Atas desakan ayahnya, Poppy Yun datang ke Macau untuk membahas pernikahannya dengan Andy Huo. Namun di perjalanan, ia tanpa sengaja menyelamatkan Leon Huo — gangster paling ditakuti sekaligus pemilik kasino terbesar di Macau.
Tanpa menyadari siapa pria itu, Poppy kembali bertemu dengannya saat mengunjungi keluarga tunangannya. Sejak saat itu, Leon bertekad menjadikan Poppy miliknya, meski harus memisahkannya dari Andy.
Namun saat rahasia kelam terungkap, Poppy memilih menjauh dan membenci Leon. Rahasia apa yang mampu memisahkan dua hati yang terikat tanpa sengaja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab10
"Ha ha ha…," tawa Alan pecah melihat perdebatan kecil antara Andy dan Poppy.
"Kalian ini sudah lama tidak bertemu, tapi tetap saja seperti anak-anak. Ayo, kita makan sambil membahas rencana pernikahan," ajak Alan.
Mereka pun bangkit dan bergerak menuju meja bundar keluarga. Hidangan ala Tiongkok tersaji lengkap, dengan aroma sup hangat dan udang rebus yang terlihat sangat menggugah selera.
Alan duduk di posisi utama. Di sisi kanannya William dan istrinya, sementara di sisi kiri adalah Leon. Andy mengambil tempat di samping ibunya. Poppy, yang jelas tidak ingin dekat dengan calon tunangannya, memilih duduk di dekat Leon.
"Poppy, kalau tidak salah, kau paling suka sup ayam goji berry dan udang rebus, bukan? Lauk ini memang disiapkan khusus untukmu," ujar Alan penuh perhatian.
Poppy tersenyum sopan. "Kakek, terima kasih."
"Jangan sungkan. Silakan makan," balas Alan hangat.
Saat Poppy hendak mengambil udang dengan sumpit, Andy tiba-tiba memutar meja hidangan. Gerakan itu jelas sengaja. Leon, yang menyadari tingkah keponakannya, langsung memutar kembali meja itu hingga sepiring udang kembali berhenti tepat di depan Poppy.
Tanpa ragu, Poppy mengambil seluruh piring udang itu dan meletakkannya di samping mangkuk nasinya—sengaja, agar Andy melihatnya.
"Poppy Yun, apa kau sengaja? Udang itu bukan hanya untukmu," tegur Andy dengan nada tak senang.
"Kakek bilang ini disiapkan khusus untukku. Kalau aku tidak memakannya, sama saja aku menyia-nyiakan niat baik kakek," jawab Poppy santai.
"Kau…" Andy terhenti, wajahnya menegang menahan emosi.
Tiba-tiba ia menyodorkan mangkuk kosong ke arah Poppy. "Kupas kulitnya. Untukku."
"Tidak mau." Poppy menjawab tegas sambil menyantap udang rebus itu satu per satu seolah Andy tidak ada.
Cecil menggerutu, “Anak tidak tahu sopan santun!”
Leon mendecak pelan. “Hanya sepiring udang sudah membuat kakak ipar tidak senang.”
“Bukan itu maksudku,” sangkal Cecil dengan senyum kaku.
Poppy tersenyum kecil mendengar sindiran halus Leon. Tanpa segan, ia mengambil dua ekor udang, membersihkan kulitnya, lalu meletakkannya ke mangkuk nasi Leon.
“Ini untuk Paman,” ucapnya tulus.
Leon yang awalnya heran, akhirnya ikut tersenyum menerima pemberian itu.
Alan menatap adegan itu dengan puas. “Leon, Poppy juga keponakanmu. Kalau ada apa-apa di luar, kau harus membantu dan melindunginya. Di Macau, Poppy tidak punya saudara.”
“Baik, Pa,” jawab Leon mantap.
“Poppy, mengenai acara pernikahan… apakah sudah ada rencana mau diadakan di hotel mana?” tanya William hati-hati.
“Paman,” Poppy menarik napas, menatap semua orang dengan tenang. “Sebenarnya, kali ini aku datang untuk membatalkan pertunangan ini.”
“Apa?” William hampir berdiri dari kursinya. Alan pun terkejut, wajahnya berubah serius.
“Poppy, apakah bocah ini menyakitimu? Katakan saja pada kakek,” tanya Alan penuh kekhawatiran.
“Tidak! Kakek… bukan seperti itu.” Poppy menggeleng pelan. “Kami tidak cocok. Kalau dipaksakan, kami tidak akan bahagia. Lagi pula, aku hanya ingin bersama pria yang setia dan… bersih.”
Cecil langsung mencondongkan tubuhnya, nada suaranya meninggi. “Poppy Yun, apa maksudmu bersih? Kau menganggap Andy… kotor?”
“Memang iya,” jawab Poppy tegas tanpa ragu. “Dia sudah tidak bersih.”
Wajah Andy memerah karena marah. “Hei, Poppy Yun! Jangan kira kau boleh menghina aku sesuka hati. Di luar sana banyak wanita lebih cantik darimu! Kau akan menyesal menolakku. Saat itu, kau sendiri yang akan menangis, memohon, dan berlutut di depanku!”
Poppy mengangkat alis, sikapnya tetap santai.
“Kau bukan siapa-siapa bagiku. Kenapa aku harus berlutut padamu? Aku hanya akan berlutut pada orang tua dan langit,” ujarnya datar. “Kau? Kau hanya orang luar. Salah satu pria yang gemar berfoya-foya dan tidak tahu malu.”
“Kenapa kau bisa bicara seperti itu? Apa kau punya bukti kalau Andy suka berfoya-foya di luar?” tanya Leon dengan nada tajam.
Poppy langsung membuka tasnya dan mengeluarkan setumpuk foto.
“Sebelum aku datang, aku sudah mencari tahu. Demi masa depanku, aku harus tahu sifat calon suamiku. Dan hasilnya…” Poppy meletakkan foto-foto itu di depan Leon.
“...sangat memalukan.”
Leon mengambilnya, melihat satu per satu dengan ekspresi yang makin dingin. Ia lalu melemparkan beberapa foto ke arah Andy dan keluarganya.
“Andy,” suara Leon berat, “ini yang kau lakukan di luar? Apa penjelasanmu?”
Wajah Andy langsung pucat, keringat dingin muncul di pelipisnya. Ia menahan emosi sambil berusaha terlihat tenang.
“Paman, Kakek, bukan seperti itu! Itu… pasti foto palsu yang dibuat dia untuk menjebakku. Dia jelas iri pada wanita lain yang ingin dekat denganku!”
Poppy menyilangkan tangan, tersenyum tipis penuh ejekan.
“Jangan terlalu percaya diri. Selain kaya, kau bukan siapa-siapa. Dan kekayaan itu pun… milik kakekmu, bukan kau.”
“Poppy Yun—!” Andy hendak berdiri, tetapi—
BRAK!
Sumpit Alan menghantam meja, membuat semua orang terdiam.
“Andy!” suara Alan bergetar oleh amarah. “Berapa kali aku mengingatkanmu? Jaga sikapmu di luar! Jangan mempermalukan keluarga kita!”
Andy menunduk, tubuhnya menegang.
“Sebentar lagi kau akan menikah, tapi apa yang kau lakukan? Bermain dengan wanita lain? Benar-benar tidak tahu diri!” bentak Alan, wajahnya merah karena menahan marah.
Suasana meja makan berubah sunyi. Semua orang terdiam, hanya terdengar napas berat Alan yang kesal.
“Poppy, apakah kau harus menggunakan cara seperti ini untuk mempermalukan Andy? Kalau kau tidak suka, jangan gunakan foto palsu!” suara Cecil meninggi, penuh tuduhan.
“Bibi,” balas Poppy tenang, “teknologi sekarang sudah sangat canggih. Foto-foto ini bisa diperiksa kapan saja apakah asli atau palsu.”
Wajah Cecil memerah karena malu dan marah.
“Apakah kau tahu? Mas kawin untukmu tidak murah sama sekali. Seharusnya kaulah yang memberi mas kawin kepada kami!”
Poppy tersenyum tipis, namun matanya dingin.
“Dalam tradisi kita, hanya pihak laki-laki yang memberi mas kawin, bukan sebaliknya. Lagi pula… putra Bibi tidak layak menerima bayaran dariku.”
Ia mencondongkan tubuh sedikit.
“Karena dia bukan ‘produk asli’.”
“Produk asli? Apa maksudmu?!” bentak Cecil, hampir berdiri dari kursinya.
“Pria yang suka berfoya-foya tidak layak menjadi suamiku,” jawab Poppy santai, menusuk tanpa ragu. “Kalau memang banyak wanita di luar sana menyukainya, suruh dia menikahi mereka saja. Terutama wanita-wanita dari club malam—itu lebih cocok untuknya.”
“Poppy Yun! Sejak masuk rumah ini kau tidak punya sopan santun!” hardik Cecil.
“Cukup!” William memotong dengan suara tegas. “Kalau Poppy ingin membatalkan pernikahan ini, itu bukan salahnya. Andy sendiri yang tidak bisa menjaga tingkah lakunya!”
Wajah Andy semakin memerah, menahan malu.
Leon bersandar di kursinya, menatap Andy dengan sorot dingin.
“Luar biasa sekali. Perbuatanmu kali ini… kalau sampai tersebar keluar, bagaimana keluarga Huo bisa mengangkat kepala lagi?”
“Kakek, aku hanya ingin meminta satu hal,” ujar Poppy dengan suara tegas namun tetap sopan. “Batalkan saja pernikahan ini. Semua uang, perhiasan, dan batang emas yang sudah dikirim sebelumnya akan aku kembalikan. Tidak akan ada satu pun yang tertinggal.”
Alan terpaku. William terdiam. Cecil merasa panas di wajahnya.
Sementara Andy malah terkekeh meremehkan.
“Batalkan saja!” serunya sambil menyandarkan tubuh. “Aku yakin suatu saat kau akan datang memohon padaku. Kau pikir tanpa aku ada yang mau denganmu?”
Poppy menoleh perlahan. Senyum tipis muncul, tapi tatapannya sangat menusuk.
“Sudah jelek, pendek, hitam, kasar, tidak setia pula…” katanya satu per satu, dengan sangat jelas. “Walau semua pria di dunia ini lenyap, aku tetap tidak akan menikah denganmu.”
Andy mendadak membeku, wajahnya berubah merah padam seperti disiram air panas.
Cecil menahan emosi yang ingin meledak. William memalingkan wajah, malu.
Leon hanya tersenyum tipis, hampir tidak bisa menahan tawa kecilnya.
Alan menghela napas panjang sebelum berkata, “Andy… kau benar-benar membuat keluarga kita dipermalukan.”