warning!!
terdapat umpatan dan **** ***** bijaklah dalam berkomentar
karya ini merupakan karya asli author!
jika ada kesamaan tempat, nama dan waktu itu bukan kesengajaan!!
Aurora steffani Leandra, seorang gadis yang terpaksa menerima takdir jika dirinya telah dijual oleh sang ibu tiri demi uang, dirinya dilelang pada sebuah perkumpulan mafia dan bos besar. hingga akhirnya seorang mafia kejam bernama Liam Emiliki Kyler membelinya. bagaimana nasib Aurora??
silahkan membaca kelanjutanya berikut..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Storyku_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
"baik tuan"
liam melangkah keluar begitu juga dengan dori. Kini tersisa hanya bianca sendirian.
"BRENGSEKKK!" teriaknya kesal lalu dengan cepat keluar dari sana
***
Dori melonggarkan dasi yang ia pakai ia mengambil ponselnya dan mulai menghubungi beberapa arsitek dan dekorator. Ia benar benar dibuat pusing dengan permintaan liam yang mendadak. Sedangkan saat ini sudah masuk siang hari jadi ia hanya mempunyai beberapa jam saja untuk selesai semuannya.
"Sialll...ini nih kalu laki laki sudah jatuh cinta, gilaa...seorang mafia yang tegas dingin dan arogan kini mulai mencair...semoga setelah ini tak ada permintaan gila lainnya...dan semoga tuan liam tan meminta mansion ini diganti dengan warna merah muda..." dori memijit keningnya
sementara itu, liam berada didalam kamarnya, aurora masih berendam. ia melangkah menuju kamar mandi membuka pintu perlahan.
Laila yang melihat kehadiran liam sontak berdiri pelan. Sedangkan aurora tertidur dan menyenderkan kepalanya. Serta wajah yang ditutupi handuk hangat.
Liam memberikan isyarat untuk laila mengikutinya. Dengan langkah pelan laila berjalan keluar dari kamar mandi.
"ya tuan..."
"ini ambil" liam menyerahkan kalinh bermata ruby pada laila "pakaikan kalung ini pada aurora"
"baik tuan"
Setelah memberika kalung itu liam melangkah menuju keluar, ia tau jika aurora melihatnya maka gadis itu akan dipastikan menjerit histeris. Alhasil untuk sementara ia menghindar dahulu.
Liam melangkah menuju lift saat ini ia ingin menghabiskan waktunya ditaman belakang dan meminum wine miliknya.
Setelah cukup lama berendam didalam jacuzzi, aurora memutuskan untuk mengakhiri sesi berendam itu, dan di bantu laila. ia keluar dari jacuzzi dan membilas dirinya dengan air bersih.
Laila dengan lembut dan telaten membersihkan tubuh aurora, ia begitu kagum dengan kelembutan kulit aurora yang begitu cepat kembali lembut dan kenyal.
"kulit anda sangat halus nona"
"benarkah?? Aku tak memperhatikan itu hanya saja sebelum dimansion ini aku sering melakukan memijatan dan menggunakan cream untuk melembabkan kulitku"
"mungkin itu juga yang membuat kulit anda sangat lembut dan kenyal, dan luka luka anda juga sudah mulai mengering" laila meletakkan kembali shower yang ia gunakan untuk membersihkan tubuh aurora dan mengambil bathrobe "silahkan nona" ucapnya sambil membentangkan bethrobe ke arah aurora.
Aurora memakai bathrobe nya tak lupa laila membungkus rambut panjang aurora menggunakan handuk layaknya seorang putri aurora benar benar difasilitasi oleh liam.
"laila apa aku boleh keluar balkon dan menghirup udara segar?"
"tentu saja tuan liam sudah memberikan izin agar membuka pintu balkon agar nona tak merasa bosan. Bahkan nona bisa melakukan apapun dimansion ini saya akan menemani nona"
Terlihat senyum manis itu terulas, laila membantu mengeringkan rambut aurora. Helaian demi helaian terlihat sangat indah layaknya seorang profesional, laila mengibas ngibadkan rambut aurora hingga kering sempurna, wangi vanila menyeruak tak lupa laila memberikan pijatan dan pelembab rambut dengan wangi yang sama.
"maaf nona apa hari ini anda akan mau menggunakan gaun merah muda atau floral?"
"aku rasa floral saja aku lebih suka bunga..."
"baiklah nona tunggu sebentar"
Aurora mengangguk lalu ia mendekatkan dirinya kearah cermin, ia menatap banyaknya alat mek up serta parfum diatas meja rias, tak ada satupun pelembab yang biasa ia gunakan, mungkin karna harganya murah pikir aurora, ia lalu memilih satu pelembab dan membaca ingredien nya. Lalu mengolekannya pada wajah serta bedak yang tipis tak lupa lipstik pink cerry yang ia aplikasikan pada bibirnya, wajahnya terlihat lebih segar.
Laila keluar dari ruangan walk in closet, dengan membawa gaun panjang dan indah bertema floral, dengan lengan pendek serta bagian punggung belakang yang terbuka dengan dihiasi tali tali kecil saja.
Aurora berdiri dengan dibantu laila memakai gaun indah itu. Ia berdiri didepan cermin besar. Aurora sangat senang ia terkejut saat laila melingkarkan sebuah kalung dilehernya.
"kalung??"
"iya nona, anda harus memakai kalung ini, karna dengan kalung ini anda terlihat lebih sempurna"
"siapa yang memberikan kalung ini? Laki laki itu"
"menurut saya tak penting siapa yang memberikannya, asal dengan tulus dan rasanya tak etis jika nona menolak lihatlah nona anda benar benar luar biasa" laila menatal aurora didepan cermin besar dihadapan mereka "apa anda mau turun kebawah untuk sarapan atau di kamar saja?"
"menurutmu??"
"bagaimana kalau dibawah saja, bukankah nona sudah banyak menghabiskan waktu didalam kamar?"
Aurora mengangguk ia pun berdiri dan melangkah keluar bersama laila, saat keluar aurora kaget saat melihat banyaknya penjaga di hampir seriap sudut ruangan.
Bayangan akan penyiksaan yang brixton seolah terbayang kembali. Iya masih ingat saat laki laki bertubuh besar itu mencambuknya hingga ia tak tahan akan rasa sakit yang mendera.
"laila aku ingin dikamar saja" ucap aurora dengan mengenggam tangan laila.
"tak usah takut nona, tak ada lagi orang suruhan tuan besar disini, semua pengawal ini orang orang suruhan tuan liam. Dan mustahil mereka berani menyakiti nona belum sempat itu terjadi tuan liam pasti akan mematahkan tangan mereka dulu"
Kata kata yang terlontar dari laila membuat aurora lebih tenang, keduannya pun kembali melangkah menuju kedalam lift pribadi yang biasanya digunakan liam. Ini juga kedua kali laila memasuk ki lift berwarna gold itu.
Tak ada lagi berbincangan didalam lift, aurora diam memikirkan apa yang harus ia lakukan. Is tak mungkin harus terjebsk terus didalam mansion ini ia punya kehidupan lain diluar sana dan ia juga ingin mencari siapa mafia yang sudah mengambil tangan milik ayah nya.
Setelah beberapa saat akhirnya ia dan laila keluar dari lift. Ini pertama kali nya aurora melihat mansion lantai bawah. Semua suasana terkesan gelap yang diusung.
"ada apa nona??" tanya laila pada nonna mudanya
"aa kau tak merasa kalau mansion ini sangat menyeramkan laila?"
"tentu saja saya merasakannya nyonya bukankah itu wajar, tuan liam adalah seorang mafia bukan kah warna gelap menjadi pilihannya"
"jika lantai dibawah ini diubah dengan warna yang lebih terang, aku rasa kesannya tak akan seseram ini"
"bisa saja nona. Emm...kalau boleh memilih kira kira warna apa yang akan inginkan nona?"
Aurora melangkah mengitari ruangan yang dijaga banyak penjaga laki laki bertubuh besar. Lalu ia menyender pada dindin yang menempel pada sebuah ornamen rantai yang sangat besar.
"disini aku akan memakai warna peach dan rantai yang mengerikan ini digantikan dengan lukisan bunga mawar yang sangat indah, karna aku suka mawar..."
Aurora kembali melangkah sesekali ia mengayunkan gaun nya yang panjang, sesekali iya bersender pada dindin yang lain.
"disini aku akan meletakkan pohon sakura yang sangat besar sama seperti didalam kamar, bukankah pohon sakura itu indah laila??"