"Mas! Kamu tega!"
"Berisik! Gak Usah Bantah! Bersyukur Aku Kasih Kamu 10 Ribu sehari!"
"Oh Gitu! Kamu kasih Aku 10 Ribu sehari, tapi Rokok sama Buat Judi Online Bisa 200 Ribu! Gila Kamu Mas!"
"Plak!"
"Mas,"
"Makanya Jadi Istri Bersyukur! Jangan Banyak Nuntut!"
"BRAK!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pradana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
"Astagfirullah!"
Nisa terbangun, terkejut. Dirinya tertidur bersandar dekat pintu kontrakannya saat menunggu Bambang pulang.
"Mas Bambang belum pulang." Tak didapati jejak Suaminya, tatapan Nisa menyipit, memperhatikan jam dinding masih menunjukkan pukul 3 dini hari.
Nisa meregangkan tubuhnya yang terasa kaku, "Mending Aku tahajud aja. Ya Allah Mas, Kamu kemana?" Lirih dan perih. Suaminya Bambang semakin hari semakin sulit dimengerti.
Nisa melewati meja yang berisi masakannya. Masih utuh, Ia sendiri semalam tak makan selesai mencuci dan menjemur berniat menunggu Bambang pulang dan berakhir tertidur dekat pintu.
Dalam sujudnya airmata Nisa tak mampu terbendung, hanya Sang Pencipta tempat ternyaman untuk Nisa menumpah curahkan segala perasaan yang Ia rasakan.
"Nis, Nisa!" Nisa memang mengunci pintu segera melepas mukena dan membuka pintu.
"Mas," Nisa memapah Bambang, tubuh Bambang sempoyongan, dilihatnya motor milik Bambang digeletakkan begitu saja, Nisa cepat melepas kunci motor dan memapah Bambang ke dalam.
"Aku gak jompo! Gak usah dituntun!" Lagi Bambang kasar, tangan Nisa ditepis dan Bambang langsung merebahkan diri di atas kasur lipat tempat tidur Mereka.
Nisa membiarkan saja Bambang tidur. Pernah Nisa mendengar bahwa saat Suami pulang, jangan dulu ditanya macam-macam. Nisa menerapkan hal itu, siapa tahu Bambang akan lebih ikhlas bercerita saat sudah sadar dan puas tidur.
Adzan subuh tak lama berkumandang, "Lebih baik Aku shalat dulu baru bikin Nasi Goreng sama Kopi buat Mas Bambang. Nanti Mas Bambang bangun tidur, laper udah ada makanan."
Begitulah Nisa, Istri patuh dan sayang Suami. Meski sudah disakiti, dengan segala tingkah dan sikap kasar Bambang, Nisa masih menghargai dan cintainya masih utuh untuk Bambang.
Nisa melirik ke arah Bambang yang masih pulas, selesai menyiapkan kopi dan sarapan, Bambang belum juga bangun dari tidurnya.
Ragu-ragu, apakah harus dibangunkan atau tidak. Sementara sebentar lagi Nisa harus berangkat ke tempat Laundryan.
Nisa meletakkan kunci motor Bambang didekat piring Nasi Goreng. Jangan sampai nanti Suaminya cari kunci motor gak ketemu marah-marah.
"Mas, Aku berangkat dulu ya. Nasi Goreng sama Kopinya sudah ada di dapur." Nisa pamit meski Bambang masih lelap namun Nisa meraih jemari Bambang mencium salim pada Suaminya. Memang biasa Nisa lakukan ketika hendak pergi kemanapun.
Tak ada respon dari Bambang, malah Bambang berbalik membelakangi Nisa.
Nisa mengambil dompet miliknya. Meski hanya berisi lima ribu rupiah, Nisa masih tersenyum, "Pasti ada rezekinya." Nisa menutup pintu dan memakai sendal jepit miliknya yang sudah pudar warnanya.
"Nis, berangkat?" Sapa seorang Ibu tetangga Nisa yang sedang membeli Nasi Uduk didekat kontrakan Nisa.
"Iya Bu, Mari," Nisa menjawab ramah sapaan dan mengabaikan bisik-bisik sumbang mengenai dirinya yang sering dighibahi mandul karena tak kunjung hamil.
Bohong hatinya tak sakit dan sedih, digunjing Mandul dan ada saja pembenaran kalau Suaminya sering dikatakan main serong Nisa tentu sedih namun Nisa tak ambil pusing.
Bagi Nisa, semua sudah berat dan Nisa tidak mau menambah beban pikirannya. Biarlah semua Tuhan yang atur akan seperti apa takdirnya.
"Hai Nis," Sapa sesama pegawai Laundry.
"Hai Mbak, ini yang mau dicuci ya, biar Aku aja." Nisa membawa dua keranjang pakaian kotor dengan catatan berbeda sesuai dengan permintaan pelanggan.
"Nis, Kamu baik-baik aja, kok wajah Kamu pucat banget."
"Masa sih Mbak. Mungkin kurang tidur aja kali."
"Duh, pasangan muda, sedep bener kurang tidur. Beda sama Mbak, pasangan lama, udah jarang, hihi!"
Nisa membalas dengan senyuman saja. Dalam hati, Nisa meringis, terakhir kali Bambang menyentuhnya saat dua minggu lalu setelah haid. Dan belakangan Bambang jangankan ngajak ibadah, yang ada marah-marah dan kasar.
"Nis, semalam kata Mas Toyo di Kampung sebelah ada dangdutan. Rame banget. Yang hajat ngundang Si Irma. Iyalah Rame tahu sendirikan Si Irma kalo diatas panggung goyangnya gimana. Mana bajunya itu loh, Kita yang perempuan malu sendiri lihat Si Irma kalo pakai baju, Tobrutnya kemana-mana."
Nisa tersenyum kecut, jujur, ada prasangka buruk melihat Bambang semalam pulang dalam keadaan setengah sadar, tercium bau alkohol dan ada wangi parfum perempuan.
Gelengan kepala Nisa mengundang perhatian rekannya, "Loh Nis, kepala Kamu sakit?"
"Ah enggak Mbak, cuma pegel aja."
Jawaban Nisa lagi dan lagi disalah artikan oleh rekannya, "Duh, anak muda masih semangat ya! Gayanya macem-macem sampe pegel gitu pinggangnya."
"Tapi gapapa Nis, emang harus gitu. Mumpung belum ada anak. Bebas berekspresi. Jangan kayak Mbak, kalau mau begitu susah. Keburu anak nangis ada yang bangunlah. Pokoknya banyak gangguan."
Sementara di kontrakan Nisa, Bambang baru terbangun saat jarum jam menunjuk angka sepuluh pagi.
Bambang mengucek mata, meregangkan tubuhnya, menekan pelipisnya yang terasa berat.
Tahu kalau Nisa sudah berangkat sejak pagi. Bambang perlahan bangkit, melirik sekitar rumah kontrakannya.
Benda pertama yang dicari ponsel miliknya, "Si@l@n! Lowbat!"
Bambang terpaksa bangun mencari charger HP dan mengisi baterai ponselnya.
Dilirknya meja didapur, "Punya pikiran juga Nisa." Bambang membawa sepiring Nasi Goreng buatan Nisa dan gelas berisi kopi yang telah dingin.
"Bosen banget. Ngapain ya hari ini?" Baru terisi 20 persen Bambang nyalakan ponselnya dan ada satu pesan masuk.
"Mas Bambang, anterin Irma ya, Aku mau beli kosmetik. Jemput dikontrakan ya. Muach ❤️"
"Ok, Cantik. Otw!"
Senyum dibibir Bambang merekah. Cinta terlarang memang sangat menggoda selingkuh bagai perilaku kriminal yang selaku ada celah dan kesempatan selama Si Pelaku memang mau dan ingin.
Jadi jangan bilang khilaf! Sini, tepok jidatnya! Lo selingkuh bukan khilaf tapi niat"
Buru-buru Bambang menghabiskan Nasi Goreng buatan Nisa dan segelas kopi yang sudah dingin, dan meraih handuk ke kamar mandi.
Sumringah sekali, di chat sama selingkuhan, Istri pamit kerja malah pura-pura tidur.
Nisa bersandar, menarik nafas, meregangkan punggung yang mulai pegal saat adzan dzuhur berkumandang, Ia letakkan setrika dan menjeda dulu untuk menunaikan kewajiban empat rakaat.
"Mau shalat Nis, shalat aja dulu sekalian Kamu makan. Kamu makin pucat gitu Nis. Istirahat dulu aja. Gantian sama Mbak."
"Iya Mbak. Makasi. Aku shalat dulu ya."
Saat Nisa hendak berjalan menuju kamar mandi, Bruk! Nisa!
Disaat Istri sedang jatuh pingsan, Bambang malah asik makan bakso bersama Si Biduan Dangdut, "Mas Bambang, makasi ya, tadi belanjaan Irma dibayarin. Pas banget Lipstik sama Bedak Irma buat manggung habis."
Ya Bambang, Suami L@kn@t, bilang sama Istri ga ada duit kalau ngasih Nafkah ya 10 Ribu udah ngomel kayak ngasih 10 Milyar.
Tapi, entah dapat hasil menang judi slot atau taruhan bola, nyatanya ada tuh buat bayarin Irma belanja kosmetik.
"Kecil segitu mah Neng, bilang aja kalo mau beli apa lagi, Mas Bambang beliin pokoknya. Asal, Neng tahu deh Mas mau apa,"
"Ih Mas Bambang, nakal! Padahal udah punya Istri juga! Iya, nanti dikontrakan aja Mas, mau seharian juga boleh!" Kedipan dan suara manja Irma membuai Bambang.
dan tak berdaya dia SDH di monitor oleh si bos
Nisa jg trllu bodoh jd istri