Putri seorang Duke pada zaman abad pertengahan terkejut saat terbangun dari pingsannya di saat pesta debutantenya di kalangan sosialisasi bangsawan kelas atas. Ia kembali mengulang waktu setelah mati dibunuh suami dan selir sang suami saat akan melahirkan bayinya. Sang putri bertekad akan membalas perbuatan mereka dikehidupan lampau dengan pembalasan yang sangat kejam bagi akal sehat manusia pada zaman itu.
Berhasilkah ia membalas kejahatan mereka dikehidupan yang kedua ini?
Akankah ia berhasil menyelamatkan keluarganya dari tragedi pembantaian yang didalangi suaminya di kehidupan lampau?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GadihJambi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawaran Ruby
Leona membukakan pintu kamar lalu mempersilakan Ruby keluar terlebih dahulu baru diikuti kedua Dame kembar. Ketiga nya berjalan menuju asal suara tangisan yang menyayat hati.
Begitu sampai, ketiganya syok melihat keadaan Sera Black yang tampak mengenaskan karena beberapa sisi gaun nya sobek dan kotor.
"Ada apa ini? Apa yang terjadi pada adikmu sehingga penampilannya hancur begitu?" tanya Ruby yang sudah tidak tahan untuk tidak bertanya.
Mendengar suara Ruby dan kedatangan ketiganya membuat tangisan Sera semakin keras dengan kepala tertunduk.
Sean membuang kasar napasnya melihat keadaan sang adik dan terlihat penyesalan yang mendalam di sorot mata pria sangar itu oleh mata jeli Ruby.
"Maafkan adik saya, Nona ! Tangisannya pasti membuat Nona terganggu dan sangat tidak nyaman! Adik saya hampir menjadi korban pelecehan anak tertua Desa yang memang sedari dulu mengincarnya untuk dijadikan selir. Jika saja Derek tidak sengaja melihat Sera yang dibawa paksa oleh laki-laki itu, kemungkinan besar Sera tidak akan bisa saya selamatkan dari keluarga mereka," jawab Sean dengan hati yang berkecamuk karena ketidakberdayaannya dalam melindungi sang adik.
Ruby terdiam mendengar jawaban Sean, ia pun teringat akan kisah adik Sean dimasa lalu menjadi selir laki-laki bejat yang punya kelainan dalam menggauli istri dan para selir nya sehingga kebanyakan istri dan selir laki-laki itu meninggal dengan sebab yang tidak seorangpun yang tahu. Dimasa lalu Sean mendapatkan bantuan Garcia dengan menjadi kacungnya untuk membebaskan sang adik yang menjadi selir pria itu sehingga meskipun terlambat Sera berhasil keluar dari neraka tersebut. Hal itulah yang menjadi alasan kuat Sean untuk tunduk dan patuh pada Garcia yang ia anggap menjadi penyelamat sang adik.
"Kalau begitu ceritanya, apa yang membuat dirimu tidak mau adikmu menikahi laki-laki itu? Apa karena hanya seorang selir bukan istri sah alasannya?" tanya Ruby dengan berpura-pura tidak tahu.
"Tidak, Nona! Sungguh bukan itu alasannya ! Sebenarnya saya pernah mendengar rumor jika laki-laki itu sering melakukan kekerasan pada pasangannya saat berhubungan," bantah Sean dengan wajah tampak malu-malu karena membicarakan hal yang sensitif bagi laki-laki lajang seperti dirinya.
Terlebih lagi Ruby yang menjadi tamunya juga perempuan lajang yang belum pernah menikah. Sean tidak tahu saja jika Ruby pernah menikah dan mengulang waktu kembali untuk memperbaiki nasib keluarganya.
Tidak hanya Sean yang malu-malu, wajah kedua Dame kembar pun juga malu-malu dan memerah telinganya mendengar cerita Sean akan alasan ia tidak mau sang adik menjadi selir laki-laki itu.
Ruby terkekeh dalam hati melihat wajah malu ketiganya dan sekuat tenaga menahan ledakan tawa yang hampir saja pecah melihat wajah lucu mereka yang salah tingkah.
"Ekhem, jadi begitu alasannya!" ucap Ruby sedikit keras guna menyadarkan ketiganya dari perasaan malu.
Sera menghentikan tangisannya dan mendongak menatap Ruby dengan penuh harap. Napasnya masih naik turun karena masih ada isakan pelan dari tangisannya tadi.
"Nona, bisakah Nona membantu saya agar pergi dari desa ini? Saya tidak bisa kemana-mana dengan bebas karena laki-laki itu! Saya merasa terkekang berada didesa ini, Nona! Kakak tidak punya kenalan diluar desa untuk membawa saya pergi dari sini!" ucap Sera dengan suara serak dan mata yang sendu menatap Ruby dengan penuh harapan.
Ruby pura-pura berpikir agak lama yang membuat Leona terkekeh geli dalam hati dengan ekspresi licik Ruby yang pura-pura mempertimbangkan permohonan gadis itu.
"Nona sungguh iblis cantik yang licik! Ia pura-pura berpikir keras, padahal tadi ia sudah menyusun rencana untuk menarik kedua kakak beradik ini untuk menjadi orang-orangnya! Ckckck, mereka berdua sungguh malang karena menjadi korban keisengan Nona!" batin Leona terkekeh geli.
Keana yang belum tahu sifat Ruby ikut berdebar menunggu keputusan Ruby atas permohonan gadis malang seperti Sera.
"Aku bisa saja membantu kalian berdua pergi dari desa ini, tetapi sebagai balasannya apa yang bisa kalian berdua berikan padaku?" jawab Ruby dengan wajah dibuat serius.
Sean mendongak mendengar perkataan Ruby, pria sangar itu berjalan mendekati Ruby yang memasang ekspresi santai.
Bruk!
Pria sangar itu jatuh berlutut dihadapan Ruby dengan kedua lutut menempel dilantai. Sera dan kedua Dame kembar terkejut melihat aksi yang tidak terduga dilakukan oleh pria sangar itu. Hanya Ruby yang tidak terkejut karena ia tahu bagaimana pria itu dimasa lalu yang rela berbuat apa saja demi sang adik yang sangat ia sayangi.
"Nona, hamba rela melakukan apa saja untuk Nona asalkan Nona mau membawa kami berdua lepas dari desa ini! Meskipun desa ini adalah desa kedua orang tua kami dan tempat kami lahir, saya tidak keberatan meninggalkan desa ini jika tinggal desa ini tidak membuat adik saya bahagia!" pinta Sean dengan hati yang sungguh-sungguh.
Hati Sera terenyuh mendengar permintaan sang kakak yang begitu menyayangi dan melindunginya. Gadis itu kembali menangis yang kali ini tanpa suara karena tidak mau membuat Ruby berpaling untuk membantu mereka berdua.
"Baiklah jika itu yang kau mau! Aku menawarkan kalian berdua menjadi orang-orangku, siap melakukan apa saja yang aku perintahkan dan siap bersumpah darah untuk menjadi pengikutku yang setia, serta selalu ikut kemanapun aku pergi tanpa banyak tanya!" ucap Ruby pada keduanya dengan mata yang menyorot tajam.
Sean mengangkat kepalanya dan melihat sorot mata tajam Ruby yang mengatakan tidak ada kebohongan dari kedua mata indah itu. Pria itu kembali menunduk karena tidak ingin disebut lancang karena berani menatap perempuan bangsawan seperti Ruby sedikit lama.
"Saya siap melakukan semua itu asalkan Nona membawa kami berdua keluar dari desa ini!" jawab Sean dengan di angguki Sera dengan penuh tekad dan kesungguhan.
"Bagus! Karena kalian sudah tahu kalau aku akan pergi ke perbatasan bersama rombongan prajurit militer Duke Caleste, maka kalian berdua harus bersiap-siap untuk mengikuti ku setelah melakukan sumpah darah nanti malam. Besok pagi-pagi kita akan pergi memasuki hutan terlarang untuk sampai di perbatasan tempat kedua kakakku saat ini berada!" sahut Ruby dengan tersenyum lebar.
Kedua kakak beradik itu tertegun mendengar nama Duke Caleste yang sangat terkenal didesa mereka.
Keduanya langsung menurut dengan patuh dan berkali-kali mengucapkan terimakasih dan berjanji setia dengan taruhan nyawa mereka sendiri.
Bersambung...
