tanyanya.

“Serahkan bayi itu pada Ibu!” pinta Astri dengan nada memaksa.

“Sampai kapan pun, aku nggak akan menyerahkan bayi ini pada kalian!” tegas Giandra.

“Giandra! Berani-beraninya kau melawan Ibu!” pekik Astri dengan wajah memerah.

“Untuk apa patuh pada Ibu yang selalu membeda-bedakan kasih sayang untuk anaknya? Buang-buang waktu aja,” celetuk Giandra sinis, kemudian kembali melangkah.

“Giandra! Jika kamu nggak mematuhi perintah, Ibu akan mencoret nama kamu dari ahli waris!!” jerit Astri dengan tangan terkepal, mata membelalak, dan napas tak karuan.

Giandra tak menggubris, dia terus melangkah tanpa menoleh ke belakang sedikit pun.

“Anak itu benar-benar kurang ajar!” pekik Astri.

“Sabar, Bu! Gian kayak gitu pasti karena pengaruh Anin dan Sudarsono,” kata Sri sembari mengusap lembut punggung ibu mertuanya itu.

“Lihat saja, Ibu akan hancurkan rumah tangga mereka!!” seru Astri dingin.

Sri terpaku, sebuah senyum tipis terukir di sudut bibirnya. Kamu akan kalah, Anin.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!