NovelToon NovelToon
JATUH UNTUK BANGKIT

JATUH UNTUK BANGKIT

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Cinta Terlarang / Pengganti / Crazy Rich/Konglomerat / Identitas Tersembunyi / Romansa
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Dri Andri

Elang Alghifari, CEO termuda yang sukses, dijebak oleh sahabat dan calon istrinya sendiri. Dalam semalam, ia kehilangan segalanya—perusahaan, reputasi, kebebasan. Tiga tahun di penjara mengubahnya dari pemimpin visioner menjadi pria yang hidup untuk satu tujuan: pembalasan.
Namun di balik jeruji besi, ia bertemu Farrel—mentor yang mengajarkan bahwa dendam adalah seni, bukan emosi. Setelah bebas, Elang kabur ke Pangalengan dan bertemu Anya Gabrielle, gadis sederhana yang mengajarkan arti cinta tulus dan iman yang telah lama ia lupakan.
Dengan identitas baru, Elang kembali ke Jakarta untuk merebut kembali segalanya. Tapi semakin dalam ia tenggelam dalam dendam, semakin jauh ia dari kemanusiaannya. Di antara rencana pembalasan yang sempurna dan cinta yang menyelamatkan, Elang harus memilih: menjadi monster yang mengalahkan musuh, atau manusia yang memenangkan hidupnya kembali.
Jatuh untuk Bangkit adalah kisah epik tentang pengkhianatan, dendam, cinta,

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dri Andri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 15

Terus gimana kamu masuk?"

"Aku tawarkan beli saham mereka dengan harga sedikit di atas market—mereka seneng karena nggak loss terlalu banyak, aku seneng karena dapet saham murah yang bakal naik lagi setelah kamu bersih nama dan ambil alih. Dengan bukti yang kamu punya, aku bisa kumpulin sekitar 25-30% saham dalam sebulan."

Elang mengangguk, otaknya bekerja cepat menghitung. "30% nggak cukup buat ambil alih. Brian masih pegang minimal 40%."

"Betul. Tapi 30% cukup buat bikin aku jadi shareholder besar yang punya suara di board meeting. Cukup buat aku akses info internal, cukup buat aku tau strategi Brian, cukup buat aku sabotase dari dalam pelan-pelan." Harris mengetuk dokumen dengan jari. "Dan kalau kamu berhasil buktikan Brian guilty, saham dia bakal disita pengadilan. Di situ kita strike—beli saham itu, tambah yang kita udah punya, boom, majority shareholder."

Elang merasakan sesuatu di dadanya—bukan kebahagiaan, tapi kepuasan dingin dari rencana yang mulai solid, dari strategi yang punya peluang nyata berhasil. "Kamu bilang butuh puluhan miliar. Kamu punya uang sebanyak itu?"

"Aku bisa cari. Investor, pinjaman bank, partner silent—aku punya cara. Tapi..." Harris berhenti, menatap Elang dengan serius. "Aku mau 40% keuntungan pas kamu menang."

"40%?" Elang mengerutkan kening. "Itu banyak."

"Aku yang ambil resiko finansial. Aku yang fronting investasi. Aku yang bakal kena first kalau Brian strike balik. Dan percaya sama aku, Brian akan strike balik—dia bukan tipe orang yang diam aja ketika diserang." Harris bersandar di kursi, jari bertaut di depan dada. "40% adalah harga fair untuk resiko yang aku ambil."

Elang diam lama, menimbang. 40% adalah besar—tapi tanpa Harris, ia tidak punya cara masuk ke Hartavira dari dalam, tidak punya modal untuk beli saham, tidak punya legitimasi di mata investor. Harris adalah kunci. Dan kunci punya harga.

"Deal," akhirnya ia mengulurkan tangan. "40% keuntungan. Tapi kalau kamu khianatin aku kayak Brian dulu—"

"Aku nggak akan," Harris memotong, menjabat tangan Elang dengan kuat. "Karena aku bukan Brian. Aku nggak perlu khianatin orang buat menang—aku menang dengan skill dan timing. Plus, aku udah lihat apa yang terjadi sama Brian sekarang. Karma is a bitch. Aku nggak mau jadi next target-nya."

Jabat tangan itu tahan lama—lebih dari formalitas, seperti sumpah diam-diam antara dua orang yang tahu mereka baru saja masuk ke perang yang bisa menghancurkan atau mengangkat mereka.

Ketika Elang melepas jabatan, Harris berdiri, berjalan ke jendela, menatap gedung-gedung Jakarta yang menjulang. "Elang," katanya tanpa menoleh, suara lebih pelan, "aku mau kamu tau satu hal."

"Apa?"

"Dendam itu pedang bermata dua." Harris akhirnya menoleh, mata bertemu mata. "Bisa bunuh musuh, bisa bunuh diri sendiri. Aku lihat mata kamu—mata orang yang udah kehilangan sesuatu penting di dalam. Dan aku khawatir, pas semua ini selesai, pas Brian hancur dan Hartavira balik ke kamu... kamu nggak akan bisa menikmatinya. Karena kamu udah habis duluan dari dalam."

Elang berdiri juga, menghadap Harris dengan jarak hanya beberapa meter. "Aku udah mati sekali," katanya dengan suara yang sangat tenang—terlalu tenang untuk orang yang bicara tentang kematian. "Tiga tahun di penjara buat kejahatan yang nggak aku lakukan. Tiga tahun duduk di sel kecil, mikirin kenapa sahabat terbaik dan wanita yang aku cintai bisa berkhianat tanpa rasa bersalah. Aku udah mati di sana. Jadi sekarang, aku gak takut mati lagi. Yang aku takutin adalah Brian dan Zara lolos begitu aja, hidup bahagia, sementara aku jadi ghost di sudut dunia."

"Tapi kamu bukan ghost sekarang," Harris berkata pelan. "Kamu masih hidup. Masih bisa pilih jadi apa. Masih bisa—"

"Aku udah pilih," Elang memotong dengan final. "Aku pilih keadilan. Dengan cara apapun. Dengan harga apapun. Even if it costs me my soul—yang mungkin udah nggak banyak tersisa juga."

Harris diam lama, lalu mengangguk perlahan—bukan setuju, tapi accepting. "Okay. Aku nggak akan coba ganti pikiranmu. Tapi inget: soul itu nggak kayak barang yang bisa kamu track berapa banyak tersisa. Kadang kamu mikir udah nggak ada, terus tiba-tiba ada momen yang ingetin kamu ternyata masih ada sesuatu di dalam. Jangan terlalu cepat menyerah sama bagian itu."

Elang tidak menjawab—karena tidak tahu harus bilang apa pada wisdom yang mungkin benar tapi terlalu terlambat untuk didengar.

Mereka membahas detail lebih lanjut—timeline pembelian saham, strategi approach ke investor, cara komunikasi yang aman (burner phone, email terenkripsi, pertemuan fisik di tempat netral), backup plan kalau Brian mendeteksi gerakan mereka lebih cepat dari prediksi.

Dua jam kemudian, Elang keluar dari gedung itu dengan kepala penuh strategi dan dada yang terasa... aneh. Bukan lega, bukan excited, tapi ada sesuatu yang mengganjal—kata-kata Harris tentang pedang bermata dua, tentang soul yang mungkin masih tersisa.

Ia berjalan ke halte bus terdekat, duduk di bangku plastik sambil menatap lalu lintas Jakarta yang tidak pernah benar-benar berhenti. HP-nya bergetar—pesan dari Anya:

*"Mas udah ketemu Harris? Gimana? Semuanya aman? Anya khawatir. Jangan lupa makan. Jangan lupa sholat. Jangan lupa... Mas masih Mas, bukan orang lain."*

Elang menatap pesan itu lama. Jari bergerak di atas keyboard, ingin membalas, tapi tidak tahu harus bilang apa. Bagaimana ia bisa bilang "aku masih aku" ketika ia sendiri tidak yakin siapa "aku" itu sekarang?

Akhirnya ia mengetik sederhana: *"Aman. Akan pulang besok. Terima kasih udah khawatir."*

Send.

Tapi sebelum ia sempat memasukkan HP kembali ke kantong, pesan lain masuk—dari nomor tidak dikenal:

*"Elang Alghifari. Atau haruskah aku panggil Galang Saputra? Lucu sekali penyamaranmu. Aku tau kamu di Jakarta. Aku tau kamu ketemu Harris. Dan aku tau persis apa yang kamu rencanakan. Kita harus ngobrol. Kalau kamu nggak mau Stella atau gadis Sunda kecilmu itu kenapa-kenapa, datang ke alamat ini malam ini jam 10. Sendirian. —B"*

Darah Elang membeku.

B. Brian.

Ia tau. Entah bagaimana, Brian tau.

Dan yang lebih mengerikan: Brian tau tentang Anya.

---

**[Bersambung ke Bab 12]**

1
Dessy Lisberita
aku kok suka nya elang sama. stella ya thoor
Dri Andri: sayangnya elang udah jatuh cinta sama anya
total 1 replies
Dessy Lisberita
lanjut
Dri Andri: oke simak terus yaa
total 1 replies
Rizky Fathur
hancurkan Brian Thor sehancur hancur Thor bongkar semua kebusukannya Brian Thor jangan bikin elang naif memaafkan Brian pas Brian memohon ampunan jangan libatkan keluarganya bikin elang tidak perduli bikin elang berbisik kepada Brian Brian keluargamu bagiamana bikin di sini Brian sampai memohon jangan libatkan keluarganya bikin elang tidak perduli Dan tertawa jahat Thor hahahaha
Dri Andri: perlahan aja ya😁k
total 2 replies
Rizky Fathur
Thor cepat bongkar kebusukan Brian Thor bikin elang kejam kepada musuhnya musuhnya bantai Sampai ke akar akarnya bersihkan nama baiknya elang Thor bikin di sini sifatnya jangan naif Thor
Rizky Fathur
cepat bantai Brian dengan kejam Thor bongkar semua kebusukannya ke media Thor bikin elang bersihkan namanya Dan Ambil lagi semua hartanya bikin elang tuntut balik orang yang melaporkannya dulu Dan yang memfitnahnya dulu dengan tuntutan puluhan milyar bikin elang kejam kepada musuhnya Thor kalau perlu tertawa jahat dan kejam berbicara akan membantai keluarganya Brian bikin Brian memohon ampunan jangan libatkan keluarganya kepada elang bikin elang tertawa jahat hahahaha Brian aku tidak perduli habis itu pukulin Brian sampai pingsan
Dessy Lisberita
lanjut
Dri Andri: gaskeun
total 1 replies
Rizky Fathur
lanjut update thor ceritanya seru cepat buat elang Ambil kembali asetnya bongkar kebusukan Brian bikin elang kejam Thor sama Brian bilang akan bantai keluarganya Brian bikin Brian memohon ampunan jangan libatkan keluarganya bikin elang tidak perduli bikin elang tertawa jahat Thor
Rizky Fathur: bikin elang kejam Thor bongkar kebusukan Brian ke media bersihkan nama baiknya elang Thor bikin elang tuntut balik yang memfitnahnya Dan menjebaknya itu dengan tuntutan berapa ratus Milyar Thor
total 2 replies
Dessy Lisberita
bangkit lah elang
Dessy Lisberita
jngan terlalu percaya sama saudara ap lagi sama orang asing itu fakta
Rizky Fathur
lanjut update thor ceritanya bikin elang menang bikin Jefri kalah Thor kalau perlu Hajar Jefri sampai luka parah
Dri Andri: gas bro siap lah perlahan aja ya makasih udah hadir
total 1 replies
Kisaragi Chika
bentar, cepat banget tau2 20 chapter. apa datanya disimpan dulu lalu up bersamaan
Dri Andri: hehehe iyaa
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!