NovelToon NovelToon
Pernikahan Kilat Zevanya

Pernikahan Kilat Zevanya

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pernikahan Kilat
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Naaila Qaireen

Zevanya memiliki paras yang cantik turunan dari ibunya. Namun, hal tersebut membuat sang kekasih begitu terobsesi padanya hingga ingin memilikinya seutuhnya tanpa ikatan sakral. Terlebih status ibunya yang seorang wanita kupu-kupu malam, membuat pria itu tanpa sungkan pada Zevanya. Tidak ingin mengikuti jejak ibunya, Zevanya melarikan diri dari sang kekasih. Namun, naasnya malah membawa gadis itu ke dalam pernikahan kilat bersama pria yang tidak dikenalnya.

Bagaimana kisah pernikahan Zevanya? Lalu, bagaimana dengan kekasih yang terobsesi padanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naaila Qaireen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16

SELAMAT MEMBACA

Motor tua itu melaju perlahan memasuki kompleks elite yang megah. Di sepanjang jalan utama, pohon-pohon palem tinggi berjajar rapi, memberikan kesan yang elegan. Jalanan lebar dengan aspal mulus dihiasi lampu taman bergaya minimalis yang memancarkan cahaya hangat jika di malam hari.

Rumah-rumah di kompleks itu berdiri dengan desain arsitektur modern nan mewah yang dihiasi dengan batu marmer putih dan lampu-lampu kecil di sepanjang sisinya. Di ujung jalan itu, berdiri sebuah mansion megah dengan arsitektur bergaya Eropa klasik, lengkap dengan pilar-pilar besar di bagian depan dan balkon yang dihiasi railing emas.

Halaman depannya begitu luas, dilengkapi air mancur besar di tengah yang memancarkan air setinggi dua meter. Taman di sekelilingnya tertata rapi dengan bunga mawar, anggrek, dan pohon bonsai mahal.

Wira mematikan mesin motor, membuat suara deru mesin tua itu bergema. Zevanya menelan ludah, merasa kecil di hadapan kemegahan yang luar biasa.

“I-ini... rumahmu, Mas?” Zevanya bertanya pelan, suaranya nyaris tercekat. Ia tidak mengira akan menginjakkan kaki di rumah semewah dan semegah ini.

Wira turun dari motor, menyambut pertanyaan itu dengan senyum tipis. “Tentu saja bukan, ini rumah orang tuaku.”

Deg! Gadis itu semakin merasa kecil dan kerdil. Dipandangnya sang pria yang merupakan suaminya, perasaan tidak pantas bergelayut di hatinya—bersanding dengan pria ini yang begitu luar biasa.

Wira mengambil tas jinjit berisi pakaian mereka seperlunya, sengaja tidak membawa semua pakaian karena tidak berniat menetap di rumah ini.

Dengan langkah santai, Wira berjalan menuju pintu utama yang tingginya hampir tiga meter. Pintu kayu berukir itu dihiasi detail emas dan gagang pintu berbentuk singa. Sebelum mengetuk, Wira menoleh pada Zevanya yang masih terpaku di tempat.

“Zeva, ayo...” gadis itu tersentak, tersadar dari lamunannya. Tanpa ia sadari, Wira sudah berada di hadapannya, menggenggam tangannya. Barulah keduanya berjalan bersama menuju pintu besar tersebut.

Belum sempat mengetuk, pintu besar tersebut telah terbuka. Seorang perempuan baru baya yang tampak elegan dengan rambut disanggul anggun menatap dengan mata berbinar pada Wira.

“Nak, kamu kembali.” Wanita itu memeluk Wira dengan segera, matanya berkaca-kaca penuh haru. Wanita yang tak lain adalah ibu dari Wira itu tampak sangat bahagia atas kepulangan sang anak.

Pelukan ibunya yang tiba-tiba membuat Wira melepaskan pegangannya pada tas jinjit, namun tidak dengan genggaman tangannya pada Zevanya. Pria itu membalas pelukan sang ibu dengan satu tangannya yang bebas.

“Ya, seperti yang Mama lihat.” Jawab Wira singkat. Hubungan keduanya tidak terlalu dekat untuk saling mengharu biru.

Setelah puas melepaskan kerinduan pada anaknya, wanita itu melepaskan pelukannya. Ia memandang Wira lamat-lamat, seolah tidak percaya bahwa anaknya benar-benar ada di hadapannya.

“Mama senang kamu kembali sayang, dengan begini Mama bisa fokus sama kakak kamu yang sedang koma.” Katanya penuh binar.

“Hm,” dehem Wira, tidak ingin menanggapi lebih jauh. Yang jelas sesuatu terasa menyentil dihatinya.

Wanita itu tidak menyadari kehadiran Zevanya yang berada di samping Wira. Ia dengan senyum yang masih mengembang di bibirnya, mengajak Wira untuk masuk.

Wira mengangguk dan menoleh halus pada Zevanya. “Kenalkan, Mah. Ini Zevanya, dia—“

“Kamu bawa pelayan?” tanyanya, baru menyadari kehadiran seseorang di samping anaknya.

Wira membuang napas, kebiasaan ibunya adalah selalu memotong pembicaraan orang lain. Ia berharap Zevanya tidak tersinggung atas ucapan ibunya barusan.

Zevanya menunduk, tidak berani menatap mata tajam ibu yang merupakan mertuanya itu. Perasaan gadis itu menjadi campur adu, dan tidak tahu harus menanggapi seperti apa respon sang mertua pada dirinya.

“Tentu saja bukan,” jawab Wira tegas. Ibunya menautkan alis dengan mata menyipit curiga.

Dapat Zevanya rasakan, pria itu semakin mengeratkan genggaman mereka. “Ini istriku, Mah—.”

“Apa?! Kamu jangan bercandaaa!!” pekik Wanita itu.

Wira terlihat memutar bola matanya, “Kami menikah hampir satu bulan, maaf tidak mengundang Mama beserta yang lain saat itu. Karena aku pikir Mama sedang sibuk mengurus kakak,” jelasnya dengan wajah serius. “Lagi pula yang memintaku untuk mencari pasangan ‘kan Mama sendiri, dengan begini Mama tidak perlu lagi repot-repot untuk menjodohkan aku dengan anak teman-teman sosialita Mama.” Dan tanpa di sengaja pula, ibunya lah yang membuat ia menerima pernikahan paksaan dari warga. Padahal ibunya itu sedang sibuk mengurus anaknya yang lain yang sedang koma, masih sempat-sempatnya merencanakan perjodohan untuknya.

Sesaat sebelum mereka di giring oleh warga tempat tinggal Wira yang padat penduduk, deringan ponsel saat itu adalah dari sang ibu membuat Wira mau tak mau mengangkatnya di tengah kekacauan yang ia alami. Dan lagi-lagi paksaan perjodohan ia dapatkan membuat pria itu jenuh serta muak. Akhirnya tanpa pikir panjang, ia menerima pernikahan paksa dari warga setempat. Membuat ia memiliki istri seorang Zevanya, dan kini keduanya menerima pernikahan mereka dengan lapang dada.

“Tidak, tidak mungkin!” katanya seolah tidak terima, karena ia telah merencanakan perjodohan dengan salah satu anak teman sosialitanya.

Wira menggeleng miris, walaupun ibunya tidak menerima. Itu sama sekali tidak akan merubah keadaan dan keputusannya.

Netra wanita itu menatap ke arah Zevanya, pandangan kini tidak lagi semringah. Senyumannya yang lembut terganti dengan wajahnya yang masam.

Ia memindai gadis yang diakui anaknya sebagai istrinya dari atas ke bawah, tatapannya semakin tajam dan menusuk.

Zevanya hanya menunduk di tatap seperti itu, ingin mengalihkan pandangan ke arah lain tentu tidak sopan.

“Mah,” Wira tidak suka atas perlakuan ibunya terhadap Zevanya, ini membuat istrinya takut. “Kenapa? Apa Mama tidak suka atas kehadiran kami. Jika begitu aku dan istriku akan pulang.” Pria itu sudah bersikap untuk berbalik.

“Nyonya Ratna,” seorang pelayan datang menunduk menghampiri nyonya rumah yang tak lain adalah ibu dari Wira.

Perempuan itu mengangkat tangan, memberikan isyarat pada pelayannya untuk menunggu.

Ratna menghela napas, matanya beradu tatap dengan sang anak. Ia tahu anaknya Wira adalah pribadi yang bebas dan juga keras kepala.

“Masuklah,” ujarnya tanpa menghiraukan Zevanya, wanita itu berbalik masuk diikuti pelayannya yang terlebih dahulu memberi hormat pada Wira.

1
Eliermswati
wah keren wira emng bnr klo dah d buang buat ap d pungut lg bkn rmh tangga jd berantakan
Karina Mustika
langsung nikah aja nih..
Naaila Qaireen: Hehehhe, iya kak😅
total 1 replies
Nazra Rufqa
Nunggu dari lama kak, akhirnya ada karya baru... moga sampe tamat ya.
Nazra Rufqa
Mampir kak thor/Smile/
Naaila Qaireen: Siap kak, moga suka🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!