Mia Maulida seorang wanita berusia 36 tahun dengan dua orang anak yang beranjak remaja menjalankan multi peran sebagai orangtua, isteri dan perempuan bekerja, entahlah lelah yang dirasa menjalankan perannya terbersit penyesalan dalam hati kenapa dirinya dulu memutuskan menikah muda yang menjadikan dunianya kini terasa begitu sempit, Astaghfirullahal'adzim..lirihnya memohon ampun kepadaNYA seraya berdoa dalam hati semoga ada kebaikan dan hikmah yang dirasakan di masa depan, kalaupun bukan untuknya mungkin untuk anak anaknya kelak.
Muhammad Harris Pratama seorang pengusaha muda sukses yang menikah dengan perempuan cantik bernama Vivi Andriani tujuh tahun lalu, nyatanya kini merasakan hampa karena belum mendapatkan keturunan. Di saat kehampaan yang dialaminya, tak disangka semesta mempertemukan kembali dengan perempuan cantik berwajah bening nan teduh yang dikaguminya di masa putih abu-abu. Terbersit tanya kenapa dipertemukan saat sudah memilki kehidupan dengan pasangan masing-masing?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutiah Azzqa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Setelah Mia menyelesaikan shalat dhuhur, Mia berkumpul di pantry bersama teman-teman yang lainnya untuk menikmati makan siang bareng, karena Nina dan Santy hanya membeli makanannya saja yang di luar, tetapi dibungkus untuk dimakan di kantor bersama Mia.
Hari ini Mia membawa bekal makan siang dengan menu cukup sederhana hanya dengan telur dadar orak-arik dan tumis buncis tempe, sedangkan Nina dan Santy memakan nasi bungkus masakan khas Padang dengan lauk rendang, perkedel kentang, sambal ijo, dan sayur daun singkong. Mereka makan dengan lahap sambil diselingi dengan obrolan yang tak penting, kadang tertawa sampai cekikikan.
Sembari mengunyah nasi dan rendangnya, Nina bertanya kepada Mia tentang maksud pertanyaan pak Aris tadi pagi di dalam ruangan meeting,
"Tadi pagi tuh aneh ya, kenapa pak Aris tanya-tanya tentang suami Mbak Mia coba maksudnya apa?"
Santy mengangguk setuju merasa terwakilkan dengan pertanyaan Nina, "iya loh padahal yang lain tidak ada yang ditanya tentang pasangannya, kecuali Mbak Mia, kenapa mbak?" Santy menambahkan
Mia mengangkat bahunya dan menggelengkan kepalanya, sebenarnya Mia ingin cerita tentang obrolan dengan pak Aris di dalam ruangan direktur tadi, tapi ia tidak yakin kalau kedua temannya itu tidak akan heboh kalau mengetahui cerita masa SMA nya dulu antara pak Aris dan dirinya, tentang pak Aris yang pernah menjadi penggemar dan pengagum rahasianya waktu itu.
Sebenarnya Mia sendiri tidak percaya Apa mungkin pak Aris dulu pernah benar-benar menyukainya, sedangkan dirinya sendiri tidak menyadarinya sama sekali. Andai saja Mia dulu mengetahuinya mungkin ia akan menerima pak Aris sebagai teman walaupun tidak bisa sebagai pacar, karena memang ia tidak pernah pacaran.
Iya..karena prinsip hidupnya tidak ingin berpacaran seperti apa yang ibunya katakan kalau pacaran itu tidak ada manfaatnya sama sekali dan cenderung merugikan pihak perempuan, karena perempuan harus bisa menjaga kehormatan dirinya.
Sebagai anak yang patuh terhadap orang tua, Mia selalu mengingat nasihat ibunya untuk tidak pacaran apalagi masih sekolah harus fokus belajar, lagian Mia sadar diri pacaran hanya akan menyita waktunya. Makanya Mia bersikap acuh dan tidak pernah menanggapi dengan serius cowok yang menyukainya.
Walaupun sebagai manusia normal, bukan tidak pernah Mia merasakan suka atau jatuh cinta kepada laki-laki, dulu Mia pernah naksir kakak kelasnya yang menjadi ketua OSIS karena selain good looking juga pintar dan kharismatik menurutnya, tapi Mia tidak menunjukkannya kepada siapapun hanya disimpan dalam hatinya sendiri, hanya sebatas menyukai dan mengaguminya dalam diam.
Tapi anehnya kalau Pak Aris benar-benar menyukainya kenapa dia tidak mendekat langsung kepadanya dan mengatakannya sendiri kepada Mia bukan melalui surat yang dititipkan kepada orang lain, aneh memang.. masa iya nyali pak Aris seciut itu waktu SMA, padahal dia bersekolah di Harapan Bangsa yang notabene sekolah orang-orang high class. Apa mungkin dirinya yang terlalu cuek kepada orang lain sehingga membuat pak Aris tidak berani mendekatinya langsung? Entahlah Mia tidak mengerti.
"Jadi sebenarnya pak Aris itu adalah Omnya Shafa temen sekolahnya Zahra anakku, kemarin hari Minggu Zahra diajak berlibur sama keluarga Shafa ke pantai. Pulangnya malam, Zahra diantar sama pak Aris dan isterinya sampai ke rumah, mungkin karena tahu aku orang tuanya Zahra dan pagi ini tahu aku kerja di sini makanya pak Aris jadi tanya-tanya tentang suamiku." Mia menjelaskan alasan yang paling masuk akal menurutnya,
"Ooh...gitu, mbak Mia berarti sudah kenal pak Aris lama? Ucap Nina sambil mengaduk dan meminum es tehnya
Mia langsung menggeleng, "baru kemarin, dan tahu beliau Big boss kita ya baru tadi pagi" imbuhnya sambil berjalan menuju wastafel untuk mencuci tangan dan kotak makannya.
Dan Nina seperti belum puas, "Tapi nih ya mbak, kalo menurut Nina Pak Aris tuh kayak sudah kenal lama gitu sama mbak Mia"
"Iya ya Nin, aku juga ngerasa kayak gitu kelihatan dari cara pak Aris melihat dan bicara ke mbak Mia" ucap Santy setuju sependapat dengan Nina.
Membuat Mia jadi bingung menanggapinya, Mia memilih diam saja tak menjawabnya lebih memilih fokus mencuci kotak makannya sampai bersih dan kesat.
*****
Di sebuah ruangan lainnya yaitu ruangan Direksi yang lama, ruangan yang selama ini hanya digunakan sesekali oleh Antony untuk rapat koordinasi dengan jajaran yang ada di bawahnya, Aris duduk sendiri di kursi kebesarannya, di depannya di atas meja kerja terdapat laptop yang sedang menyala dibiarkan begitu saja ia masih terbayang obrolannya bersama Mia tadi di ruangan Antony saat mereka bicara berdua.
"Lagian saya sama Yuni nggak begitu dekat, tapi seingat saya dia pernah nyamperin nanya tentang pacaran, dia pernah nanya kalau saya tertarik tidak untuk pacaran?"
"Ya.. Saya jawab memang tidak pernah berniat untuk pacaran, karena memang nggak boleh dan menurut saya pacaran hanya buang-buang waktu dan merugikan perempuan"
"Tapi saya tidak pernah menerima surat apapun dari Yuni, dan Yuni tidak pernah cerita apapun tentang pak Aris ke saya"
Aris lalu memotong perkataan Mia "ya sudahlah.. itu sudah lama berlalu, aku yang salah di sini menitipkan surat penting kepada orang yang salah, bodohnya lagi saya percaya dan berharap perasaan saya ke kamu tersampaikan dan kamu bisa membalasnya. Aku sangat mengagumimu Mia, mungkin jatuh cinta pada pandangan pertama dari pertama kali aku ketemu kamu di angkot waktu itu kita kelas II SMA, saya cari tahu tentang kamu diam-diam, tapi saya tidak punya kesempatan mendekat ke kamu, mungkin sayanya juga yang pengecut"
Aris tersenyum kecut karena pengakuannya,
"dan sejak aku terima surat penolakan yang kata Yuni itu dari kamu, aku berhenti berharap ke kamu memilih lebih menyibukkan diri untuk persiapan ujian kelulusan SMA dan dalam hatiku suatu saat aku ingin bertemu lagi sama kamu, sayangnya kita ketemu lagi saat sudah tidak lagi muda dan kita masing-masing sudah punya pasangan" sesal Aris.
Mia ternganga seperti tidak percaya pada apa yang didengarnya, tatapan matanya lurus ke Aris dengan ekspresi yang kaget dan merasa bersalah,
"maafkan saya pak Aris.." sambil menunduk, "saya menyesal karena tidak tahu apapun, surat penolakan itu saya merasa tidak pernah membuatnya. Ya walaupun.. andaikan saya menerima surat-surat itu, saya juga tidak bisa membalasnya, tapi mungkin saya akan menerima pak Aris untuk jadi teman" ucap Mia sambil tersenyum.
Dan Aris ikut tersenyum, "boleh.., jadi kita berteman sekarang?" Tanya Aris kepada Mia
"Bingung jawabnya, yang pasti kita atasan dan bawahan, Boss dan anak buah memang boleh berteman..?" Ucap Mia
"Ya boleh lah.. nggak ada yang salah berteman bisa sama siapa saja, yang nggak boleh itu kalau selingkuh" seloroh Aris
Dan Mia mengangguk tersenyum manis, "kita berteman pak Aris.."
"Oke, kita berteman Mia" jawab Aris dengan senyum mengembang dan kepala yang manggut-manggut.
****
Terimakasih 🙏🙏💚💚🤗🤗