PRESDIR ITU TERNYATA SUAMIKU

Helikopter yang satunya lagi juga menelusuri sebuah pulau, namun mereka hanya memutar-mutar diudara saja.

Setelah beberapa menit berputar-putar diudara, mereka melihat tidak ada tanda-tanda keberadaan manusia di sana.

Akhirnya helikopter itu pergi meninggalkan pulau itu dan mencari pulau lain seperti perintah Andi dan Tuan Bagas padanya waktu berangkat.

Begitu juga anggota yang mencari didarat, sudah beberapa desa mereka datangi, namun tidak satu desa pun yang melihat atau mengenal Devan.

***

Andi dan kedua anggotanya mendengar suara sesuatu didalam gubuk tua itu.

Ketiganya mendekati gubuk tua itu dengan pelan dan hati-hati, Andi memerintahkan satu anggotanya untuk membuka pintu gubuk itu.

Saat pintu terbuka, anggota itu terjungkal ke pasir karena terkejut dengan sesuatu yang keluar berlari saat pintu terbuka.

Andi menghembus nafas lega, ternyata yang keluar hanyalah seekor monyet.

Anggota satunya lagi membantu anggota yang terjungkal dipasir tadi untuk bangun.

Setelah itu ketiganya masuk kedalam gubuk tua itu. Ketiganya memeriksa dalam gubuk itu.

"Sepertinya gubuk ini sudah lama tidak dihuni." Ujar salah satu anggota Andi karena melihat banyak nyaring laba-laba dan tikus berkeliaran.

Kemudian ketiganya keluar dari gubuk itu, mereka memasuki pulau itu lebih dalam.

Setelah menghabiskan beberapa jam, pencarian mereka tidak membawa hasil, akhirnya mereka memutuskan kembali ke helikopter.

Dipulau yang dihuni oleh Devan dan Cindy, kedua manusia berbeda jenis kelamin itu merasa lapar, sedangkan makanan tidak ada apapun yang tersisa.

Keduanya memutuskan keluar dari gubuk untuk mencari sesuatu apa yang bisa dimakan, jika nasi memang tidak ada disana karena tidak ada bibit padi.

Devan dan Cindy memasuki hutan dipulau itu, Devan tidak lupa membawa busur yang selalu dibawa oleh Nenek Mirna ketika keluar dari gubuk.

Busur itu untuk berjaga-jaga, ataupun bisa memanah hewan yang bisa mereka makan, seperti ayam hutan ataupun kelinci.

Cindy melihat pisang yang sudah matang di pohonnya, dia memberitahu Devan kalau ada pisang yang sudah matang.

"Mas, itu ada pisang, bisa langsung dimakan, karena sudah matang." tunjuk Cindy kearah pohon pisang.

Devan tersenyum, saat mengikuti arah telu juk Cindy. Ternyata benar ada pisang yang sudah bisa langsung dimakan.

Devan dan Cindy tidak menyadari kalau ada sepasang mata sedang memantau keduanya.

Devan mengambil pisang itu, dan membawanya. Saat mereka ingin kembali kegubuk, keduanya mendengar suara sesuatu.

Cindy dan Devan menghentikan langkahnya, keduanya memasang telinga, mendengar lebih jelas suara apa yang sedang mereka dengar.

"Suara apa itu, mas ?" tanya Cindy saat suatu itu semakin riuh dan jelas terdengar.

Devan tertawa senang, dia menengadahkan kepalanya kelangit melihat kesuara.

"Itu suara helikopter, kita akan kembali ke kota." Devan begitu senang, dia segara mengajak Cindy berlari mengejar helikopter itu.

Cindy juga sangat senang, dia langsung mengikuti Devan berlari, namun beberapa langkah, Cindy terjatuh, kakinya berdarah karena menginjak ranting.

Devan segera menghentikan langkahnya, saat tangan Cindy terlepas dari tangannya.

Mata Cindy mulai berkaca menahan sakit. "Kamu kenapa ?" tanya Devan.

"Kaki ku." Jawab Cindy.

Devan terkejut, saat melihat kaki Cindy berdarah, Devan segera memeriksa, dia gugup dan panik saat melihat kulit kaki Cindy terkelupas dan mengeluarkan banyak darah.

Devan merobek bajunya, dan segera membalut kaki Cindy, namun matanya sesekali menatap helikopter yang terdengar suaranya sedang berputar-putar diudara.

Devan hanya mendengar suaranya saja, tapi tidak bisa melihat helikopternya karena tertutup dengan pohon.

"Mas, jangan pedulikan aku, cepat kejar helikopter itu, ini kesempatan untuk kita kembali !" titah Cindy.

"Tidak, aku tidak akan meninggalkanmu," jawab Devan.

"Mas, aku tidak apa-apa, cepat kejar, sebelum mereka pergi, aku tidak apa-apa !" paksa Cindy lagi.

"Baiklah, kamu tetap disini, aku akan cepat kembali dan kita akan keluar dari pulau ini." Devan segera berlari mengejar helikopter itu.

Namun saat Devan hampir sampai ditepi laut, helikopternya itu telah pergi, Devan berlutut dipasir, tubuhnya lemas, harapannya untuk meninggalkan pulau ini telah sirna.

Kesempatan itu telah terlewatkan, Devan memukul pasir, dia putus asa. sesaat kemudian dia ingat pada Cindy yang dia tinggalkan dihutan.

Devan segera berlari kembali kehutan dimana dia meninggalkan Cindy tadi.

Saat Devan sampai dia tersentak melihat Cindy sudah tidak ada disana.

"Cindy, kamana dia ?" tanya nya pada diri sendiri.

Perasaan Devan mulai tidak tenang, dia berjongkok ditempat Cindy terjatuh, Devan melihat darah berceceran masuk kedalam hutan.

Devan mengikuti darah itu kehutan yang semakin dalam, langkah Devan terhenti saat mendengar suara ranting yang terinjak.

Devan melihat kearah suara, ternyata seekor serigala sedang menatap tajam padanya seakan Devan adalah santapan yang nikmat.

Jantung Devan berdegup kencang, perasannya tidak tenang, pikirannya kacau.

Air mata Devan jatuh, Cindy sudah dimakan serigala, dia sangat menyesal meninggalkan Cindy.

Devan terduduk, tubuhnya melemas, seandainya dia tidak meninggalkan Cindy, tidak mungkin Cindy dimakan serigala.

Sesaat kemudian mata Devan memerah, dia sangat marah, Devan mengambil busur, lalu mengarahkan pada serigala yang menatapnya tajam.

"Keparat, kau memakan Cindy ku," seiring dengan ucapannya serigala itu tumbang, Devan memanahnya tepat dileher serigala dan membuat serigala itu mati ditempat.

dengan penyesalan, Devan melangkah mengikuti jejak darah, tubuhnya lemas, semangatnya hilang, dia tidak bisa melindungi Cindy seperti permintaan Nenek Mirna.

"Maafkan Devan Nek, Devan merasa sebagai lelaki sudah tidak berguna, Devan tidak bisa melindungi Cindy walaupun hanya sehari," Gumamnya.

Air matanya luruh begitu saja, seandainya bisa memilih, dia lebih memilih tinggal dipulau ini selamanya asalkan bersama Cindy, dari pada dia kembali tapi kehilangan Cindy seperti ini.

"Andai saja aku tidak meninggalkanmu karena mengejar helikopter, aku tidak akan kehilanganmu." Gumamnya lagi.

Disaat Devan terbuai dengan penyesalan dan pikiran yang kacau, Devan mendengar suara orang batuk dibalik pohon besar disebelahnya.

Devan langsung mengalihkan pasangan matanya, dia melihat siku seseorang yang sangat familiar dimatanya.

Devan berjalan mendekat kepohon itu, Devan langsung memeluk Cindy erat, dan mencium seluruh wajah Cindy.

"Kamu masih hidup, Alhamdulillah, terimakasih ya Allah. Aku sangat senang kamu masih hidup." Ternyata yang dibalik pohon itu adalah Cindy.

Cindy berlari dari kejaran serigala, serigala itu sudah memantau saat Devan dan Cindy mengambil pisang, namun saat Cindy sendirian serigala datang ingin menerkamnya.

beruntung Cindy masih bisa berlari, karena kakinya sudah dibalut oleh Devan.

"Aku pikir kamu sudah dimakan serigala, aku hampir aja ingin bunuh diri karena mengira kamu telah tiada." Ujar Devan masih memeluk Cindy.

Sedangkan Cindy, tidak bisa berkata-kata, hatinya sangat senang, mendengar kata-kata Devan tadi.

Sesaat kemudian Devan melerai pelukannya, dia tersenyum pada Cindy, hatinya kini kembali tenang, ternyata dia sudah salah menduga, dia berpikir Cindy sudah dimakan serigala tadi.

Bersambung.