⛔: Ini hanya fiksi, jika terdapat kesamaan nama, tempat atau kejadian, itu hanyalah kejadian yang tidak disengaja.
Wilona percaya ia memiliki segalanya—cinta, rumah tangga yang hangat, dan suami yang setia. Tapi semua runtuh saat seorang wanita datang membawa kenyataan pahit: ia bukan satu-satunya istri. Lebih menyakitkan lagi, wanita itu telah memberinya sesuatu yang tak bisa Wilona berikan—seorang anak.
Dikhianati oleh orang yang paling ia percaya, Wilona harus memilih: terpuruk dalam luka, atau berdiri dan merebut kembali hidupnya.
"Ketika cinta tak cukup untuk setia… akan kau pilih bertahan atau pergi?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon viaeonni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 11
Wilona duduk melamun di balkon kamarnya. Hatinya sedari tadi gelisah menunggu informasi dari wanita yang mengangkat teleponnya waktu itu, namun tak kunjung juga memberikan kabar padanya. Ada hubungan apa antara suaminya dengan perempuan itu? Ia sungguh penasaran dibuatnya.
"Aku tidak tahu harus apa jika kamu benar-benar mengkhianatiku, Mas. Apa sebenarnya yang akan wanita itu katakan? Kenapa dia tidak kunjung menghubungiku?" Sedari pagi Wilona tidak mau jauh-jauh dari jangkauan ponselnya. Wanita itu terus membawa ponselnya ke mana pun, bahkan ia tidak membalas pesan dari sang suami yang menanyakan keadaannya. Ia pun tak bosan terus memandang sendu foto suaminya yang tertidur sambil memeluk bocah kecil yang tidak ia kenal.
Wilona sungguh tak berdaya. Hanya wanita itu satu-satunya harapan Wilona untuk mengetahui apa yang suaminya sembunyikan darinya.
Tidak ada seorang pun yang bisa dia minta tolong untuk membantunya. Ini memang kesalahannya karena menjauhi semua orang hanya demi Aryan yang tidak suka jika ia bergaul sembarangan.
............
Sementara itu, Amanda tampak bersenandung kecil sambil memandangi penampilannya di depan kaca.
"Kau memang cantik, Amanda. Tapi entah mengapa suamimu yang bodoh itu tidak bisa mencintaimu. Dia hanya tertarik dengan tubuh indahmu ini. Aku sudah seperti wanita ranjangnya saja, alih-alih istri. Yang ada di matanya hanya si Wilona," gerutu Amanda sambil menata rambutnya di depan cermin.
"Tunggu-tunggu, pasti sekarang si Wilona itu sedang tersiksa batin. Dia pasti sangat penasaran denganku karena teleponnya aku angkat kemarin. Hahaha... aku harus melakukan sesuatu untuk membuat Wilona pergi dengan sendirinya dari sisi Mas Aryan." Wanita itu tertawa jahat dengan sebuah ide yang terlintas di kepalanya untuk membuat Wilona meninggalkan Aryan. Karena ia tahu tidak mungkin membuat Aryan yang meninggalkan Wilona, mengingat bagaimana cintanya pria itu pada Wilona.
Amanda keluar dari dalam kamarnya dengan penampilan yang begitu glamor dan seksi. Ia sudah seperti seorang wanita dari kalangan atas, padahal jika tidak dinikahi oleh Aryan, ia hanyalah seonggok batu kerikil yang tidak bernilai. Sekarang, wanita itu seakan lupa dari mana ia berasal. Menjadi kaya seakan membuat wanita itu buta dan bersikap angkuh.
"Mau ke mana kamu, Amanda, dengan penampilan seperti itu?" tanya Lita yang berada di ruang keluarga bermain dengan cucunya. Ia melihat Amanda berjalan melewatinya begitu saja, sungguh tidak memiliki sopan santun.
Amanda lantas menghentikan langkahnya dan menatap malas mertuanya itu. "Aku mau keluar sebentar, dan tolong Mama jaga cucu Mama itu. Kalau dia nangis, susunya sudah aku siapkan di dalam kulkas."
"Keluar ke mana? Sebaiknya kamu ajak Willy juga. Pasti dia senang sekali diajak jalan-jalan," tutur Lita. Sedari pagi ia yang mengurus cucunya itu. Bukan tidak suka, hanya saja ia sedikit lelah dan ingin istirahat. Sedangkan Amanda tidak menyentuh anaknya sedikit pun, seakan tidak peduli.
"Aku mau menemui seseorang. Ribet kalau harus bawa-bawa Willy segala." Tanpa menunggu jawaban dari mama mertuanya itu, Amanda langsung melenggang pergi meninggalkan Lita yang sudah memasang wajah horor.
Lita menjadi sangat geram sendiri, seakan ia memiliki lawan yang sebanding dengan dirinya. Sama-sama keras kepala dan arogan.
"Dasar menantu sialan!!" pekik Lita yang masih didengar oleh Amanda. Namun wanita itu memilih mengabaikannya.
Amanda akan bertemu dengan temannya di restoran Flora, sebuah restoran yang cukup mewah dan mahal. Wanita itu mendatangi restoran dengan mengendarai taksi.
Semua mata lelaki yang berada di restoran langsung tertuju padanya kala Amanda berjalan lenggak-lenggok dengan begitu anggun. Jangan lupakan wajahnya yang dipoles sedemikian rupa serta rambut setengah pirangnya yang tertata dengan indah. Melihat wanita cantik dan seksi seperti itu, laki-laki mana yang tidak akan meliriknya?
Melihat banyak pengunjung pria yang tentu saja dari kalangan atas seperti terpesona padanya, membuat Amanda makin percaya diri dan besar kepala.
Amanda lekas menghampiri sahabatnya yang melambaikan tangan padanya. Kedua wanita itu langsung cipika-cipiki selayaknya para wanita yang tengah bertemu.
"Wow… wow… wow. Amanda Maheswari, liat Lo jadi pusat perhatian semua cowok di sini, Beb! seru Sarah begitu Amanda melangkah masuk ke restoran Flora. Tatapan para pria nyaris tak berkedip, mengikuti lekuk tubuh Amanda yang dibalut dress merah menyala yang ngepas banget di badannya.
Amanda melenggang santai, rambut setengah pirangnya bergoyang tiap langkah. Senyum puas tersungging di bibirnya. Inilah dunia yang dia impikan kemewahan, perhatian, dan rasa dipuja.
Dia sampai di meja tempat Sarah duduk, lalu duduk dengan anggun. Mengibaskan rambut ke belakang bahunya seperti artis yang siap wawancara eksklusif.
"Ya iyalah, Sar. Cowok mana sih yang nggak suka cewek cantik? Dulu waktu gue masih dekil, yang ngelirik juga cuma cowok kere. Sekarang, lihat… semua pria kelas atas ini ngiler lihat gue."
Sarah nyengir, menyesap minumannya sebelum bicara. "Lo emang total sih, Mand. Dandanannya parah banget kece. Tapi ya… asli, baru juga setahun nikah, lo udah kayak sosialita kelas sultan. Gila sih. Gue sampai ngiri banget."
Amanda menyilangkan kaki dan menatap cermin kecil dari tasnya. "Lo gak usah iri. Lo juga sama. Gue tahu lo masih jadi simpenan Pak Hendra, kan? Dari gaya lo aja udah kelihatan. Barang branded semua."
Sarah terkekeh. "Ya ampun, lo masih inget aja. Tapi ya beda, Mand. Gue emang istri simpanan, tapi dimanja. Lo? Lo kayak… istri cadangan. Sayangnya Aryan tuh ke siapa sih sebenernya?"
Amanda mendecak sambil memainkan sedotan di gelasnya. "Sayangnya? Ke anaknya sama si Wilona itu! Cuma gue doang yang jadi pelampiasan di ranjang. Udah kayak wanita pemuas, bukan istri beneran."
"Wah, lo kalah start, Mand. Wilona tuh cantik, berkelas, kelihatan adem. Aryan jelas masih cinta banget sama dia. Lo? Ya… cantik sih, tapi aura-nya beda."
Mata Amanda langsung nyalang. “Lo bilang gue kalah cantik dari Wilona? Dih, please deh, Sar. Kalau bukan karena gue yang jago, Aryan gak bakal lengket kayak sekarang. Gue tuh tahu caranya bikin cowok betah di tempat tidur!"
Sarah tertawa keras. "Gue gak ragu soal itu. Tapi ya lo juga bilang tadi, Aryan tetep nyariin istrinya, bukan lo."
Amanda menggerutu pelan. "Gue udah usaha, tiap hari rayu dia biar makin nempel. Tapi tetep aja. Tiap selesai main, yang dia pikirin tuh Wilona. Sakit banget, Sar."
Sarah geleng-geleng. "Makanya, gue lebih milih jadi istri simpenan yang dimanja daripada istri kedua yang dicuekin. Untungnya cowok gue gak minta anak. Lo? Sampai harus urus anak tiap hari. Capek nggak, tuh?"
Amanda mendesah lelah. "Capek banget, Sar. Apalagi Willy itu gampang sakit, rewel pula. Gue udah bilang ke Aryan buat cari baby sitter, tapi dia sama nyokapnya keras kepala banget. Maunya gue yang ngurus langsung. Gue kayak pembantu deh di rumah."
"Beneran nyiksa sih. Gak bisa belanja santai, gak bisa perawatan, gak bisa hidup chill. Btw, kenapa gak lo lawan aja nyokap mertua lo?"
"Udah sering. Tapi dia kayak iblis. Cerewetnya gak ketolong. Maunya semua harus perfect. Gue nyaris gila, Sar."
Sarah ketawa sinis. "Lo berani banget ngomong gitu. Tapi ya, lo sendiri yang ambil jalan ini, kan? Lo mau jadi orang kaya tanpa usaha. Nah, ini konsekuensinya," ujarnya tak sadar diri.
Amanda memutar mata malas. "Lo juga, Sar. Jangan seolah lo bersih. Kita sama-sama cari jalan pintas. Tapi lo lebih enak, gak ada anak yang harus diurus tiap jam, tiap hari."
Obrolan mereka makin panas, penuh tawa sinis dan sindiran manis yang menusuk. Pertemanan yang terlihat akrab namun toxic.
Namun, saat Amanda memalingkan wajah ke sisi restoran, tawanya seketika padam. Matanya membelalak. Napasnya tercekat.
"Eh… tunggu deh, itu kayak kenal?" bisik Amanda, menunjuk ke arah sepasang pria dan wanita yang tengah duduk di sudut restoran.
Sarah ikut menoleh. "Siapa, Mand?"
Amanda makin membungkuk. Matanya tak berkedip menatap pasangan itu. Pria itu… terlalu familiar. Dan wanita di sampingnya, yang sedang mencium pipinya juga bukan sosok asing.
"Lo kenal?" Sarah penasaran.
Amanda hanya mengangguk pelan. Dengan tatapan tak percaya
TBC.
JANGAN LUPA BERI LIKE, KOMEN DAN VOTE DUKUNGAN TEMAN-TEMAN SEMUA SANGAT BERHARGA.....LOVE YOU ALL.....
Wes to gae duso seng okeh bar iku garek entuk karmane.
ko lek wes miskin po knek penyakit br tau rasa.
bagus bagus biar tmbh hancur nnti.
dah bner si anak dpt wanita baik hidup tertata mlh di hancurkan.
Sekarang balik lagi Aryan suka mabuk dan free sex. sakit kau nnti Amanda kl tau Aryan bgitu 🤣
hbis ini kluarga Aryan tambh hancur.