Sosok Wanita yang Misterius, tak terlacak dan penuh dengan kejutan, memasuki kehidupan seorang CEO Tampan dan Sukses, entah di sengaja atau hanya kebetulan saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
WAY 20
Galang langsung melangkah cepat setelah lift terbuka.
"Eh Galang, tunggu!" Teriak Zaki berlari menyusul nya.
"Aku hanya bercanda, ayolah, kenapa kau begitu serius"
"Jangan lagi menghubungi Ambar jika bukan masalah pekerjaan, tidak pantas kau bercanda dan membuang waktumu begitu saja" sahut Galang dengan nada tegas.
Zaki terdiam, merasa ada yangg aneh dengan sahabatnya, tidak biasanya dia mengurusi hal sepele seperti ini, lalu terbitlah senyuman tipis di bibirnya.
"Jadi, aku tidak boleh menghubunginya?" Tanya Zaki lalu duduk manis di depan kursi kerja Galang.
"Ck, sudahlah, cari tau siapa orang ini selain dia kepala sebuah bandara di Kalimantan" Galang menyodorkan sebuah foto yang ada di ponselnya.
"Ini?, siapa orang ini, kita ada masalah dengan orang ini?" Tanya Zaki.
"Tidak, tapi bukankah kita masih mencari kepastian soal siapa sebenarnya Ambar, untuk berjaga-jaga"
"Ambar?, dan Orang ini?, apa hubungannya?" Zaki makin tak mengerti.
"Orang penting seperti itu begitu menaruh hormat pada Ambar saat bertemu, Bahkan membantu dengan cepat saat aku ada masalah di Bandara waktu itu"
"Serius?, Kenapa baru cerita sekarang?" Protes Zaki.
"Kemarin aku sibuk, belum sempat, tapi Indra sudah aku kabari, dan hasilnya masih zonk sampai saat ini, barangkali kamu punya cara lain untuk membuka tabir sosok Ambar yang sudah kamu kirimi pesan-pesan gak penting mu itu"
"Sepertinya ada yang cemburu?" Sahut Zaki santai.
"Cemburu kepalamu?!, kita harus waspada" semprot Galang.
"Okey, siap, tapi Ambar rasanya bukan orang yang berbahaya"
"Apapun bisa terjadi Zek, jangan lengah"
"Baiklah"
"Lalu kenapa kau tetap ada disini?" Tanya Galang lagi, mengusir Zaki secara kasar kali ini.
"My God, okey, aku pergi, dan tidak akan mengirimi Ambar pesan lagi!" Teriaknya, lalu pergi meninggalkan ruangan atasannya menuju ke ruangannya.
Glek
Terkejut!, terlihat Ambar sudah ada di ruang kerjanya yang bersebelahan dengan dirinya, dan kebetulan pintunya masih terbuka.
"Hai, Kau sudah datang?" Tanya Zaki berusaha me normalkan wajahnya.
"Dari tadi pak"
"Oh, hehe, okey selamat bekerja ya" ucap Zaki sambil mengusap tengkuknya, berharap apa yang di perbincangkan dengan Galang tidak terdengar oleh Kia.
"Pak!, ini oleh-olehnya, tolong di bagi ke yang lain juga" Kia lalu menghampiri, menyodorkan lima kotak oleh-oleh yang sudah di pesan.
"Aduh, jadi gak enak nih, aku hanya bercanda, jangan dianggap serius" ucap Zaki dengan wajah yang tidak enak.
Kia tersenyum, "Tidak masalah Pak, Saya justru senang bisa sedikit berbagi dengan orang-orang yang ada di Ambarawa Company"
"Iya sih, tapi lain kali sebaiknya tidak usah ya"
"Memang kenapa Pak?"
"Ada yang tidak berkenan jika kamu membawakan oleh-oleh untukku, jadi cari aman saja lah"
Kia tersenyum kembali, "Pak Galang?"
"Hust, jangan keras-keras" Sahut Zaki cepat.
"Tenang pak, saya bawa oleh-oleh ini bukan hanya untuk pak Zaki, untuk semua karyawan yang ada di sini Kok, makanya saya minta tolong pak Zaki nanti membaginya ya?"
"Oke-oke, terima kasih, dan aku pergi dulu" ucap Zaki lalu menuju ke ruang kerjanya yang tak jauh dari sana.
Baru saja Zaki duduk dan membuka berkas yang ada di atas mejanya, datang seseorang mengetuk pintu ruangannya.
"Masuk!"
Terlihat indra disana, masuk dan kini duduk di depan Zaki.
"Ada apa?" Tanya Zaki.
"Selain kepala Bandara, orang ini juga pemilik salah satu perusahaan ternama, dia juga pernah menjabat anggota dewan, karirnya cukup gemilang dan jelas dia bukan orang sembarangan" ucap Indra sambil menyerahkan sebuah foto yang sudah di cetak olehnya.
Zaki mengamati, wajah yang sama persis di tunjukkan oleh Galang tadi, "lalu?"
"Dia mengenal dan bahkan Ambar begitu di hormati oleh orang ini, menurutmu?" Indra membalikkan pertanyaan setelah melirik ke arah ruangan Kia.
"Terus terang aku tidak tau, tapi dia bukan wanita yang berbahaya menurutku, lihat saja penampilannya, apa yang dia punya, bahkan tas dan ponsel pribadinya saja keluaran lama, apa yang perlu kita takutkan?" Tanya Zaki dengan suara pelan.
"Entahlah, aku hanya merasa ada yang tak biasa darinya"
"Aku juga, tapi menurutku itu tidak berbahaya" jawab Zaki.
"Benar juga"
Perbincangan berhenti, Indra segera kembali ke tempatnya, mengucapakan terimakasih kepada Kia setelah mendapatkan kue dari Zaki, lalu segera keluar dari lantai sembilan.
Susana kerja seperti biasa, kondusif dan semua aktif menjalankan tugasnya masing-masing.
Hingga waktu terlalu tak terasa jam istirahat siang telah tiba, Kia segera membereskan pekerjaannya, saat keluar dari ruangan rupanya semua orang sudah tidak ada di tempatnya.
Keluar dari lift yang di naiki, Kia hendak menuju keruangan Sukma, kebetulan sekali melihat Lea yang sepertinya menuju ke sana.
Kia mempercepat jalannya, dan tak sengaja menabrak seseorang yang memakai topi dan berjaket hitam tebal.
"Maaf!" Ucap Kia ditengah ramainya orang berlalu lalang.
Orang itu tidak merespon, hanya berhenti sejenak dan kembali melanjutkan langkahnya dengan tergesa.
"Hei tunggu!" Teriak Kia yang merasakan sesuatu tak nyaman di hatinya.
Hampir saja memasuki lift, orang berjaket tebal itu berhasil di pegang oleh Kia.
"Hei, maaf, apa_'
DUG!
Kia terkejut, saat pukulan melayang ke arahnya, beruntung refleknya cepat, menghadang pukulan itu dengan kedua tangannya.
"Siapa kau?" Tanya Kia dengan sorot mata yang berubah.
Ceklek
Dor
Seketika terdengar jeritan yang saling bersahutan.
"Diam kalian semua!" Teriak seorang wanita bertopi hitam dan memakai jaket tebal berwarna sama.
Kia terdiam, moncong pistol itu kini tepat di depan wajahnya.
Sukma dan Lea yang baru saja keluar dari ruangan menjerit bareng melihat apa yang sudah terjadi di depan matanya.
"Hubungi keamanan, cepat!" Bisik Sukma dengan wajah pucat nya.
Lea segera mengambil ponsel, tangganya bergetar saat mengirim pesan singkat, pemandangan di hadapannya sangat mengerikan, bergerak sedikit saja kepala Asisten pribadi bosnya pasti akan meledak.
Tapi berbeda dengan Kia, tatapannya tak bergeming, lurus menembus sosok wanita yang mengacungkan pistol di depannya.
"Apa mau mu?" Tanya Kia dalam dan menekan.
"Panggil Galang, dan dia harus menikahi ku!" Teriaknya lantang.
Semua orang terkejut, Sukma dan Lea menajamkan pandangan, dan_
"Sial, bukankah dia wanita gila itu?" bisik lea
"Mantan Asisten Galang, Meta Kumala" sahut Sukma.
"Ya Tuhan!" Seru Lea makin cemas dan ketakutan.
Namun yang terjadi berikutnya membuat semua orang hampir tidak bisa bernafas, entah bagaimana kejadiannya, begitu cepat, senjata api itu berpindah tempat, berada ditangan Kia dan kini di arahkan tepat di kepala wanita yang melebarkan matanya karena terkejut.
"Tiga, dua_" Kia menghitung mundur dengan jari yang bersiap menarik pelatuk pistolnya.
"Tidak!, apa yang kau lakukan, jangan!" Teriak wanita itu yang kini begitu ketakutan.
"Nona Ambar, jangan!, kau bisa membunuhnya, hentikan!" Teriak Bram yang baru tiba bersama Indra.
Dan
Klek_,
Pelatuk di tarik, semua menjerit, namun tak ada suara tembakan terdengar, dan semua terdiam, hanya suara peluru satu persatu yang jatuh dari tempatnya.
"Jika kau belum siap mati, jangan bermain-main dengan senjata api" ucap Kia.
Brug
Wanita itu terjatuh lemas dengan wajah pucat nya, lalu kemudian Bram dan security yang lain segera berlari menangkapnya.
Sementara Kia, berbalik dengan sorot mata yang sulit diartikan, tenang namun begitu mematikan, lalu berjalan keluar dari ruangan itu menuju ke sebuah tempat yang di tuju.
Tangannya menyentuh air, lalu mengusap wajahnya perlahan, mengucapkan doa untuk menenangkan hatinya yang sesaat tadi bergemuruh, dan melanjutkan dengan melakukan ibadah siangnya.
Bagaimana?, yang makin penasaran yuk komennya.
Bersambung.
ciye...