NovelToon NovelToon
Dihina Camer, Dirajakan Kekasih

Dihina Camer, Dirajakan Kekasih

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Beda Usia
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Ganendra pernah hampir menikah. Hubungannya dengan Rania kandas bukan karena cinta yang pudar, tapi karena ia dihina dan ditolak mentah-mentah oleh calon mertuanya yang menganggapnya tak pantas karena hanya pegawai toko dengan gaji pas-pasan. Harga dirinya diinjak, cintanya ditertawakan, dan ia ditinggalkan tanpa penjelasan. Luka itu masih membekas sampai takdir mempertemukannya kembali dengan Rania masa lalunya tetapi dia yang sudah menjalin hubungan dengan Livia dibuat dilema.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 22

Ganendra yang tengah berdiri kikuk dengan setelan jas abu-abu muda dan kemeja putih pas badan hanya bisa membeku di tempatnya.

Sorot matanya sedikit terkejut saat mendengar cibiran kasar itu, terlebih saat melihat siapa yang mengucapkannya Bianca, adik dari Rania, perempuan yang pernah hampir ia nikahi tapi berakhir dikhianati.

“Apa seorang mantan pegawai toko sekarang berubah profesi jadi gigolo?” ulang Bianca dengan nada mengejek, lalu melirik tajam ke arah Livia dari ujung kaki sampai kepala. “Dan ini siapa? Pelanggan tetapnya? Perempuan kesepian yang butuh teman belanja dan sedikit ilusi cinta?”

Livia mendongak tenang. Alih-alih tersinggung, ia justru tersenyum kecil dengan pandangan yang menohok.

“Maaf, kamu siapa ya?” tanyanya datar, tapi sorot matanya tajam, menusuk.

“Bianca. Aku adiknya Rania,” jawab gadis itu sinis. “Dan seharusnya kamu tahu tempatmu. Orang sepertimu nggak cocok jalan sama dia,” tunjuknya ke arah Ganendra dengan tatapan merendahkan.

Livia melangkah mendekat dengan gayanya yang anggun, tenang, dan tak goyah sedikitpun meski hatinya sebenarnya berkecamuk. Ia lalu meraih tangan Ganendra, menggenggamnya erat di depan semua orang di butik itu.

“Dia bukan siapa-siapa buatku,” ujar Livia sambil menatap tajam ke arah Bianca.

“Tapi mulai hari ini, dia adalah asisten pribadiku dan calon pendamping hidupku. Jadi kalau kamu masih mau bicara seenaknya, pastikan kamu punya identitas lebih dari sekadar adik mantan karena aku adalah Aku Livia Mareta Danuarta.”

Bianca menahan napas, beberapa pegawai butik yang sempat mematung kini saling berbisik, menyadari bahwa yang berdiri di depannya adalah CEO RD Grup.

Ganendra masih terdiam, wajahnya sedikit memerah antara canggung dan terharu. Ia tak pernah menyangka, akan ada seseorang seperti Livia yang begitu berani membelanya di hadapan siapa pun.

Livia menoleh ke arah Ganendra dan berkata pelan namun tegas, “Ayo, kita lanjut pilih jas buat gala dinner minggu depan. Kita nggak punya waktu untuk orang-orang kecil yang suka merendahkan masa lalu.”

Dan tanpa menoleh lagi, Livia menggandeng Ganendra pergi, meninggalkan Bianca yang masih terdiam dengan ekspresi terkejut dan malu.

Mobil sedan hitam itu melaju pelan meninggalkan area butik, membelah sore Jakarta yang mulai dipenuhi cahaya keemasan. Di dalam kabin yang sunyi, hanya terdengar dengung halus mesin dan desiran lembut AC.

Ganendra duduk dibalik kemudi, diam. Tatapannya lurus ke jalan, tapi benaknya penuh dengan suara dan kejadian barusan. Genggaman tangan Livia, keberaniannya di depan Bianca, dan kata-katanya tadi "calon pendamping hidupku."

Tiba-tiba, suara lembut tapi serius menyentak lamunannya.

“Aku serius dengan ucapanku tadi,” ujar Livia pelan namun jelas, sambil menatap keluar jendela, seolah menyusun keberanian dari bias senja yang menari di kaca mobil.

Ganendra menoleh sekilas, lalu kembali fokus ke jalan. “Maksudnya yang waktu di butik tadi, Mbak?”

“Iya. Tentang kamu. Tentang kita. Tentang aku yang nggak peduli dengan masa lalu kamu.” Livia menarik napas, menoleh perlahan ke arah pria muda di sebelahnya.

“Aku memang tujuh tahun lebih tua, aku CEO, kamu supir pribadi sekaligus bodyguard, tapi kalau soal rasa harusnya kita adil, kan?”

Ganendra menelan ludahnya sendiri. Sore ini seolah terlalu cepat berubah dari biasa menjadi penuh kejutan.

“Kamu nggak malu, Liv?” bisiknya nyaris tak terdengar. “Orang bisa aja bilang kamu kehilangan arah.”

Livia tertawa kecil. “Aku kehilangan arah justru saat aku mengabaikan kata hatiku. Dan sekarang, untuk pertama kalinya aku tahu ke mana aku mau melangkah dan itu ke arah kamu, Nendra.”

Keheningan menggantung beberapa detik. Lampu lalu lintas menyala merah. Mobil berhenti Livia menatap Ganendra dalam dan tenang.

“Aku cuma minta satu hal,” katanya lembut. “Jangan mundur cuma karena kamu merasa nggak layak. Kalau kamu mau jujur kamu juga ada rasa itu, kan?”

Ganendra memejamkan mata sejenak. Hatinya bergemuruh. Antara takut dan rindu antara minder dan bahagia.

“Susah buat nggak jatuh hati sama kamu Mbak Liv...” lirihnya.

Lampu hijau menyala mobil kembali berjalan. Tapi di dalam kabin itu, dua hati yang tadinya ragu mulai saling percaya untuk melangkah lebih jauh.

Suasana di dalam mobil mendadak sunyi. Hanya suara deru mesin dan desir angin yang masuk lewat celah kaca sedikit terbuka.

Livia menatap ke luar jendela, namun ekor matanya masih melirik sosok Ganendra yang duduk di kursi kemudi.

Tiba-tiba suara pria itu memecah keheningan, pelan tapi penuh tekanan.

“Maaf, Mbak…” ujarnya sambil menahan napas. “Aku cuma orang miskin. Nggak cocok sama Mbak. Dunia kita beda jauh. Mbak Livia itu CEO RD Grup sedangkan aku cuma sopir sementara.”

Livia menoleh pelan tatapannya tajam, tapi lembut.

“Kamu selesai?” tanyanya tenang.

Ganendra mengangguk, tak berani menatap ke kaca spion untuk melihat wajahnya.

“Aku tuh nggak butuh yang cocok di atas kertas, Gane,” Livia mulai bicara.

Suaranya rendah, nyaris seperti bisikan, tapi terasa berat. “Aku butuh yang tulus, yang nyata. Dan kamu satu-satunya orang yang nggak pernah pura-pura di depanku.”

Ganendra hanya menggenggam setir lebih erat.

Livia melanjutkan, “Kamu tahu apa yang paling bikin aku takut selama ini? Bukan jadi wanita yang sibuk di puncak kekuasaan. Tapi jadi perempuan yang dicintai karena status.bukan karena dirinya.”

Seketika, mata Ganendra mulai berubah terlihat ada gelisah yang menyeruak.

“Dan kamu...” Livia menarik napas dalam, “satu-satunya orang yang nolak aku bukan karena sombong, tapi karena kamu berpikir kamu nggak layak padahal bagiku, kamu lebih dari cukup.”

“Mbak Livia…”

“Jangan panggil aku ‘Mbak’ kalau kamu terus berpikir aku terlalu tinggi buat kamu. Aku nggak butuh pangeran. Aku cuma butuh seseorang yang bisa bilang Aku akan jagain kamu meski seluruh dunia bilang aku nggak pantas.'”

Mobil berhenti di lampu merah. Ganendra akhirnya menoleh perlahan, menatap mata Livia lewat cermin tengah. Mata itu masih sama kuat tapi rapuh berani tapi tulus.

“Livia…” lirihnya kali ini, tanpa embel-embel ‘Mbak’.

Livia tersenyum samar. “Nah, baru itu suara yang aku tunggu dari tadi.”

Lampu berubah hijau. Tapi di dalam mobil, yang berubah bukan hanya warna jalanan melainkan arah hati mereka berdua.

Setelah sejenak diam, tiba-tiba Livia menoleh lagi, memecah hening yang sempat menggantung di antara mereka.

“Kamu biasanya makan di mana?” tanyanya pelan tapi tajam, seolah bukan sekadar menanyakan tempat makan.

Ganendra meliriknya singkat dari kaca spion, lalu kembali fokus ke jalan.

“Kenapa nanya gitu?” gumamnya pelan, agak ragu.

Livia menyandarkan tubuh ke sandaran jok mobil, matanya menatap langit-langit mobil.

“Karena kamu kelihatan kayak orang yang nggak pernah makan enak,” ucapnya lirih, ada nada menggoda namun juga prihatin.

“Aku mau tahu kamu tuh makannya cukup atau sekadar asal kenyang.”

Ganendra terkekeh kecil, nada tawanya rendah tapi getir.

“Ya tergantung teradang di warteg, kadang di angkringan pernah juga nggak makan sama sekali kalau akhir bulan.”

Livia menoleh, matanya menyipit. “Kamu serius?”

Ganendra mengangguk. “Serius. Kenapa? Mbak Livia nggak percaya ya, kalau masih ada yang hidupnya kayak aku?”

Livia menarik napas. “Justru itu yang bikin aku percaya bahwa kamu berbeda. Bahwa kamu bukan pria yang akan lari cuma karena aku punya dunia yang nggak kamu miliki.”

Dia menatap Ganendra lekat-lekat.

“Aku nggak butuh orang yang makan di restoran bintang lima setiap hari. Aku butuh orang yang tahu rasanya lapar, supaya dia tahu caranya menghargai kenyang. Aku butuh orang kayak kamu.”

Ganendra diam mobil mereka melaju tenang di jalanan Jakarta yang mulai lengang menjelang malam.

“Besok temenin aku makan,” kata Livia tiba-tiba.

“Hah? Di mana?” tanya Ganendra cepat.

“Di tempat kamu biasa makan.”

Ganendra memicingkan mata setengah tak percaya. “Beneran?”

“Beneran. Aku mau tahu dunia kamu dan mau lihat tempat kamu biasa duduk, sendirian atau sama teman. Aku mau tahu rasanya jadi kamu walau cuma sejam.”

Ganendra terdiam cukup lama. Lalu perlahan, senyum kecil muncul di sudut bibirnya.

“Baiklah, asal Mbak eh, Livia siap duduk di bangku plastik sambil makan pakai tangan.”

Livia tertawa kecil. “Kalau makan sama kamu, aku rasa semuanya jadi terasa layak.”

1
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
sunshine wings
dan kamu emang udah layak dari pertemuan pertama insiden itu Livia .♥️♥️♥️♥️♥️
sunshine wings
Wah aku yg salting.. asekkk.. 💃🏻💃🏻💃🏻💃🏻💃🏻
sunshine wings
hahaha.. energi ya mas.. powerbank.. 💪💪💪💪💪😍😍😍😍😍
sunshine wings
Kan.. 👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻♥️♥️♥️♥️♥️
sunshine wings
Good Ganendra.. 👍👍👍👍👍
sunshine wings
Yaa begitulah..Mantapkan hati.. 👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻♥️♥️♥️♥️♥️
sunshine wings
Memang ada pilihan lain tapi hati hanya punya satu ya mau gimana lagi ya kan..
sunshine wings
Sudahlaa Lintang nanti makan diri sendiri.. 🤷🏻‍♀️🤷🏻‍♀️🤷🏻‍♀️🤷🏻‍♀️🤷🏻‍♀️
sunshine wings
kerana Livia yg pertama ada selepas hati Ganendra hancur berkeping².. ♥️♥️♥️♥️♥️
Naila
lanjut
Purnama Pasedu
lintang jadi badai
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: duri dalam daging 🤭🤣
total 1 replies
sunshine wings
😘😘😘😘😘
sunshine wings
Yesss!!! 💪💪💪💪💪♥️♥️♥️♥️♥️
sunshine wings
🥰🥰🥰🥰🥰
sunshine wings
daaan calon suami juga.. 🥰🥰🥰🥰🥰
Purnama Pasedu
Livia,,,sekali kali ajak ibunya ganen sama ganen ke restoran
Purnama Pasedu: begitu ya
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: belum waktunya kak mereka belum resmi pacaran
total 2 replies
sunshine wings
Laa.. rupanya adek sepupu kirain adek sekandung.. buat malu aja.. sadar dri laa ɓiar sedikit.. 🤷🏻‍♀️🤷🏻‍♀️🤷🏻‍♀️🤷🏻‍♀️🤷🏻‍♀️
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭🤣
total 1 replies
Al Ghifari
lanjut seru banget
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak kakak insyaallah besok 😘🙏🏻
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!