NovelToon NovelToon
Benih Sang Cassanova 2

Benih Sang Cassanova 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Dikelilingi wanita cantik / One Night Stand / Single Mom / Hamil di luar nikah / Anak Kembar
Popularitas:71.5k
Nilai: 5
Nama Author: D'wie

Sharon tidak mengerti mengapa takdir hidupnya begitu rumit. Kekasihnya berselingkuh dengan seseorang yang sudah merenggut segalanya dari dirinya dan ibunya. Lalu ia pun harus bertemu dengan laki-laki kejam dan melewatkan malam panas dengannya. Malam panas yang akhirnya makin meluluhlantakkan kehidupannya.

"Ambil ini! Anggap ini sebagai pengganti untuk malam tadi dan jangan muncul lagi di hadapanku."

"Aku tidak membutuhkan uangmu, berengsekkk!"

Namun bagaimana bila akhirnya Sharon mengandung anak dari laki-laki yang ternyata seorang Cassanova tersebut?

Haruskah ia memberitahukannya pada laki-laki kejam tersebut atau menyembunyikannya?

Temukan jawabannya hanya di BENIH SANG CASSANOVA 2.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

Bab 9. Sinyal Tubuh dan Kabar dari Jauh

Pagi itu, Sharon terduduk di tepi ranjang sempit kontrakannya, memegangi perut yang terasa mual tanpa sebab. Sudah dua hari terakhir ia bolak-balik ke kamar mandi untuk muntah, terutama di pagi hari. Anehnya, setelah lewat siang, tubuhnya kembali normal seolah tak pernah terjadi apa-apa.

"Apa aku masuk angin?" gumam Sharon, menatap dirinya di cermin kecil di dinding. Wajahnya pucat, dan matanya sedikit sayu, tapi tak tampak benar-benar sakit.

Ia mencoba mengingat makanan terakhir yang ia santap. Tidak ada yang basi. Tidak juga terlalu pedas. Tapi entah kenapa tubuhnya menunjukkan reaksi yang tidak biasa.

"Aneh ... kenapa bisa mual tapi cuma pagi-pagi doang?" Ia mengelus perutnya sambil berpikir. "Apa ini yang disebut sebagai gejala morning sickness?"

Sharon menggeleng cepat, mencoba mengusir pikiran itu meskipun mungkin benar. Tidak, ia tak mau memikirkan kemungkinan itu dulu. Sekarang bukan saatnya panik. Ia harus fokus pada pekerjaannya sebagai asisten manajer di restoran yang baru mempercayainya mengelola urusan operasional. Dirga, sang manajer sekaligus atasannya, cukup tegas, namun profesional dan Sharon tak mau mengecewakannya.

Namun, seiring tubuhnya mulai pulih siang itu, ada hal lain yang lebih mengusik pikirannya—ibunya. Sudah lebih dari dua minggu sejak ia pergi meninggalkan Jakarta dan hingga kini belum bisa pulang menjenguk. Uangnya baru cukup untuk hidup sederhana dan membayar kontrakan bulanan. Tiket pulang belum bisa ia beli, apalagi biaya tambahan untuk perawatan ibunya.

Dengan perasaan tak tenang, Sharon meraih ponsel dan membuka pesan terakhir dari Mischa. Ia mengetik cepat.

Sharon: "Cha, kamu ada waktu nggak? Aku pengin minta tolong cek keadaan ibu."

Beberapa menit kemudian, pesan balasan masuk.

Mischa: "Kebetulan banget, Sha. Mama tadi baru pulang dari rumah Tante Maya. Katanya kondisi beliau makin baik. Udah bisa duduk lama dan sesekali jalan pelan-pelan di dalam rumah."

Sharon langsung menghembuskan napas lega. Ia hampir menangis membaca kabar itu.

Sharon: "Ya Tuhan, aku lega banget, Cha. Aku ngerasa bersalah ninggalin ibu dalam keadaan kayak gitu. Makasih ya. Bilang makasih juga sama Tante Leni."

Mischa: "Tenang, Sha. Tante Maya kuat. Lagian Mama juga jagain dia tiap hari. Lagipula, katanya Tante Maya sering tanya kabar kamu juga. Dia pikir kamu udah mulai betah kerja di luar kota."

Sharon tersenyum tipis. Meski rasa rindu menggigit hatinya, kabar bahwa ibunya baik-baik saja membuat bebannya sedikit berkurang. Ia kemudian berbaring di atas kasur tipisnya, memandangi langit-langit kamar.

"Aku harus kuat," bisiknya pelan. "Demi ibu ... dan demi diriku sendiri."

Ia menatap tangan kirinya yang bertumpu di perutnya. Walau belum tahu pasti apa yang terjadi ke depannya, Sharon tahu satu hal—hidupnya tidak lagi sama. Tapi untuk saat ini, ia memilih menjalani harinya satu per satu.

Dan untuk calon buah hatinya yang sedang tumbuh di dalam perutnya, Sharon akan memperjuangkannya. Bahkan jika itu berarti ia harus bertahan dan berjuang seorang diri.

---

Sudah dua bulan Sharon tinggal di Yogyakarta. Meski awalnya hanya ingin menjauh sementara dari hiruk-pikuk Jakarta dan luka yang menyesakkan, kini ia justru mulai merasa betah. Kota ini menawarkan ketenangan, ritme hidup yang lebih pelan, dan udara yang masih ramah di pagi hari. Rutinitas di restoran pun sudah mulai ia kuasai, dan rekan-rekan kerjanya cukup suportif.

Hari ini adalah hari kontrol kandungannya yang kedua. Sharon sudah menandai tanggalnya sejak seminggu lalu dan tak sabar mendengar perkembangan si kecil dalam rahimnya. Meski mual-mual di pagi hari sudah jarang datang, ia ingin memastikan semuanya baik-baik saja.

Setelah menyelesaikan laporan harian dan menyerahkan berkas ke Dirga, manajer restoran itu menatapnya cukup lama sebelum akhirnya bertanya, “Kamu nggak langsung pulang?”

Sharon menggeleng sambil tersenyum. “Nggak, Pak. Aku mau ke dokter, ada jadwal kontrol.”

“Sendirian?”

“Iya.”

Dirga tampak berpikir sejenak, lalu menggantungkan kunci mobil di jari telunjuknya. “Kebetulan aku juga udah selesai. Mau aku antar?”

Sharon terdiam sejenak, ragu. Tapi membayangkan harus naik ojek online di tengah sore yang mulai gerimis, tawaran itu terdengar terlalu menggoda untuk ditolak.

“Kalau Pak Dirga nggak keberatan … ya, boleh deh,” ucapnya akhirnya.

"Tenang saja. Aku tidak keberatan kok." Dirga menjawab sembari tersenyum.

Mereka berjalan bersama ke parkiran belakang restoran. Mobil hitam Dirga sudah terparkir rapi. Dirga membukakan pintu penumpang depan dengan sopan, membuat Sharon sedikit canggung—ia tak terbiasa diperlakukan begitu oleh seorang pria belakangan ini. Yah, Selin Farel tentunya. Farel memang tipe laki-laki yang sopan, lembut, dan penuh perhatian. Oleh sebab itu, ia kadang masih tak habis pikir kalau laki-laki itu sudah mengkhianatinya.

Selama perjalanan, Sharon dan Dirga lebih banyak diam. Sharon sibuk menatap keluar jendela, menikmati suasana sore Yogyakarta yang damai, sementara Dirga sesekali mencuri pandang ke arah wanita di sampingnya. Ada sesuatu yang berbeda dari Sharon hari ini. Mungkin cara dia menunduk dan memeluk tasnya erat-erat, atau caranya menahan senyum kecil ketika melihat anak kecil melambaikan tangan di pinggir jalan.

"Dokternya di daerah mana?" tanya Dirga akhirnya, memecah keheningan.

“Dekat Malioboro, Pak eh Dirga." Sharon tersenyum kecil karena masih rikuh memanggil nama atasannya tersebut. "Di klinik kecil yang katanya spesialis kandungan. Aku juga belum ke sana sih. Aku cuma dikasi tau Ane karena kakak perempuannya pernah memeriksakan kehamilannya di sana," jelas Sharon.

Dirga mengangguk pelan. “Kamu tinggal sendiri di sini?” tanya Dirga sedikit penasaran. Ia tak perlu menanyakan ke mana suami Sharon sebab itu bukan ranahnya meskipun ada sedikit rasa penasaran dalam dirinya. Terlebih saat melihat status Sharon di kartu identitas yang menyatakan kalau ia masih lajang.

Sharon mengangguk. “Iya. Sewa kamar di rumah kontrakan kecil."

“Berarti kamu ngurus semua sendiri?”

“Ya. Tapi aku senang. Jadi lebih mandiri.”

Dirga tak berkata apa-apa lagi, tapi dalam hatinya muncul kekaguman yang tak bisa dia sembunyikan. Sharon bukan hanya pekerja keras, tapi juga perempuan kuat.

Mobil pun akhirnya berhenti di depan klinik kecil yang dimaksud Sharon. Dirga menoleh.

“Aku tungguin atau kamu pulangnya naik ojek?”

Sharon hendak menolak, tapi Dirga lebih dulu bicara.

“Serius, nggak apa-apa. Aku juga belum buru-buru pulang. Anggap aja sambil lihat suasana kota sore-sore.”

Sharon tersenyum tulus kali ini. “Makasih ya, Dirga. Aku nggak tahu harus balas kebaikan kamu gimana.”

“Gampang. Besok jangan lupa makan siang bareng. Di dapur aja.”

Keduanya tertawa pelan. Lalu Sharon pun turun dari mobil, memasuki klinik dengan hati yang entah kenapa terasa lebih ringan.

Di dalam ruang tunggu, Sharon meletakkan tangan di atas perutnya yang mulai membentuk sedikit lekuk. “Kita baik-baik aja, kan?” bisiknya pelan.

Dan saat namanya dipanggil masuk ke ruang pemeriksaan, Sharon pun melangkah dengan rasa percaya diri yang tak sama seperti dua bulan lalu.

Bersambung

(Kalo komennya banyak, minimal 50'an, entar malam double up deh. 😁)

1
❤️ mamah kanay ❤️
lanjut kak d'wie....🥰🥰🥰🥰
michiko
ceritanya bagus.. semangat thor..
Noona Han
Gak enakbya thor digantung
juney_aza
kirain dikirim vidio sama eric
Catur Sk
Ayo kak update trs disini, krn aq cm baca karya kakak lho disini 🥰
D'wie author: Ditunggu besok ya, kelanjutannya. ☺️
total 1 replies
Catur Sk
Semangat kak Author, semoga dilancarkan dan dimudahkan.
Semoga ini jd awal yg baik bagi Leon bisa ketemu sm ank2nya jg sharon
Nancy Nurwezia
semangat leon, kejar bahagia mu
tomgrudo
semangat kakak author..
semoga di mudahkan dan dilancarkan ya..
padahal ceritanya bagus lho
Hafifah Hafifah
putar terus tuh vidio biar kamu bisa inget masa lalumu
Hafifah Hafifah
👍👍👍👍👍 ku rasa itu keputusan yg bagus Leon biar kamu g jadi boneka mamamu terus
Hediana Br Hutagalung
Leon waktu itu ngak percaya,tp kasih tau aja mis untk kedepanya biar sahron sama sikembar yg buat keputusan,
Hafifah Hafifah
jelas banget disini yg berambisi jadi kaya itu emaknya. pantesan ayahnya Leon lebih milih hidup sederhana dan ngelepas hartanya biar g hidup ama wanita matre kayak ibunya leon
Triiyyaazz Ajuach
semoga Leon bsa segera ingat
Triiyyaazz Ajuach
yg tegas jadi cowok donk Leon amnesia boleh tapi trs jgn diam aja dikendalikan kaya gitu klau mmg nggak nyaman ya jgn diturutin
ngatun Lestari
ayo Leon...segera temukan anak kembarmu
Triiyyaazz Ajuach
siapa tau nanti justru Eric dan Mischa yg bsa mempertemukan Leon dan Sharon
Triiyyaazz Ajuach
ternyata Meylania ksih obat penghambat utk Leon pantas aja nggak bsa ingat Sharon
ir
ayoo Leon minggat ke Yogyakarta bangun bisnis di sana jangan resto tapi nanti malah saingan sama Dion, bangun perusaan lagi di yogya, tinggalin emak lu yg egois itu, biar dia yg urus perusahaan ntar kan lama² dia di depak terus melarat 🤣🤣
Fitria Syafei
Ya Allah Kk yg sabar ya 🥺 semoga niat baik segera di kabulkan 🤲 Kk yang baik hati kereen 🥰
Sugiharti Rusli
kira" si Leon masih mengenali wajah ayah kandungnya gayah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!