Di sebuah akademi rahasia yang tersembunyi dari pandangan dunia biasa, para siswa diajari cara mengendalikan waktu. Ada yang bisa melihat masa depan, yang lain mampu mengubah masa lalu, dan beberapa memiliki kemampuan untuk hidup di antara detik-detik yang hilang. Namun, ada legenda tentang seorang murid yang berhasil melarikan diri dari batas waktu dan menjadi abadi—dan sekarang, dia berencana mengubah sejarah manusia sepenuhnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ADHIWARNA_AUTHOR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AKADEMI WAKTU EPISODE 7
*CERITA BERLANJUT: WARISAN SANG PENJAGA WAKTU*
Debu beterbangan di sekitar tempat persembunyian Orion yang terpencil, bekas pertempuran sengit yang baru saja usai. Chronos, dengan seringai dingin di wajahnya, berhasil melumpuhkan Orion dan kini mengarahkan pandangan penuh kemenangan pada Kirana, Alana, dan Aisyah yang terluka namun saling melindungi. Teknologi manipulasi waktu yang dimiliki Chronos terbukti menjadi lawan yang sulit ditaklukkan. Gelombang distorsi waktu yang ia pancarkan membuat gerakan mereka menjadi lambat dan tidak terprediksi.
"Sungguh disayangkan, gadis kecil," desis Chronos dengan suara yang terdengar bergetar aneh karena efek temporal di sekitarnya. "Kau mewarisi potensi yang menarik, namun sayang sekali, kau tidak memiliki cukup waktu untuk menguasainya. Artefak waktu akan menjadi milikku, dan sejarah akan kutulis ulang sesuai kehendakku."
Ketegangan menggantung di udara, seolah waktu itu sendiri berhenti berdetak. Kirana merasakan amarah dan keputusasaan bercampur aduk dalam dirinya. Ia melihat Orion terbaring tak berdaya, Alana memegangi lengannya yang berdarah, dan Aisyah dengan wajah pucat namun mata penuh tekad berdiri di sampingnya. Mereka adalah satu-satunya harapannya.
Tiba-tiba, sebuah memori melintas di benak Kirana – suara lembut ayahnya saat membacakan cerita-cerita kuno tentang para penjaga waktu. Ia teringat akan metafora tentang aliran sungai waktu yang harus dijaga agar tidak tercemar atau dibelokkan. Ayahnya pernah berkata, "Kekuatan sejati seorang penjaga bukan hanya tentang memanipulasi waktu, tetapi tentang memahami dan menghormatinya."
Kata-kata itu bagai percikan api yang menyulut keberanian dalam diri Kirana. Ia menyadari bahwa ia tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan mentah. Ia harus terhubung dengan esensi waktu itu sendiri, merasakan alirannya, dan memanfaatkannya dengan kebijaksanaan.
Dengan menarik napas dalam-dalam, Kirana memejamkan mata. Ia mencoba merasakan denyutan waktu di sekitarnya, irama detik yang tak terlihat namun selalu ada. Awalnya terasa samar, namun perlahan, ia mulai merasakan resonansi halus, seperti getaran lembut yang mengalir melalui tubuhnya.
Alana dan Aisyah saling bertukar pandang cemas melihat Kirana yang terdiam. Mereka tidak tahu apa yang sedang terjadi, namun mereka mempercayai insting sahabat mereka. Mereka bersiap untuk melindungi Kirana jika Chronos mencoba menyerang.
Chronos tertawa sinis melihat Kirana yang tampak pasrah. "Apa? Menyerah? Itu pilihan yang bijak, Nak. Kekuatanmu tidak sebanding dengan kekuatanku." Ia mengangkat tangannya, siap untuk melancarkan serangan temporal berikutnya.
Namun, saat Chronos bergerak, Kirana membuka matanya. Cahaya samar terpancar dari matanya, bukan cahaya biasa, melainkan kilauan keperakan yang berdenyut lembut. Waktu di sekitar Kirana tampak sedikit melambat, seperti riak air yang tenang.
"Kau salah," kata Kirana dengan suara yang lebih tenang dari sebelumnya, namun mengandung kekuatan yang tak terduga. "Kekuatan sejati bukan tentang dominasi, tapi tentang keseimbangan."
Tiba-tiba, Kirana mengulurkan tangannya. Alih-alih memancarkan energi destruktif, telapak tangannya terbuka, seolah ia sedang menyambut sesuatu yang tak terlihat. Angin lembut bertiup di sekitar mereka, membawa serta partikel-partikel debu yang berputar-putar membentuk pusaran kecil.
Chronos terkejut. Ia merasakan ada sesuatu yang berubah. Manipulasi waktunya terasa kurang stabil, seolah ada kekuatan lain yang menginterferensi.
Pusaran debu di sekitar Kirana semakin membesar dan bergerak semakin cepat. Alana dan Aisyah terheran-heran melihat fenomena ini. Mereka merasakan energi yang aneh namun familiar memancar dari Kirana.
"Apa yang kau lakukan?" geram Chronos, mencoba mempertahankan kendali atas aliran waktu di sekitarnya.
Kirana tidak menjawab. Ia terus memfokuskan diri, mencoba menyelaraskan dirinya dengan ritme waktu. Ia merasakan jejak-jejak temporal yang ditinggalkan oleh Chronos saat ia memanipulasi waktu sebelumnya. Jejak-jejak itu seperti benang-benang halus yang terhubung dengan masa lalu dan masa depan.
Dengan hati-hati, Kirana mulai menarik benang-benang temporal itu. Ia tidak mencoba untuk mengubahnya, tetapi untuk memahaminya, untuk merasakan bagaimana Chronos menggunakan kekuatannya. Ini adalah pelajaran yang pernah diajarkan ayahnya: untuk mengalahkan musuh yang mengendalikan waktu, kau harus memahami cara mereka menari dengan waktu.
Saat Kirana semakin terhubung dengan aliran waktu, ia mulai melihat sekilas masa lalu Chronos – ambisi yang membara, kekecewaan yang mendalam, dan obsesi untuk mengendalikan sejarah. Ia juga melihat potensi masa depan yang mengerikan jika Chronos berhasil mendapatkan artefak waktu.
Pengetahuan ini tidak hanya memberikan Kirana pemahaman yang lebih dalam tentang lawannya, tetapi juga memberinya kekuatan baru. Ia tidak lagi hanya bereaksi terhadap serangan Chronos, tetapi mulai mengantisipasinya. Gerakannya menjadi lebih cepat, lebih presisi, seolah ia dapat melihat beberapa detik ke depan.
Alana, yang memiliki pemahaman intuitif tentang aliran waktu, merasakan perubahan pada Kirana. Ia mulai membantu Kirana dengan memfokuskan kekuatannya untuk menstabilkan distorsi waktu yang diciptakan Chronos, memberikan Kirana lebih banyak ruang untuk bergerak. Aisyah, dengan kepekaan alaminya, merasakan pergeseran energi di sekitar mereka dan menggunakan kemampuannya untuk menciptakan penghalang pelindung dari serangan tak terduga.
Pertempuran kembali berkecamuk, namun kali ini dengan dinamika yang berbeda. Chronos, yang awalnya mendominasi, mulai terdesak oleh kemampuan Kirana yang semakin meningkat. Serangan temporalnya sering kali meleset atau dipatahkan oleh gerakan Kirana yang sulit diprediksi.
"Tidak mungkin!" seru Chronos frustrasi. "Bagaimana bisa seorang gadis sepertimu..."
Sebelum Chronos menyelesaikan kalimatnya, Kirana bergerak cepat. Ia tidak menyerang dengan kekuatan destruktif, melainkan dengan sentuhan lembut di lengan Chronos. Namun, sentuhan itu terasa aneh, dingin namun bergetar dengan energi yang tak terlihat.
Chronos merasakan sensasi aneh menjalar di tubuhnya. Waktu di sekitarnya tampak berputar tidak karuan. Ia melihat kilasan-kilasan masa lalunya sendiri, bukan sebagai ingatan, tetapi sebagai kenyataan yang hadir di sekitarnya. Ia melihat dirinya sebagai anak kecil, sebagai remaja yang penuh ambisi, dan sebagai ilmuwan yang terobsesi dengan waktu.
Sensasi itu sangat mengganggu dan melemahkan. Chronos kehilangan fokus dan kendali atas manipulasi waktunya. Gelombang distorsi waktu yang ia pancarkan menjadi tidak terarah dan berbahaya bagi dirinya sendiri.
Memanfaatkan kesempatan itu, Kirana mundur dan menatap Chronos dengan tatapan yang penuh pengertian. "Waktu bukanlah alat untuk dikendalikan atau diubah demi kepentingan pribadi. Waktu adalah aliran yang harus dihormati."
Tiba-tiba, Pak Rudi dan beberapa siswa Akademi Meulaboh yang dipimpin oleh Farhan dan Arya tiba di tempat persembunyian itu. Mereka telah mengikuti jejak Kirana dan merasakan adanya gangguan energi temporal yang kuat.
Melihat Chronos yang melemah dan Kirana yang tampak mengendalikan situasi, Pak Rudi mengerti bahwa sesuatu yang luar biasa telah terjadi.
Chronos, yang kewalahan dengan efek temporal yang tidak stabil di sekitarnya, mencoba untuk melarikan diri, namun gerakannya terlalu lambat. Alana dengan cepat menciptakan pusaran waktu kecil yang mengikat Chronos, membuatnya tidak bisa bergerak.
Dengan bantuan siswa lainnya, Chronos berhasil diamankan. Orion, meskipun terluka, memberikan anggukan penuh hormat kepada Kirana. "Kau memiliki hati seorang penjaga waktu sejati, Kirana," katanya lemah. "Ayahmu pasti bangga padamu."
Setelah kejadian itu, Akademi Meulaboh kembali tenang, namun kali ini dengan pemahaman yang lebih dalam tentang warisan mereka. Kirana, dengan bimbingan Orion yang perlahan pulih, mulai belajar lebih banyak tentang sejarah para penjaga waktu, artefak-artefak kuno, dan tanggung jawab besar yang kini berada di pundaknya.
Mereka juga menyadari bahwa ancaman dari luar masih mungkin ada. Organisasi Chronos mungkin memiliki anggota lain yang akan berusaha untuk membalas dendam atau melanjutkan rencana mereka. Akademi Meulaboh harus lebih waspada dan memperkuat pertahanan mereka.
Kirana, Alana, dan Aisyah, bersama dengan Farhan dan Arya, kini menjadi inti dari generasi penjaga waktu yang baru. Mereka menyadari bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai. Jejak sang penjaga waktu telah diwariskan, dan mereka harus siap untuk melangkah maju, menjaga keseimbangan waktu, dan melindungi rahasia Akademi Meulaboh dari ancaman apa pun yang datang. Masa depan, seperti aliran waktu itu sendiri, penuh dengan ketidakpastian, namun dengan keberanian, persahabatan, dan pemahaman akan warisan mereka, mereka siap menghadapinya.