Rumah tangga yang hancur ibarat ranting yang patah.Takan bisa disambung kembali.
Begitupun hati seorang istri yang telah dipatahkan bahkan dihancurkan takan mudah untuk sembuh kembali.
Seorang istri dan seorang ibu akan tetap kokoh saat diuji dengan masalah ekonomi namun hatinya akan remuk dan hancur saat hati suaminya tak lagi untuknya..
apa yang tersisa?
rasa sakit, kekecewaan dan juga penyesalan.
Seperti halnya yang dialami oleh Arini dalam kisah yang berjudul " Ranting Patah "
Seperti apa kisahnya?
Akankan Arini bertahan dalam pernikahannya?
Baca selengkapnya!!!
Note: Dukung kisah ini dengan cara baca stiap bab dengan baik,like,komen, subscribe dan vote akan menjadi dukungan terbaik buat author.
Dilarang boom like ❌
lompat bab ❌
komentar kasar atau tidak sopan ❌
Terimakasih, sekecil apapun dukungan dari kalian sangat berati untuk author 🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atha Diyuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15
" Dia kenapa Rin?"
cecar mas Hans.
" Tidak mas,maaf permisi!"
Aku gegas berbalik dan jalan cepat untuk menghindari pertanyaan lebih dari mas Hans.Aku tidak mau mas Hans bertanya lebih tentang rumah tanggaku,aku tak ingin menimbulkan kesalahpahaman mas Hans dan istrinya, rasanya juga tidak pantas jika aku mengatakan perkara rumah tanggaku pada laki-laki laiin.
Walau bagaimanapun aku masih istri mas Arjun,aku hanya pergi meninggalkannya belum bercerai darinya.
" Arini,jawab pertanyaanku Rin!" Teriak mas Hans,tak perduli beberapa pasang mata memeperhtikan kami.
Entah apa yang mereka fikirkan tentang kami.
Astaga,jangan sampai mereka berfikir aku seorang pelakor yang sedang bersembunyi.
Batinku terus berkecamuk,ku tarik Hanif dan Dinda untuk menjauh dan masuk kedalam kontrakan untuk menghindari mas Hans.
"Arini tunggu!"
Teriak mas Hans.
"Bos kita pulang atau?"
Tanya pak Budi.
" Maaf pak nanti saja ada urusan yang jauh lebih penting." ucap Hans sembari berlari mengejar Arini yang sudah lebih dulu masuk kedalam kontrakan dan mengunci pintunya rapat-rapat.
" Ada apa dengan si bos? Siapa perempuan itu?" Gumam pak Budi ,ekor matanya tak bisa lepas dari sang majikan yang tengah berlari mengejar Arini.
Adegan tesebut lebih terlihat seperti adegan drama Korea ,saat seorang laki-laki yang tengah mengejar wanitanya yang sedang marah karena salah faham.
" Ah terserah bos saja, mending aku habiskan kopi dulu sembari ngobrol sama si cantik Desi demok demplonku." Ucap pak Budi ,berlalu meninggalkan sang majikan.
Sementara didalam kontrakan Arini tengah kebingungan menjawab pertanyaan kedua anak-anaknya.
" Bund Jawab!" cecar Hanif.
" Jawab apa si Hanif?"
" Om itu siapa? mengapa dia mengenal bunda,terus apa yang kalian obrolkan sampai om itu buat bunda nangis dan om itu juga kejar kita kesini?"
Pertanyaan Hanif membuat Arini menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
" Em,itu."
" Itu apa bund? Apa bunda minta sembako sama om itu kaya orang-orang tapi om itu nggak mau kasih ke bunda? Gapapa bund,jangan sedih itu kan cuma sembako.Dulu juga biasanya kita bagi-bagi sembako kaya om itu." Celetuk Dinda dengan polosnya.
Hanif yang faham akan situasinya lantas mendekati adiknya,entah apa yang Hanif bisikan ke telinga Dinda hingga Dinda me tangguk patuh dan pergi kebelakang.
" Hanif maafkan bunda,tapi Hanif tidak usah hawatir bunda tidak ada hubungan apapun dengan om itu,bunda juga tidak akan seperti tadi lagi."
" Tapi bund."
"Tapi apa Hanif? Tolong bunda tidak ingin membahas hal ini lagi,Hanif percaya sama bunda atau tidak?" Pungkasku yang memang tak tau lagi harus menjelaskan apa pada anak-anakku.Mereka belum sepantasnya tau tentang masalaluku. Lagipula rasanya tidak pantas jika aku menjelaskan semua itu pada Hanif.
" Bukan itu bund tapi!"
Hanif menunjuk ke arah jendela,karna ternyata Hans sudah berdiri didepan jendela yang sedikit terbuka.
Diwaktu yang sama,indah dan Arjun memutuskan untuk tinggal bersama setelah kepergian Arini.
Bahkan Angga yang terlihat jauh lebih antusias saat pindah kerumah Arjun pasalnya di perumahan tempat ia tinggal tak sebesar rumah Arjun dan Arini.
" Ibu,Angga mau kamar Angga yang disana tapi Angga mau Desian dan interiornya diganti karna itu terlalu anak-anak sekali,Angga tidak suka.Lagipula itu bekasnya si Hanif culun itu kan?" ucap Angga setelah meletakkan barang-barang dikamar barunya.
" Angga tolong itu diatas kamar Dinda sama Hanif kamu bisa pilih kamar lain asal jangan itu." sela Arjun yang tak dengan sengaja mendengar itu.
" Mas,jadi seperti itu sikap kamu sama anakku mas.Aku tau mas,aku tau Angga bukan darah daging kamu,Angga hanya anak tiri kamu tapi tolong jangan bandingkan kasih sayang kamu padanya mas!"
Entah mana yang salah dari apa yang Arjun ucapakan,indah terlihat sangat marah.Bahkan dadanya membusung saat mengatakan itu pada Arjun.
" Bukan begitu sayang tapi,"
" Tapi apa mas? Kamu tidak rela jika kamar anak Arini ditempati oleh anakku,atau jangan-jangan kamu ada niatan untuk membawa mereka pulang? Wah wah mas, sepertinya keputusan untuk pindah kesini adalah keputusan yang salah. Angga kemasi pakaiannya kita pulang kerumah kita yang dulu!" Sentak indah.
Arjun kalang kabut melihat kemarahan indah.
" Bukan begitu sayang jangan marah dulu,mas hanya ingin Angga pake kamar lain.Mas kan ngga tau bagaimana kedepannya, barangkali anak-anak tidak betah tinggal bersama ibunya dan mereka kembali kerumah ini.Mas hanya ingin kamar itu tetap seperti itu,Angga bisa tidur dikamar tamu nanti mas usahakan secepatnya buat kamar itu seperti apa yang Angga inginkan.Bagaima Angga?"
Arjun menatap Angga berusha mencari jawaban dari ucapannya,namun buah jatuh tak jauh dari pohonnya.Respon Angga justru lebih membuat Arjun tercengang.
" Ok baik ,saya sadar saya hanya anak tiri.Jika keberadaan saya disini tidak diinginkan saya akan pergi dan tinggal sendirian saja dirumah ibu!"
Inilah nilai plus dari ibu dan anak itu,selalu saja bisa membuat Arjun merasa terpojok.
" Nah mas kamu dengar sendiri kan apa kata Angga? Lagipula anak dan mantan istri kamu tidak akan berani kembali lagi kerumah ini dan jika sampai terjadi maka aku orang pertama yang akan menolak tegas kembalinya dia."
Indah menatap tajam mata Arjun,bah terhipnotis Arjun hanya diam dan mengangguk.
" Angga sementara tidur dikamar Dinda atau kamar tamu,ayah akan panggil orang buat desain kamar itu sesuai seperti apa yang Angga mau.Jangan sesekali bilang Angga anak tiri,sejak ayah menikai ibu indah,Angga adalah anak ayah.Tidak ada bedanya Angga sama Hanif dan Dinda,kalian akan tetap dapat hak yang sama, begitu juga dengan adek bayi yang ada di dalam kandungan ibu."
Bah mendapatkan angin segar indah merasa melayang dan bahagia mendengar jawaban Arjun.
" Begitu lebih baik mas."
Puk puk
Bisik indah sembari menepuk pundak Arjun.
Kembali ke kontrakan Arini
" Rin kamu masih tetap menolak membuka pintu?" desak Hans.
" Mas tolong mengerti lah." jawab Arini dengan suara lirih.
Sedari tadi Arini menolak membuka pintu untuk Hans, Arini juga berdiri bersandar daun pintu.Sementara Hanif lebih memilih pergi dan memberikan ruang untuk ibunya berbicara.
" Aku tidak segan-segan mendobrak pintu ini Arini! Ingat aku pemilik kontrakan ini dan aku tak perduli jika aku harus merusak atau merobohkan rumah ini agar kamu mau keluar dan bicara denganku."
" Mas, tolong apa kamu tidak berfikir apa yang akan mba Fitri fikirkan jika melihat kamu seperti ini mas?"
" Fitri tidak akan marah dan tidak akan pernah marah.Dia tidak akan tau kalau aku seperti ini dan jika dia tahupun itu tidak akan membuatku mundur karna aku,"
" Mas kamu gila! Asal kamu tau aku tidak mungkin berani menyakiti dan mengecewakan mba Fitri! Apa kamu faham mas , tolong pergi!"
Sentak Arini,hatinya semakin gelisah.
" Tapi Arini Fitri itu sudah,"
" Aku tidak perduli mas!"
Bersambung.....