NovelToon NovelToon
Regret By Mendayu Aksara

Regret By Mendayu Aksara

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Playboy / Janda / Cerai / Percintaan Konglomerat / Obsesi
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Mendayu Aksara

‎"Mas tunggu, dia siapa? Jelaskan pada ku Mas" seketika langkah kaki Devan terhenti untuk mengejar Wanitanya.

‎Devan menoleh pada Sang Istri yang sedang hamil

"Dia pacarku kinara, dialah orang yang selama ini aku cintai. Sekarang kamu sudah tau, kuharap kau mengerti. Aku harus mengejar cintaku, ak tidak ingin Nesa pergi meninggalkan ku."

‎"Mas kamu ga boleh kejar dia, aku ini istri mu, aku mengandung anakmu. Apakah kami masih kurang berharganya di banding wanitamu itu?" tanya Ibu hamil itu tersendat

"‎Maafkan aku Kinara, aku sangat mencintai Nesa di bandingkan apapun."

"Tapi mas..."

Devan segera melepas paksa tangan Kinara, tak sengaja sang istri yang sedang hamil pun terjatuh.

"Ahhh perutku sakit..." Ringis Kinara kesakitan

"Maaf kinara, aku tak mau kehilangan Nesa" Ucap devan kemudian pergi

‎Kinara menatap kepergian suaminya, dan lama kelamaan gelap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mendayu Aksara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Salah Tingkah

Di bawah pohon yang cukup rindang, di atas kursi panjang yang terbuat dari beberapa bilah bambu, nampak Briyan sedang duduk dengan gaya santai sembari mengamati dengan rinci wajah cantik yang saat ini tengah sibuk mengobati lengannya.

Matanya fokus menikmati keindahan ciptaan tuhan yang kini berada tepat di depan mata.

Tak ingin rasanya ia palingkan muka, barang sejenak. Ia ingin terus menatap wanita cantik itu.

"Selesai"

Ucap Kinara setelah selesai membalut luka pada lengan Briyan.

Perlahan, mata indah yang sedari tadi fokus mengobati luka, kini beralih menatap pemuda yang ada di hadapannya.

Sejenak Kinara bingung, ia menatap dalam mata pria tersebut guna memastikan apa hal yang membuat pria di hadapannya ini seakan mematung.

Perlahan, ia melambaikan tangannya pelan. Memeriksa kesadaran pria tersebut.

"Hallo Den"

Tegur Kinara sembari melambaikan tangan tepat di depan muka Briyan.

Tak mendapat respon, kali ini Kinara memberanikan diri mencoba menepuk pelan pundak Pemuda tampan tersebut.

"Ehhh iya, sudah selesai kah?"

Tanya Briyan ketika ia sadari saat ini Kinara sedang menepuk pundaknya.

"Iya Den, udah selesai. Luka nya sudah saya balut" Ucap Kinara mengulangi.

Perlahan, Briyan menatap lengannya. Kemudian mata Hazel itu kembali menatap Kinara.

"Terimakasih"

Ucap Briyan sembari tersenyum hangat.

"Tidak Den, saya yang harusnya berterimakasih"

Jawab Kinara cepat.

Briyan sekali lagi hanya membalas dengan senyuman.

"Den, terimakasih sudah menyelamatkan saya. Mungkin hanya ini yang bisa saya ucapkan pada Aden. Jika berkenan, boleh kah saya melanjutkan pekerjaan saya lagi Den untuk memetik daun teh?"

Kinara berucap untuk berterimakasih sekaligus pamit pada Pemuda di hadapannya itu guna meneruskan pekerjaannya yang tadi sempat tertunda.

Seoalah tersadar dengan tujuan awal nya, sebelum Kinara beranjak pergi, akhirnya Briyan buka suara.

"Ehh sebentar Nona"

Pinta Briyan pada Kinara yang tadinya hendak berdiri dan pergi meneruskan pekerjaannya.

Kinara pun menoleh sesaat dan duduk kembali di samping Briyan.

"Iya ada apa Den?"

Tanya Kinara

"Apakah aku boleh bertanya sesuatu?"

Ucap Briyan.

"Tentu Den"

Balas Kinara

Sekali lagi, Briyan mengamati dengan seksama wajah cantik di hadapannya tersebut. Sebelum akhirnya ia membuka mulut.

"Apakah kamu adalah Kirana?" Tanya Briyan memastikan.

Seketika mata indah Kinara terbelalak, seakan terkejut dengan pertanyaan Briyan barusan.

"Maaf Den, nama siapa yang Aden sebut tadi?" Tanya Kinara ulang

"Apakah nama mu K I RA NA ?" Ulang Briyan kembali.

Kinara menarik nafas panjang, guna menetralisir degupan gantung nya yang tak karuan barusan.

Kinara memejamkan mata lama, dan kembali menarik nafas panjang.

"Maaf Den, itu bukan nama saya" Jawab Kinara singkat.

"Syukurlahh" Balas Briyan sembari tersenyum legah, seolah beban berat yang sedari tadi ia pikul, terlepas dari pundaknya. Raut mukanya nampak begitu bahagia.

"Syukurlah? Memangnya ada apa Den?" Tanya Kinara selidik, ia bingung dengan pertanyaan dan respon dari pemuda di hadapannya ini.

"Ohh, tidak ada apa-apa" Jawab Briyan cepat.

Sebenarnya, Kinara masih bingung dengan pertanyaan Briyan barusan, dan ia juga masih bingung dengan respon bahagia Briyan barusan. Tapi, Kinara tak enak hati untuk bertanya lebih jauh.

"Nama saya ....."

Ucapan Kinara terhenti seketika karena dipotong oleh Briyan.

"Nama mu Nara, benar bukan?" Ucap Briyan.

"Be..be..benar, bagaimana Aden bisa tau?" Tanya Kinara bingung. Ia benar-benar tak paham dengan situasi ini. Ia baru bertemu pemuda di hadapannya itu untuk kali kedua. Bahkan mereka belum pernah berkenalan sebelumnya. Kinara pun tak tau siapa nama pemuda tampan di hadapannya tersebut.

"Bagaimana aku bisa tau?"

Briyan bertanya balik seakan memastikan pertanyaan yang barusan ia dengar.

Kinara masih menatap Briyan dengan tatapan bingung, sembari menganggukan kepala pelan.

"Aku bisa tau nama mu, karena nama mu sudah tertulis di garis takdirku"

Ucap Briyan seraya menatap mata Kinara dengan begitu intens, seolah saat ini ia sedang berbicara serius.

Seketika Kinara segera berpaling dari tatapan Briyan, beralih menatap dedaunan hijau di sekitarnya, ia pun nampak salah tingkah.

"Sepertinya, saya harus segera melanjutkan pekerjaan saya. Saya permisi"

Kali ini Kinara memutuskan untuk pergi meninggalkan Briyan, karena barusan ia merasa atmosfer disekitarnya begitu minim oksigen.

Kinara pun beranjak berdiri untuk segera berlalu.

Menyadari itu, spontan Briyan segera menahan lengan Kinara.

Pada detik yang sama, merekapun saling menatap. Kedua mata itu saling terpaut.

Dan perlahan, Kinara menarik pelan lengannya yang di tahan oleh Briyan.

"A.. a.. ada lagi yang bisa saya bantu Den, sebelum saya pergi?"

Kinara kali ini bertanya kembali akibat cekalan tangan Briyan barusan.

"Ada, bisa kah kamu membantu ku mencari wanita bernama Kirana di desa ini?"

Ucap Briyan langsung ke inti, tak ingin Kinara pergi sebelum pertanyaan yang sedari awal ingin ia tanyakan terlontar.

" Maaf Den, sepertinya tidak bisa. Saya harus bekerja" Jawab Kinara singkat.

"Saya tidak memiliki waktu yang cukup" tambahnya lagi.

"Apakah kamu benar-benar tak memiliki waktu untuk membantuku?"

Tanya Briyan sekali lagi pada Kinara, kali ini ekspresinya nampak begitu memelas.

Nampak Kinara sedang berfikir, ia menarik nafas panjang.

"Maaf Den, pukul delapan pagi saya sudah harus memulai pekerjaan. Dan pukul lima sore pekerjaan kami baru selesai. Sepulang nya saya harus membereskan rumah dan memasak. Begitupun di pagi harinya, sebelum berangkat saya juga harus memasak.

Di akhir pekan, kami memang diliburkan. Tetapi di waktu itu saya gunakan untuk beristirahat. Jadi saya belum bisa membantu mu" Papar Kinara panjang lebar pada Briyan.

Sebenarnya ingin sekali Kinara membantu Briyan mencari orang tersebut, namun Kinara mengurungkan niat itu. Ia belum begitu mengenal Briyan, bahkan nama Pemuda tampan tersebut Kinara pun tak tau.

"Kalau dikarenakan itu, saya bisa langsung meminta izin pada CEO kebun teh mu untuk cuti beberapa saat. Saya bisa atur itu."

Tawar Briyan lagi guna meyakin kan Kinara.

"Itu kedengarannya tidak baik Den, bagaimana jika juragan yang punya kebun teh tidak setuju, dan saya malah di pecat?"

Tanya Kinara guna mematahkan Argument Briyan barusan.

"Itu tidak akan terjadi, saya akan ganti rugi padanya untuk cuti mu beberapa hari, sekalipun ia meminta bayaran mahal. Dan apabila benar kamu dipecat, nantinya kamu bisa bekerja di perusahaan ku di kota. Lantas, apakah ini tidak bisa di jadikan pertimbangan untuk membantu ku?"

Kali ini Briyan menjawab dengan begitu terurai.

Kinara menatap Pemuda di hadapannya itu dengan ekspresi yang begitu sulit di artikan, seketika matanya berkaca-kaca. Perlahan arah pandangnya ia hadapkan ke atas, guna menyeka air mata yang seakan ingin segera mengalir dari mata indah tersebut.

Menyadari itu, Briyan segera buka suara.

"Maaf Nona, apakah ada yang salah dari ucapan saya barusan?"

Tanya Briyan dengan nada yang begitu lembut, takut melukai perasaan Kinara yang kini terlihat begitu rapuh.

Kembali, Kinara menarik nafas kuat.

"Tidak, tak ada yang salah dari ucapan mu. Tapi satu hal yang perlu Aden tau. Saat ini, saya begitu menyukai pekerjaan saya, bukan karena uang, tapi karena saya menemukan ketenangan dalam pekerjaan ini."

Jawab Kinara dengan nada yang gemetar.

"Lagi pula, saya tidak mengenal Aden. Dan saya sepantasnya tidak terlibat dalam urusan itu. Saya harap Aden mengerti, permisi"

Tambah Kinara lagi, kemudian kali ini ia benar-benar beranjak pergi meninggalkan Briyan.

Briyan tak bisa berkata lagi, ia hanya diam menatap lekat punggung yang kini mulai berjalan menjauh.

Briyan benar-benar merutuki sikapnya kali ini.

"Briyan kau bodoh, kau sudah membuat ulah pada gadis itu. Pasti, dia tak akan menyukai mu kalau begini. Jangankan membantu mu, bertemu dengan mu lagi saja mungkin dia sudah tak mau." Cibirnya sendiri.

"Kenapa kau bisa sebodoh ini Briyan"

Cetusnya lagi sembari menarik kuat rambutnya kebelakang.

Nampak ia memejamkan mata lama, menarik nafas panjang dan membuangnya sembarang.

"Sekarang aku harus bagaimana" Ucap Briyan putus asa.

.

.

.

.

.

BERSAMBUNG***

1
Adinda
lebih baik kinara sama briyan daripada dimas Dan devan
Mendayu Aksara: Yuhu Kak, pantengin terus ya, biar tau akhir cerita Kinara bakal hidup bahagia dg siapa 🙌
total 1 replies
Adinda
cocok la briyan sama kinara Daripada dimas
Roxanne MA
OMG ADA DIL RABA🥰
Mendayu Aksara: Iyaa, cantik banget dia itu, cocok ngewakilin Kinara yg 'kata'nya cantik banget juga
total 1 replies
Roxanne MA
wahh ka alurnya seruu bangett
Mendayu Aksara: Wahh makasih kak ❤
total 1 replies
Mendayu_Aksara
Ngakak sih Briyan ini ada ada ajee
Mendayu_Aksara
ihh samaan nama
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!