Seorang wanita modern, cerdas dan mandiri, mendapati dirinya terbangun di tubuh seorang wanita dari masa lalu,seorang janda muda di Tiongkok kuno. Tanpa tahu bagaimana dan mengapa, ia harus menjalani kehidupan baru di dunia yang asing dan penuh aturan kejam, di mana seorang janda tak hanya kehilangan suami, tapi juga martabat, kebebasan, bahkan hak untuk bermimpi.
Di tengah kesendirian dan perlakuan kejam dari keluarga mendiang suami, ia tak tinggal diam. Dengan akal modern dan keberanian yang tak lazim di zaman itu, ia perlahan menentang tradisi yang mengekangnya. Tapi semakin ia menggali masa lalu wanita yang kini ia hidupi, semakin banyak rahasia gelap dan intrik yang terungkap,termasuk kebenaran tentang kematian suaminya, yang ternyata tidak sesederhana yang semua orang katakan.
Apakah ia bisa mengubah takdir yang telah digariskan untuk tubuh ini? Ataukah sejarah akan terulang kembali dengan cara yang jauh lebih berbahaya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 24.Mengenal.
Shen li berlutut di tanah yang masih lembap di depan makam Li mei. Jemarinya menggenggam tanah di bawah nisan, seolah berharap bisa menarik kembali adiknya dari dunia yang sudah tak bisa dijangkau. Air mata terus mengalir, namun tatapannya tetap tajam, penuh tekad meski hatinya remuk.
Zi ning berdiri tak jauh darinya, angin bukit membuat rambut hitam panjangnya berkibar. Sorot matanya tetap dingin, tapi ada kilatan samar rasa iba yang hampir tak terlihat. Yue berdiri di samping tuannya, menunduk, tak berani menatap langsung pada Shen li yang berduka.
Akhirnya, suara Shen li pecah di udara sunyi.
"Bagaimana aku harus membawa kabar ini pada ayah?, ia akan sedih disisa hidupnya"
"Walaupun pahit, kamu harus memberitahukan kabar duka ini pada ayahmu tuan" Ucap Zi ning lembut.
Shen li lalu melihat kearah Zi ning, ia berpikir kalau dirumahnya tidak tahu wajah Li mei dan dia pun mengutarakan maksudnya pada Zi ning.
Shen li berdiri dan membungkuk rendah didepan Zi ning, Zi ning dan Yue pun terkejut dengan yang mereka lihat pria bangsawan membungkuk didepan mereka.
"Apa yang kamu lakukan tuan?. "
“...Nona Zi ning.” Ia menoleh, matanya merah namun tatapannya mantap. “Aku mohon, tolonglah aku… gantikan posisi Li mei untuk sementara waktu. Aku tidak bisa… membiarkan ayahku mengetahui kebenaran ini disisa hidupnya.”
Zi ning mengerutkan kening, raut wajahnya menegang. “Tuan Zhao…permintaan mu ini sulit bagiku, aku kamu suruh untuk menipu keluargamu. Apa kamu sudah gila! "Tolak tegas Zi ning.
Shen li menunduk, suaranya bergetar namun tegas. “Ayah kami… sakit parah. Tabib berkata, kondisinya bisa memburuk jika ia mendapatkan kejutan besar. Dia sudah bertahun-tahun menyesali keputusan keluarga membuang Li mei dan ibu kami. Dia ingin bertemu putrinya sekali saja sebelum ajal menjemput… dan aku tidak sanggup memberitahunya. Aku mohon bantuan mu nona!. "
Ia berhenti sejenak, menatap Zi ning dengan tatapan penuh permohonan. “Aku tahu ini gila. Tapi biarkan ayahku merasakan kasih sayang Li mei walaupun hanya sebentar dari dirimu nona. "
Yue melirik Zi ning dengan cemas. Wajah Zi ning tetap datar, tapi matanya bergetar halus, tanda pikirannya goyah.
“Dan jika aku setuju,” ucap Zi ning perlahan, “apa yang akan terjadi jika kebenaran terungkap? Apa kau akan menanggung segalanya, Tuan Zhao? Atau akan kau biarkan aku yang diseret ke hadapan keluargamu sebagai penipu?”
Shen li menunduk dalam-dalam, hampir menyentuh tanah dengan dahinya. “Semua risikonya akan kutanggung. Demi ayahku… demi Li mei yang tak sempat ia peluk lagi. Aku hanya butuh kau… untuk sementara, sampai ayah bisa pergi dengan tenang tanpa beban penyesalan.”
Angin bukit bertiup lebih kencang, membawa bau dupa dari makam-makam lain. Zi ning terdiam lama, matanya menatap ke arah nisan Li mei, seakan mencari jawaban dari arwah yang sudah tenang di bawah sana.
Yue menatap tuannya, suaranya pelan. “Nona… sebaiknya kita jangan memperdulikan permintaan tuan Zhao ini. Bagaimana jika mereka tahu kalau nona bukan nona Li mei, kita akan dalam bahaya. "
Zi ning menghela napas panjang. Ia menoleh pada Shen li, tatapannya tetap tajam meski ada nada getir di baliknya.
“Aku akan mempertimbangkan… berikan kami waktu untuk berpikir "jawab Zi ning tegas.
Shen li mengangkat kepalanya, matanya berkilau harapan. “terimakasih nona, Atas bantuan nya! "
Zi ning tak menjawab, hanya memalingkan wajahnya ke arah bukit yang berbalut kabut tipis.sambil mengingat kenangan Li mei dengan dirinya saat Li mei masih hidup.
Beberapa hari setelah kunjungan pertama ke makam Li mei, Shen li masih tinggal di rumah sederhana peninggalan Li mei. Malam mulai turun, dan di ruang utama yang remang diterangi lampu minyak, Shen li duduk berhadapan dengan Zi ning dan Yue. Di atas meja kecil, teh panas mengepul, namun suasana terasa tegang.
Shen li menatap ke arah cangkirnya sebelum membuka suara.
“Sebelum aku memintamu benar-benar menyamar sebagai Li mei… kau harus tahu siapa saja yang akan kau hadapi di rumah keluarga Zhao. Mereka orang-orang yang harus kamu waspadai”
Zi ning hanya menatapnya dengan tatapan tajam, namun tidak memotong.
“Pertama,” Shen li menarik napas panjang, “di kediaman Zhao, kekuasaan sepenuhnya berada di tangan Nyonya Tua Zhao, nenek kami. Dia sudah tua, tapi pikirannya masih tajam, dan semua orang di rumah itu tunduk padanya. Bahkan ayahku pun sering kalah suara di hadapannya. Jika dia mencium sedikit saja bahwa kau bukan Li mei, semuanya akan hancur.”
Yue menelan ludah, membayangkan nenek tua berwibawa yang bisa membongkar rahasia mereka hanya dengan tatapan.
“Lalu ada Nyonya Besar Zhao, ibu tiri kami. Setelah ibu dengan membawa Li mei, ayah dipaksa menikah lagi dengan putri menteri bendahara.” Shen li melanjutkan, nada suaranya sedikit berat. “Dia wanita yang licik, selalu bersikap manis di depan orang tua, tapi kejam pada siapa pun yang dianggap ancaman. Waktu ibunda Li mei masih hidup, dia lah yang membuat hidup mereka sulit… sampai akhirnya ibu dan Li mei diusir. Kau harus sangat berhati-hati dengannya. Dia pandai memancing kesalahan kecil dan menggunakannya sebagai senjata.”
Zi ning tetap tenang, namun jemarinya mengetuk meja pelan, seolah menyusun strategi di pikirannya.
“Dan terakhir,” Shen li menarik napas pelan, suaranya terdengar sedikit kesal, “ada Mei Ling, saudari tiri kami. Dia… manja, egois, dan selalu ingin menjadi pusat perhatian. Jika dia merasa kau lebih menarik perhatian ayah atau nenek, dia bisa menjadi masalah besar. Dia bukan cerdik, tapi keras kepala, dan tidak segan-segan membuat drama untuk menjatuhkanmu.”
Yue menatap Shen li dengan cemas. “Sepertinya… semua orang di rumah itu bisa menjadi musuh, Tuan Shen li.”
"Nona, sebaiknya kita kembali ke keluarga Liu daripada kita tinggal di sarang harimau" Ucap cemas Yue.
"Liu!, atau kalian ini anggota keluarga jenderal Liu yang akan tinggal di ibukota" Ucap Shen li terkejut.
Yue dan Zi ning saling menatap, mereka berdua kebingungan karena yang mereka tahu kalau keluarga Liu tinggal di perbatasan.
"Iya jenderal Liu sekarang tinggal di ibukota, atas perintah Kaisar mereka sekarang pindah kesana" Ucap Shen li yang menyakinkan mereka.
"Benarkah itu tuan? " Tanya Zi ning.
Shen li menjawabnya dengan mengangguk pelan, senyum Yue dan Zi ning tergambar jelas karena mereka tidak perlu jauh-jauh lagi ke perbatasan.
"Bagus nona, jika mereka ada disana kita bisa bertemu kapan saja. "
"Iya, kau benar Yue"
Shen li mengangguk. “Benar. Kalian bisa berkunjung kesana,tapi aku mohon bantuan kalian terlebih dahulu,baru aku antar kalian kesana.”
Zi ning menegakkan punggungnya, menatap Shen li lurus-lurus.
“Baik aku setuju,dan tuan..maksudku kakak tidak perlu khawatir,kehidupan keluarga kalian seperti drama tv.Dan mereka bukan tandinganku,jika ingin mengusik ku”
Shen li akhirnya mengangguk, matanya menunjukkan sedikit rasa lega.
“Tv!,apa itu?.”
"Tuan tidak usah tahu, kadang-kadang nona kalau bicara sedikit tidak jelas. Nanti tuan akan terbiasa!. "
Angin malam berhembus masuk melalui celah jendela, membuat nyala lampu minyak bergetar. Zi ning terdiam sejenak, lalu perlahan mengangguk.
Ia sedang memikirkan rencana untuk mengatasi masalah ini, ia tidak perlu belajar lagi tentang Li mei karena ia sendiri sangat mengenal sahabatnya itu.
Zi ning merasa ini adalah waktu yang tepat membalas budi Li mei padanya, tantangan terbesar Zi ning bukan di rumah keluarga Wu tapi membalas sakit hati sahabatnya yang di lakukan oleh keluarga Zhao.
Di luar, suara serangga malam menggema. Tapi di dalam rumah, tiga orang itu duduk dalam lingkaran kecil, memulai rencana yang akan membawa mereka ke jantung keluarga Zhao dan mungkin ke pusaran intrik yang lebih berbahaya daripada yang mereka bayangkan.
tunggu saja kamu tuan muda hu akan ada yg akan membalasnya Zi Ning😡😡😡