NovelToon NovelToon
Pernikahan Palsu Dadakan

Pernikahan Palsu Dadakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta setelah menikah / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Identitas Tersembunyi
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Volis

Adriella menjalani hidup penuh luka dalam balutan kemewahan yang semu. Di rumah milik mendiang ibunya, ia hanya dianggap pembantu oleh ayah tiri dan ibu tirinya. Sementara itu, adik kandungnya yang sakit menjadi satu-satunya alasan ia bertahan.

Demi menyelamatkan adiknya, Adriella butuh satu hal, warisan yang hanya bisa dicairkan jika ia menikah.

Putus asa, ia menikahi pria asing yang baru saja ia temui: Zehan, seorang pekerja konstruksi yang ternyata menyimpan rahasia besar.

"Ini pasti pernikahan paling sepi di dunia,” gumam Zehan.

Adriella menoleh pelan. “Dan paling sunyi.”


Pernikahan mereka hanyalah sandiwara. Namun waktu, luka, dan kebersamaan menumbuhkan benih cinta yang tak pernah mereka rencanakan.

Saat kebenaran terungkap dan cinta diuji, masihkah hati memilih untuk bertahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Volis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7. Kondangan

Kamar sempit itu dipenuhi cahaya pagi yang hangat, namun hati Adriella justru terasa kesal. Di depan cermin kecil yang menempel di dinding yang catnya sudah terkelupas, ia mencoba menarik gesper gaun berwarna cokelat keemasan yang dikenakan khusus untuk menghadiri pesta pernikahan kerabat Om Bastian. Gaun sederhana namun elegan itu adalah hasil jahitannya sendiri. Tapi, meski telah berdiri di atas ujung jari dan berusaha memutar tubuh ke belakang, gesper itu tetap saja tak terjangkau oleh tangannya.

“Aduh,” bisiknya, kesal. Ia menarik napas, mencoba sekali lagi, namun gagal.

Saat itulah pintu terbuka pelan. Zehan masuk, rambutnya masih basah usai mandi, mengenakan celana panjang hitam dan kemeja batik sederhana tapi rapi dengan warna yang sama dengan dress Adriella. Ya, pakaiannya ini juga di buat oleh Adriella, gaya pasangan. Adriella tidak ingin memakai pakaian yang diberikan Tante Rika. Wangi sabun dan aroma segar tubuhnya langsung memenuhi ruangan sempit itu.

Tatapan mereka bertemu. Zehan menghentikan langkahnya sejenak, terpaku melihat Adriella berdiri membelakanginya, berjuang menjangkau gesper gaun yang sedikit terbuka di bagian punggung. Kulit pucat Adriella terlihat jelas di celah kain, membuatnya sempat terdiam.

“Ada yang bisa saya bantu?” tanyanya pelan, suaranya lebih berat dari biasanya.

Adriella terkejut, buru-buru menoleh dengan pipi yang mulai memerah. “Ah... aku—ini... gespernya susah ditarik... tapi aku bisa sendiri.”

Namun Zehan sudah melangkah mendekat tanpa banyak bicara. Ia berdiri tepat di belakang Adriella, hanya beberapa inci darinya. Adriella menatap pantulan wajah tampan Zehan dari cermin dan terdiam.

Tangan besar dan hangatnya terulur, menyentuh bagian belakang gaun. Saat jari-jarinya menyentuh kulit Adriella tanpa sengaja, perempuan itu menahan napas, tubuhnya menegang seketika.

Zehan pun sempat terpaku, menyadari betapa halus dan rapuh punggung perempuan itu. “Maaf,” gumamnya pelan, namun ia tak mundur. Dengan hati-hati, ia menarik gesper tersebut, memperbaiki posisinya agar pas dan tak menyakiti.

Adriella menunduk, wajahnya kini sepenuhnya merah. Dadanya berdebar begitu kencang, seolah bisa terdengar oleh Zehan. Ia menggigit bibir, berusaha menenangkan detak jantungnya yang tak karuan.

“Kamu cantik,” suara Zehan nyaris seperti bisikan. Satu kalimat sederhana yang berhasil membuat seluruh udara dalam ruangan menghilang.

“A-apa?” Adriella menoleh cepat, tapi Zehan sudah mundur satu langkah, menyelipkan tangan ke saku celana seolah tak terjadi apa-apa.

“Sudah rapi. Kita bisa berangkat kalau kau siap,” katanya sambil tersenyum singkat, mencoba menyembunyikan rona panas di wajahnya sendiri.

Untuk beberapa detik, mereka saling diam, terjebak dalam keheningan yang janggal namun hangat. Ada sesuatu yang bergeser dalam hubungan mereka pagi itu, sesuatu yang belum bisa mereka beri nama, namun terasa nyata.

🍁🍁🍁

Langkah sepatu hak pendek Adriella terdengar ringan menuruni anak tangga. Gaun cokelat keemasan yang membalut tubuhnya tampak sederhana tapi anggun, kontras dengan sorot matanya yang sedikit gugup sejak insiden kecil tadi di kamar. Zehan menuruni tangga beberapa langkah di belakangnya. Ia tampak rapi dalam celana hitam, kemeja batik, dan jas hitam, rambutnya masih sedikit lembap bekas mandi.

Di ruang tamu, Alessia telah menunggu. Ia mengenakan dress biru pastel dan selendang tipis, berdiri sambil menatap kakaknya dengan senyum kecil.

“Kakak cantik sekali,” ucapnya pelan tulus dari hati. Alessia tahu kakaknya sudah cantik sejak kecil, apalagi sekarang Adriella menjadi semakin cantik dan memesona. Hanya saja kecantikannya itu selalu tertutupi oleh wajahnya yang sedih, lelah, dan tak terawat karena mengurusnya dan banyak hal lainnya.

Alessia berharap dengan adanya Zehan disamping kakaknya, dia bisa berubah, bisa bebas, dan bisa merawat dirinya sendiri tanpa perlu rasa khawatir padanya atau pada orang-orang itu. Apalagi dia sudah sembuh, warisan itu juga sudah ada di tangan kakaknya.

Adriella tersenyum dan menghampirinya. “Kamu juga. Jangan capek nanti, ya?” katanya sambil merapikan selendang di bahu Alessia.

Sebelum suasana menghangat, Bara tiba-tiba bersiul dari atas tangga berjalan turun. "Wah, wah… ada dua bidadari sekarang di rumah ini."

Adriella menegang, tapi tetap menjaga ekspresi tenangnya.

"Bara," tegur Rika tanpa menoleh. Ia sibuk merapikan sanggulnya di depan cermin. "Jaga sikap, kita sedang bersiap pergi."

Bara hanya tertawa kecil. “Lihat deh, adek Adri makin bersinar sejak punya suami. Tapi sayang, tetap tinggal di kamar sempit ya? Nggak diboyong ke istana suami tercinta?”

Zehan yang mendengar itu menghentikan langkahnya. Tatapannya tenang namun tajam, penuh peringatan.

“Cukup, Bara,” ujar Adriella cepat sebelum Zehan membuka mulut. Ia tidak ingin masalah jadi lebih besar.

Alessia menunduk, tak nyaman mendengar kata-kata kasar Bara. Ia menggenggam tangan Adriella erat. Alessia sangat tidak menyukai Bara yang selalu mencoba mendekati kakaknya.

Bastian muncul dari ruang dalam, memperhatikan semuanya dengan wajah gelap. “Berhenti bertingkah seperti anak kecil. Kita harus berangkat sebelum tamu lain datang lebih dulu.”

Saat mereka hendak keluar, Zehan secara alami menggenggam jemari Adriella. Sentuhan itu membuat Adriella nyaris menahan napas, tapi ia membiarkannya, mengikuti langkah Zehan menuju mobil yang terparkir di depan rumah.

Zehan membuka pintu penumpang untuk Adriella terlebih dahulu, lalu membisikkan pelan, “Hati-hati.”

Adriella mengangguk tanpa suara, wajahnya merona halus.

Sementara itu, Bara berjalan di belakang mereka dengan tangan terkepal. Tatapannya menyala penuh api saat melihat Zehan dengan santainya menggenggam tangan Adriella dan memperlakukannya dengan lembut.

"Dasar tukang bangunan kampungan," gumamnya geram. "Kenapa Adriella malah milih orang kayak dia?"

Kecemburuan Bara makin menjadi ketika melihat Zehan membukakan pintu untuk Adriella juga, memastikan gadis itu duduk dengan nyaman di kursi belakang. Zehan lalu masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin.

Mobil perlahan melaju meninggalkan rumah, membawa mereka menuju acara pernikahan keluarga. Di dalam mobil, suasana hening tapi hangat. Tangan Adriella masih terasa hangat, dan ia terus menatap keluar jendela, mencoba menenangkan detak jantungnya yang anehnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

🍁🍁🍁

Hotel bintang lima itu menjulang megah di pusat kota. Pilar-pilar tinggi menyambut para tamu, lengkap dengan karpet merah dan petugas berdasi yang ramah. Lobi dihiasi kristal gantung berkilauan, sementara aroma bunga segar dan parfum mahal bercampur menjadi satu atmosfer elegan.

Mobil yang membawa Adriella, Zehan, dan Alessia berhenti di depan pintu masuk utama. Zehan turun lebih dulu, kemudian dengan tenang membuka pintu untuk Adriella. Tangannya terulur, dan Adriella menerimanya, walau dengan hati berdegup gugup.

Alessia turun dari mobil setelah Adriella dengan senyum kecil melihat interaksi kakak dan kakak iparnya.

Mereka melangkah masuk ke ballroom tempat acara berlangsung. Lampu gantung kristal di langit-langit bersinar lembut, memantulkan kilau ke seluruh ruangan. Musik klasik mengalun samar. Di sana-sini, tamu-tamu berpakaian glamor berbincang dan tertawa.

Namun langkah mereka langsung menyita perhatian. Banyak kepala menoleh, bisik-bisik mulai terdengar.

1
Mar lina
coba orang tua Zehan
menyelidiki tentang menantunya
yg blm mendapat restu...
pasti bakal kaget...
lanjut thor ceritanya
Mar lina
emak sama anak
sama" gak tahu malu...
padahal mereka cuma numpang hidup...
yg punya kendali & peran penting adalah pemilik sah nya...
lanjut thor ceritanya
Mar lina
ya ampun bara...
semoga Pak Bastian
menendang kamu...
setelah melihat bukti...
Mar lina
semoga Bastian
murka terhadap Bara
setelah menerima buktinya...
lanjut thor ceritanya di tunggu up nya
aku sudah mampir...
dan baca sampai part ini...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!