Arumi menikah dengan pria yang tidak pernah memberikan cinta dan kasih sayang padanya, pria yang selalu merasa tak pernah cukup memiliki dirinya. Kesepian dan kesunyian adalah hal biasa bagi Arumi selama satu tahun pernikahannya.
Raka— suami Arumi itu hanya menganggap pernikahan mereka hanya sekedar formalitas semata dan bersifat sementara. Hal ini semakin membuat Arumi menjadi seorang istri yang kesepian dan tidak pernah bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi_Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 : Tidak Ingin Bertahan Lagi
Arumi tidak bertanya banyak hal atas perubahan sikap Raka itu, dia bahkan tidak merasa tersanjung dipuji lagi karena Raka juga pernah bersikap seperti ini sebelumnya dan berujung dengan perkataan menyakitkan. Arumi tidak menaruh banyak atas perubahan sikap Raka sekarang.
Raka menumpahkan tangis yang terus membebaninya sejak tadi di dalam pelukan Arumi. Kepalanya dibelai lembut oleh Arumi tanpa ekspresi berlebihan sama sekali, Arumi sangat tenang dan wajahnya cukup tenang untuk menghadapi situasi ini.
Raka tidak peduli kalau saat ini dia akan dinilai lemah oleh istrinya, ketika bersama Arumi, dia jauh lebih bebas mengutarakan ekspresi dirinya sendiri ketimbang bersama orang lain.
“Makanlah sebelum makanannya dingin, nanti tidak enak lagi,” ujar Arumi ketika Raka terisak pelan. Raka mengangkat pandangannya lalu menatap wajah teduh Arumi, baru dia sadari kalau Arumi setenang dan sedamai ini untuknya.
“Mau menyuapiku?” Arumi mengangguk lalu menarik kursi agar lebih dekat lagi dengan Raka. Perlahan dia suapi makanan ke dalam mulut suaminya tanpa berharap apapun akan perubahan ini.
Suapan demi suapan ditelan oleh Raka hingga makanan itu habis tak bersisa. “Ke kamarlah dulu, aku mau makan.” Arumi berkata pelan sambil menaruh piring kotor bekas makan suaminya lalu menggeser kursi itu lagi.
“Makanlah, aku akan menemanimu.” Arumi terdiam sejenak mendengar perkataan suaminya itu lalu dia abaikan perasaan aneh di hatinya dan fokus memakan makanan yang tersaji tanpa mempedulikan apapun lagi.
Raka sendiri menemani sambil merokok karena sehabis makan, jika tidak merokok, ada yang kurang untuknya.
Arumi selesai makan lalu membereskan semua yang berantakan di meja makan tersebut dan membiarkan besok pagi Mardiana atau Idani yang akan mencuci piring.
Mereka kembali ke kamar untuk bersantai lebih dulu sebelum keduanya tertidur. Arumi menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang, begitu pula dengan Raka. Keduanya terlibat dalam keheningan yang cukup memekakkan telinga.
“Aku butuh keputusanmu dalam waktu dekat ini, Raka. Aku sudah memberikan kesempatan baik untukmu dan kamu bisa menikah dengan Nadira secara terang-terangan. Jangan menggantung aku dengan sikap hangatmu ini,” tekan Arumi yang membuat Raka tidak bisa menjawabnya.
“Aku berharap, dua hari lagi bisa bicara di depan keluarga besarmu dan juga di depan media. Agar tidak ada lagi tekanan dalam diri kita masing-masing.” Arumi kembali menambahkan.
“Aku tidak ingin bercerai, Arum.”
“Kenapa? Apa kau memiliki rencana lain untuk menyakitiku? Atau kau punya cara lain untuk menghinaku?” Raka tidak menatap istrinya karena memang tidak sanggup.
“Aku mau tidur.” Raka mengambil posisi tidur lalu memejamkan matanya, tidak akan dia biarkan perpisahan dengan Arumi terjadi namun di dalam hati Arumi, dia sudah bertekad untuk berpisah dari Raka.
Pernikahan ini tidak akan dia pertahankan lagi karena Raka sudah mengkhianatinya. Sekarang mungkin Raka berubah, tapi nanti? Siapa yang tahu. Lagian perubahan ini juga pernah mengecoh hati Arumi sehingga Arumi pernah berharap lebih namun harapannya harus terhempas ketika Raka mengajukan perceraian di tepi jurang.
...***...
Dua hari berlalu, kehidupan Arumi dan Raka masih begitu-begitu saja, tidak ada yang istimewa walau pun Raka kini lebih sering di rumah ketimbang di luar. Raka juga lebih menunjukkan sisi baiknya agar Arumi simpati tapi perempuan itu seakan menangkap hal lain yang padahal Raka kali ini sangat tulus.
Sebuah pengkhianatan dari Raka serta sikap buruk yang Raka berikan selama ini padanya cukup membuat Arumi mati rasa hingga tak bisa mempercayai apapun lagi.
Arumi menantikan suaminya datang, dia saat ini sedang berada di kediaman Zafran serta sudah mengumpulkan keluarga besar Raka. Cukup ramai keadaan saat ini dan Raka juga diminta untuk pulang ke rumah orang tuanya.
Raka datang setelah pukul 6 sore dan mereka semua menunggu kehadiran pria itu. Arumi tersenyum ketika suaminya datang. Raka mengedarkan pandangan lalu menangkap sosok Nadira yang juga turut hadir di sana.
Jantung Raka berdegup tak aman, dia menarik Arumi untuk bicara berdua. “Apa-apaan ini, Arum?”
“Bukankah sudah pernah aku katakan, aku akan mengatakan pada keluarga besarmu mengenai pernikahan kita dan kita berdua akan bercerai. Aku akan membiarkan kamu dan Nadira untuk bersama tanpa harus menjalin hubungan secara sembunyi-sembunyi.”
“Aku tidak mau, sudah aku katakan kalau aku tidak mau berpisah denganmu.”
“Apa alasanmu menolaknya?”
“Aku masih ingin mempertahankan pernikahan ini dan keputusan untuk menikahi Nadira akan aku batalkan.” Arumi tertawa kecil mendengar alasan suaminya.
“Setelah kamu meniduri dia berkali-kali dan kalian saling bertukar cerita serta merancang kehidupan bersama, lalu dengan gampangnya kamu membatalkan niat baikmu pada dia?”
“Aku sadar sekarang Arum. Aku bersama Nadira hanyalah nafsu semata, dia sudah berani berbohong padaku, dan dia juga tidak bisa menjadi istri seperti kamu, Arumi.”
“Berbohong?” Raka menceritakan perihal masakan itu dan Arumi mengangguk.
“Kalau dia tidak ketahuan berbohong, mungkin sekarang kamu akan tetap menjalin hubungan dengannya. Dan akan terus menyakiti aku dengan semua perkataan serta perbuatanmu.”
“Arumi, please. Beri aku kesempatan untuk melanjutkan rumah tangga ini. Aku tidak mau berpisah denganmu.”
“Maaf Raka. Aku juga ingin bahagia tanpa dirimu. Keputusanku sudah bulat dan aku tidak mau mempertahankan pernikahan kita. Pengkhianatanmu terhadap pernikahan kita sudah cukup membuat aku menyadari betapa bodoh aku untuk terus bertahan.”
“Aku mohon Arumi. Jangan lakukan ini.”
“Sekarang Nadira dan jika nanti kau bosan denganku, kau akan mencari gadis lain yang sesuai dengan keinginanmu. Sekali selingkuh, kau akan tetap selingkuh, Raka.”
“Aku bersumpah tidak akan selingkuh lagi.”
“Aku bertahan dengan sikapmu selama ini, dengan perkataanmu yang menyakitkan tapi sebuah pengkhianatan, aku tidak sanggup bertahan lagi Raka. Aku masih berpegang pada perkataanmu yang mengatakan bahwa pernikahan kita bersifat sementara.”
Arumi meninggalkan suaminya begitu saja lalu kembali pada keluarga besar itu. Raka menyusul dengan wajah panik dan juga lelah, kali ini Arumi sudah mengambil langkah benar dengan meninggalkan Raka sepenuhnya.
“Aku ingin menyampaikan sesuatu pada kalian semua dan tolong dengarkan baik-baik.” Arumi membuka perkataan di depan semua orang.
“Aku dan Raka sepakat untuk bercerai,” ucapnya yang membuat semua orang kaget termasuk Shima, Zafran, dan Nadira. Kedua orang tua Raka mengutuk perbuatan Arumi karena menganggap perempuan itu sudah mempermalukan Raka.
“Arumi, apa-apaan ini?” hardik Shima lalu Arumi memberi isyarat agar Shima tidak menyela ucapannya.
“Selama pernikahan kami, Raka sudah memberikan kehidupan terbaik untukku. Aku diambil dari panti asuhan dan dibahagiakan olehnya tapi aku tidak tau diri sudah mengabaikan tanggung jawabku sebagai seorang istri padanya sehingga Raka tertekan dalam hubungan kami. Aku juga selalu memanfaatkan dia untuk kesenanganku sendiri.” Arumi menuturkan semuanya dengan melimpahkan kesalahan atas dirinya sendiri.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
sama-sama kagak gunaaa/Hammer//Joyful/
istri sah : Ngabisin duit suami
pelakor : ngabisin duit buat ngabisin nyawa istri sah/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
pelakor sakit hati : cari pembunuh bayaran 🤣🤣 gak ada harga dirinya lu Dir