“Mama, dadan Luci atit, nda bita tatan ladi. Luci nda tuat..."
"Luci alus tatan, nda ucah bitala dulu. Abang Lui nda tuat liat Luci nanis,” mohon Rhui berusaha menenangkan adik kembarnya yang tengah melawan penyakit mematikan.
_____
Terasingkan dari keluarganya, Azayrea Jane terpaksa menghadapi takdir yang pahit. Ia harus menikah dengan Azelio Sayersz, pimpinan Liu Tech, untuk menggantikan posisi sepupunya, Emira, yang sedang koma. Meski telah mencintai Azelio selama 15 tahun, Rea sadar bahwa hati pria itu sepenuhnya milik Emira.
Setelah menanggung penderitaan batin selama bertahun-tahun, Rea memutuskan untuk pergi. Ia menata kembali hidupnya dan menemukan kebahagiaan dalam kehadiran dua anaknya, Ruchia dan Rhui. Sayangnya, kebahagiaan itu runtuh saat Ruchia didiagnosis leukemia akut. Keterbatasan fisik Rhui membuatnya tidak bisa menjadi pendonor bagi adiknya. Dalam upaya terakhirnya, Rea kembali menemui pria yang pernah mencampakkannya lima tahun lalu, Azelio Sayersz. Namun, Azelio kini lebih dingin dari sebelumnya.
"Aku akan melakukan apa pun agar putriku selamat," pinta Rea, dengan hati yang hancur.
"Berikan jantungmu, dan aku akan menyelamatkannya.”
Dalam dilema yang mengiris jiwa, Azayrea harus membuat pilihan terberat: mengorbankan hidupnya untuk putrinya, atau kehilangan satu-satunya alasan untuknya hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Ilaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34
Azelio tiba di rumah sakit. Sekretaris Bob segera membawanya menghadap Dokter yang sempat menangani Rhui dan Ruchia. Menghadapi kedatangan pimpinan Liu Tech yang mendadak itu, Dokter harus menyampaikan kabar buruk. Nyawa Ruchia saat ini terancam oleh kanker mematikan. Azelio membeku, lalu bergumam dalam hati. Ia yakin keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit ini. Penyakit tersebut pasti menurun dari pihak keluarga Rea.
Tidak hanya itu, yang lebih mengejutkan lagi, anak kembarnya ternyata berada di tangan pimpinan Technover, saingan beratnya.
“Bagaimana, Pak? Apa yang akan kita lakukan sekarang?” tanya Bob sambil menyetir. Azelio di jok belakang sedang memikirkan kesembuhan Ruchia. Jika Ruchia membutuhkan donor sumsum tulang, ia menyadari bahwa Rexan adalah pendonor yang paling cocok.
“Pak, apa Anda ingin langsung menuju kediaman pimpinan Technover?” tanya Bob lagi.
“Bob, langsung saja ke sana,” perintah Azelio, tanpa basa-basi.
_
Di ruang tamu kediaman Sayersz, Mama Azura mondar-mandir menunggu kabar dari Jeremy. Di sebelahnya, Papa Joeson duduk santai sembari membaca laporan-laporan keuangan Liu Tech yang nyaris tak terselamatkan setelah insiden peretasan misterius.
“Ma, berhenti mondar-mandir. Duduklah di sini dekat Papa,” pinta Papa Joeson. Kepalanya pusing melihat istrinya tak mau diam.
“Aku tidak bisa, Pa. Mama tidak tenang. Perasaan Mama sangat tidak enak,” ucap Mama Azura sambil memegangi dadanya yang berdetak tak menentu.
“Kalau Mama terus mondar-mandir, kepala Papa yang sakit, lho. Kita tidur dulu, yuk? Nanti saja tunggu Rexan pulang,” ajak Papa Joeson lembut, berharap istrinya mau menurut.
“Papa tidur duluan saja,” tolak Mama Azura sambil menunjuk kamar dengan acuh.
“Tidak bisa, Ma. Papa tidak bisa tidur kalau Mama tidak di sampingku,” rengek Papa Joeson. Itu sudah menjadi kebiasaannya. Ia harus dimanja dulu dan mencium aroma tubuh istrinya, obat penenangnya sebelum bisa memejamkan mata.
“Papa tidur saja sama Keby dulu,” ucap Mama Azura, menunjuk kucing peliharaan mereka yang bertengger di atas lemari hias.
Papa Joeson memonyongkan bibirnya. “Istriku, kan, kamu, Sayang. Bukan kucing garong.”
“Tapi aku sama garongnya seperti Keby. Jadi, sana tidur sendiri atau sama Keby.”
Papa Joeson bangkit, mengambil Keby dan mendekapnya. “Awas kalau Papa selingkuh sama Keby, Mama jangan marah!”
“Mama tidak akan marah, tapi kalau Keby sampai lecet sedikit saja, Papa tahu sendiri akibatnya!”
Papa Joeson refleks menelan ludah. Ia buru-buru mendudukkan Keby kembali ke atas sofa. Niat membawa kucing itu ke kamar tidur langsung sirna. Ia kembali duduk manis dan menuruti kata hati yang lebih memilih damai daripada membuat istrinya mengamuk.
Namun, perhatian mereka tiba-tiba teralihkan oleh Rexan yang berlari masuk. “Mami!” Ia langsung menuju pelukan Mama Azura.
“Akhirnya, cucu Mama sudah ceria lagi. Tapi kenapa cuma Rexan saja yang masuk? Mana teman Rexan, hm?” tanya Mama Azura.
“Mami, kata Papa, meleka bukan teman Lejan, tapi adik benelan Lejan,” ucap Rexan.
“Apa maksudmu, Rexan?” Papa Joeson beranjak.
Menghampiri istri dan cucunya.
“Tanya saja cendili tama Mama Leja, Papi.” Rexan menunjuk ke arah pintu. Rea masuk bersama Jeremy, membuat suasana hening seketika.
“Rea?!” Mama Azura berdiri, perlahan mendekati Rea. Rea sontak menutup matanya, mengira akan dipukul, tetapi Mama Azura justru memeluknya dengan perasaan lega yang besar.
“Mama sudah yakin, kamu akan kembali, Nak.”
Ia terlihat sangat senang, berbeda dengan Papa Joeson yang matanya kini memancarkan amarah.
“Jeremy, terima kasih sudah menemukan Rea. Mama senang sekali,” ungkap Mama Azura melihat Jeremy tersenyum.
“Mami, butan Paman yang bawa Mama, tapi Papa Lejan yang bawa Mama pulang,” protes Rexan membuat Jeremy memutar bola matanya.
“Oh ya? Papamu sendiri yang menemukan Ibumu? Papamu memang hebat, Nak!” seru Mama Azura antusias, sementara Rea justru merasa penasaran dengan maksud perkataan itu.
“Ma, Rea pasti lelah, Mama bawa saja Rea ke kamar dulu,” ucap Jeremy.
“Mama, ayo ke kamal Lejan!” ajak Rexan sambil meraih tangan Rea.
“TUNGGU!” teriak Papa Joeson tiba-tiba.
“Mau apa lagi, Pa? Mau ajak Mama adu panco?” ujar Mama Azura dengan tatapan tajam, membuat nyali Papa Joeson langsung menciut.
“Eng… bukan apa-apa, kalian naik saja ke kamar,” ucap Papa Joeson terbata-bata, membuang napas panjang setelah ditinggalkan begitu saja.
“Jeremy, kau mau kemana?” tanya Papa Joeson sambil menahan bahu Jeremy.
“Mau cari Rhui sama Ruchia, cucu Papa yang hilang. Sekalian mencari tahu siapa yang sudah berani mengacak satelit perusahaan kita,” jelas Jeremy, lalu segera meninggalkan Ayahnya yang mematung sendirian di sana.
“Cucuku? Mereka berdua adalah cucuku? Aku punya tiga cucu?” Papa Joeson seolah tak percaya. Ia tampak senang. Meskipun begitu, ia juga kesal dan marah pada Rea yang berani membawa kabur cucu kembarnya. Ia mengepalkan tangan, rahangnya mengeras. “Perempuan ini sama berbahayanya dengan keluarganya! Dia licik! Setelah pergi membawa kabur cucuku, dia pasti kembali hanya ingin menguras harta keluarga. Kau pikir rencana busukmu akan berhasil? Tidak semudah itu kau membodohi kami!” gerutunya.
_
Di waktu yang sama, kini Azelio berdiri di depan pintu kediaman pimpinan Technover. Rubi yang sedang berjalan-jalan di lorong rumah sebelah bersama Rhui, langsung terkejut melihat Azelio melalui jendela. Ia lantas menarik Rhui mendekat.
“Capi, liat!”
“Belenti pandil aku, capi! Namaku Lui!” sentak Rhui kesal.
“Ya udah, Lubi panggil cebong.”
Bukannya nurut, Rubi makin menyebalkan. Rhui seperti ingin menyentil mulutnya. Tapi perhatian bocah itu beralih pada arah jari telunjuk Rubi.
“Cebong, liat! Paman Kodok di sana!”
Melihat Ayahnya muncul secara tiba-tiba, jantung Rhui serasa berhenti berdetak. Rhui mulai panik dan cemas, tapi tetap berusaha tenang.
“Napa Paman Kodok ada di sini, ya?” gumam Rubi heran.
_____
Paman Kodok mau ambil dua kecebongnya~
Like ya, biar Mom Ilaa semangat crazy update
srmoga saja fia mau, wlu pyn marah dan kesal pada kelakuan papa ny
tapi ingin menyelsmat kan putri ny darimaut
maka ny dia marsh sambil ngebrak meja 😁😁😁
songong juga nech si Ron2.
henti kan kegilaan mu Rhui, utk memberi pelajaran dan menghancue kan perusahaan ayah mu
jika bukan Luna dan Celina...
Emira hafis baik, dia tdk akan mauenikah dengan mu, katena ituenyakiti jati afik ny Rea.
paham kamu..
kokblom keliatan.
jarus kuat. pergi lah sejauh mungkin, dan utup indentitas mu, agar yak afa yg bisa menemu kan mu Rea.
biar kita lihat, sampai do mana sifat angkuh nu ny si Azeluo