NovelToon NovelToon
Nikah Ekspres Jalur Ekspedisi

Nikah Ekspres Jalur Ekspedisi

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Dijodohkan Orang Tua / Slice of Life
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Kara_Sorin

Namira, wanita karier yang mandiri dan ambisius terpaksa menjalani pernikahan paksa demi menyelamatkan nama baik dan bisnis keluarganya. Namun pria yang harus dinikahinya bukanlah sosok yang pernah ia bayangkan. Sean, seorang kurir paket sederhana dengan masa lalu yang misterius.
Pernikahan itu terpaksa dijalani, tanpa cinta, tanpa janji. Namun, dibalik kesepakatan dingin itu, perlahan-lahan tumbuh benih-benih perasaan yang tak bisa diabaikan. Dari tumpukan paket hingga rahasia masalalu yang tersembunyi. Hingga menyeret mereka pada permainan kotor orang besar. Namira dan Sean belajar arti sesungguhnya dari sebuah ikatan.
Tapi kalau dunia mulai tau kisah mereka, tekanan dan godaan muncul silih berganti. Bisakah cinta yang berbalut pernikahan paksa ini bertahan? ataukah takdir akan mengirimkan paket lain yang merubah segalanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kara_Sorin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16_Masa Lalu yang Terus Mengganggu

Langit sore menua cepat, menjatuhkan bayang-bayang panjang di koridor kantor pusat Maxzella Corporation. Aroma kopi hangat dari pantry berbaur dengan suara tumit beradu marmer. Namira berjalan cepat ke arah ruangannya, menunduk untuk menghindari beberapa pasang mata yang sejak tadi mengamati.

“Ibu Namira, seseorang sedang menunggu anda di lobi,” kata resepsionis, saat ia hampir sampai di ruangannya.

“Siapa?” tanya Namira cepat, raut wajahnya mencurigai sesuatu.

“Seorang pria... tinggi, rapi, dan tampaknya seperti dari majalah,” jawab resepsionis sambil tersenyum geli.

“Namanya Bima.”

Jantung Namira mencelos. Ia ingin menghindar. Ingin menolak. Tapi sebelum mulutnya sempat memberi perintah, sosok itu sudah muncul dari balik sekat kayu ruangan.

“Namira,” suara itu memanggil, tenang namun jelas. Seperti dulu.

“Bima.” Namira berdiri mematung.

Karyawan di sekitar mereka mulai berbisik. Matanya bisa menangkap lirikan penasaran, senyum-senyum menggoda, dan gumaman kecil yang segera menjelma menjadi gosip dalam waktu singkat.

“Aku hanya ingin mengajakmu makan malam. Tidak lebih,” ucap Bima, nada suaranya seperti seseorang yang tidak terbiasa ditolak.

Namira menarik napas.

“Terima kasih, tapi aku sibuk.”

“Kamu masih sama seperti dulu selalu menolak dulu sebelum bertanya kenapa aku datang,” Bima tertawa kecil.

“dan kamu juga masih sama,” balas Namira.

“Datang tanpa aba-aba dan mengganggu ritme orang lain.”

Beberapa karyawan menahan tawa kecil.

Bima tersenyum tipis.

“Oke. Kalau kamu berubah pikiran, kamu tahu aku bisa menunggu.”

Ia berbalik pergi, meninggalkan jejak kata-kata dan tatapan yang menggantung di ruangan.

Namira pulang ke apartemen dengan langkah berat. Wajahnya terlihat tenang, tetapi pikirannya masih dipenuhi pertanyaan yang belum ia jawab terutama tentang dirinya sendiri. Ia tidak tahu bahwa sore tadi, seseorang lain juga sedang menyusun kembali hatinya yang sedikit goyah.

Di sisi lain kota, Sean sedang duduk di atas motor tuanya yang terparkir di basement gedung perkantoran. Sambil membuka pesan dari temannya yang bernama Anton. Teman yang sama-sama berprofesi sebagai kurir, tanpa sengaja mendengar obrolan karyawan saat mengantar paket ke lantai 7 Maxzella Tower.

“Eh, kamu tau ga? Tadi mantannya Bu Namira datang ke kantor. Si ganteng CEO itu. Gila sih auranya... kayak penguasa.”

Sean hanya membaca pesan itu sekilas. Lalu menutup ponsel dan menatap kosong ke depan. Ia tidak membalas.

Malam itu, saat Namira pulang, Sean seperti biasa membukakan pintu. Senyumnya ada. Sapaan ramah tetap diberikan. Tapi ada sesuatu dalam matanya yang berubah lebih sunyi, lebih gelap.

“Kamu makan malam di luar?” tanya Sean ringan.

Namira menggeleng.

“Aku kenyang. Tadi ada acara kecil di kantor.”

“Oh,” Sean hanya menjawab begitu, lalu kembali menutup pintu.

Namira sempat menatap punggung Sean beberapa detik. Ada sesuatu yang terasa... lain. Tapi ia terlalu lelah untuk bertanya lebih jauh.

Sean duduk di balkon. Matanya menatap langit malam yang mulai berawan. Di hadapannya, secangkir teh dingin karena sudah terlalu lama dibiarkan. Tangan kirinya memegang buku sketsa, tapi ia bahkan tidak menggambar apa-apa. Kepalanya penuh.

Bayangan Bima yang datang ke kantor Namira. Wajah-wajah karyawan yang dengan mudah mempercayai bahwa Bima lebih pantas mendampingi Namira. Bisik-bisik yang menyebar lebih cepat dari angin dan Namira... tidak mengatakan apa-apa.

Ia masih menunggu Namira untuk jujur. Tapi semakin lama, diam itu terasa seperti jurang. Sean mulai bertanya: Apakah diamnya adalah pilihan? Atau pertanda?

***

Pagi berikutnya, suasana di apartemen seperti biasa. Tapi tidak bagi Sean.

“Nam-Nam,” panggil Sean sambil meletakkan roti panggang di meja makan.

“Kamu hari ini ada rapat pagi?”

“Iya,” jawab Namira singkat, tidak menatapnya.

“Tapi bukan yang berat.”

Sean mengangguk.

“Kalau malam kamu ingin makan sup, aku bisa masak.”

Namira tersenyum, kali ini tulus.

“Baik. Terima kasih, Sean.”

“Namira...” suara Sean terdengar pelan, nyaris seperti gumaman.

“Kalau seseorang dari masa lalu datang, kamu akan mengatakannya pada orang yang kamu jalani hari ini?”

Namira menoleh, sedikit terkejut.

“Maksudmu?”

Sean menatapnya, lalu memalingkan mata lagi.

“Tidak apa-apa. Hanya pertanyaan iseng.”

Namira menatap Sean lebih lama dari biasanya. Tapi ia tidak mengatakan apa pun. Hatinya masih bingung, dan ia takut jawaban apapun yang ia beri akan membuat semuanya lebih rumit.

***

Hari-hari berikutnya berjalan dalam keheningan yang aneh. Mereka masih hidup bersama, masih saling menyapa, masih berbagi ruang. Tapi hati mereka berjalan di dua sisi berbeda. Sean mencoba tetap tenang, tapi pikirannya mulai dipenuhi imajinasi yang tidak ingin ia percaya. Tentang Namira yang kembali dengan Bima. Tentang dirinya yang hanya pelengkap dalam sebuah pernikahan kontrak. Tiap malam ia menggambar, tapi tak satu pun sketsa selesai karena bukan tangannya yang tremor, tapi jiwanya.

Sementara itu, Namira terus menerima pesan dari Bima.

Aku tahu kamu masih menyisakan ruang untukku.

Ayahmu bicara padaku. Dia setuju kita bertemu lagi.

Aku bukan datang untuk merusak. Aku datang untuk mengingatkan.

Semua pesan itu dibacanya. Tapi tidak pernah ia balas.

Namira bingung. Pada siapa ia harus percaya? Pada masa lalu yang pernah membuatnya nyaman, atau pada masa kini yang perlahan mengajarinya mengenal rasa dari sisi yang lain? dan ia tahu... Sean mulai menjauh. Tapi bukan karena marah. Melainkan karena Sean takut merusak sesuatu yang bahkan belum punya bentuk jelas.

***

Malam itu, Namira berdiri di balik tirai balkon. Ia melihat Sean duduk sendirian lagi. Sketsa di tangannya kosong. Wajahnya seperti pria yang berusaha tetap tegar meski hatinya sedang berkecamuk. Namira melangkah pelan keluar.

“Kamu tidak tidur?” tanyanya.

Sean menoleh.

“Belum. Kamu juga?”

Namira duduk di kursi di sampingnya.

“Aku sedang berpikir.”

“Bima?” tanya Sean, tanpa menyebutkan siapa pun sebelumnya.

Namira terdiam.

“Dari mana kamu tahu?”

“Ada teman sesama kurir yang dengar dari karyawan kantormu.”

Namira menunduk.

“Aku ingin bilang. Tapi aku bingung.”

“Bingung kenapa?” Sean menatapnya langsung.

“Apa karena kamu belum yakin perasaanmu padanya hilang?”

“Bukan itu,” suara Namira pelan.

“Tapi karena aku belum bisa menjelaskan perasaanku sekarang. Pada siapa pun.”

Sean menatap jauh ke kota yang bermandikan cahaya.

“Aku hanya ingin kamu tahu satu hal,” kata Sean akhirnya.

“Aku mungkin tidak bisa menawarkan harta, atau posisi, atau pengaruh. Tapi aku tidak akan pernah memaksa kamu memilihku.”

Namira menggigit bibirnya, menahan emosi yang mendesak.

“Sean... kenapa kamu selalu terlihat tenang?”

Sean tertawa pendek.

“Siapa bilang aku tenang? Aku hanya tidak terbiasa menunjukkan kalau aku merasa kalah.”

“Kalah karena apa?”

“Kalah karena diam.”

Di saat itu, keduanya diam dalam makna yang berbeda.

***

Beberapa jam kemudian, saat malam nyaris habis, Namira membuka kembali pesan dari Bima. Kali ini ada satu pesan baru yang membuat jantungnya mencelos:

Aku akan menemui mamamu. Kami punya rencana yang mungkin akan membuatmu berpikir ulang tentang kontrak aneh itu.

Namira tertegun. Ia tahu... badai baru akan datang. Ia harus memilih: bertahan dalam perasaan yang belum ia pahami, atau kembali ke masa lalu yang nyaris membunuh dirinya perlahan.

1
Author Sylvia
pengen ku gempar deh pipi si bima ini, bisanya jelek jelekin si Sean.
NurAzizah504
jgn takut melawan kebenaran /Good/
NurAzizah504
/Determined//Determined//Determined/
NurAzizah504
semoga kalian baik2 saja
Kara: aamiin 🤲🤣
total 1 replies
NurAzizah504
keliatan bgt sean benar2 yakin kali ini
Kara: harus yakin 😁
total 1 replies
NurAzizah504
eh eh eh
NurAzizah504
akhirnya /Sob/
NurAzizah504
bakalan menggemparkan bgt ini
NurAzizah504
mantap. kalo disebar, pasti bakalan cepat viral
Kara: memanfaatkan opini publik 😂 sebagai senjata
total 1 replies
NurAzizah504
awas kalo ninggalin nam nam lagi
NurAzizah504
syukurlah sean udh sadar /Sob/
NurAzizah504
meleleh aku, makkk
NurAzizah504
sen-sen mu itu lohhh
Author Sylvia
yang sabar ya sean, Namira itu banyak banget yang harus dipikirin.
kl kmu sayang ke Namira, kamu harus ekstra sabar dalam menyikapi Namira.
Author Sylvia
capek banget jadi Namira, keluarganya nggak ada yang peduli sama beban yang ada di pundaknya.
Riddle Girl
ceritanya keren, dari pembawaan, dan alur, bikin pembaca ikut merasakan suasana dalam cerita.
Kara: waah terimakasih sudah mampir dan mendukung ☺
total 1 replies
Riddle Girl
aku kasih bintang 5 ya, Thor. semangat nulisnya/Smile//Heart/
Kara: siap 👌
total 1 replies
Riddle Girl
mawar mendarat, Thor. ceritanya bagus/Smile/
Kara: terimakasih sekali dukungannya❤
total 1 replies
Riddle Girl
waahhh Namira yang biasanya tidak peduli kok bisa penasaran?/Grin//Chuckle/
Riddle Girl
mulut Namira sarkas juga yaa/Sob//Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!