Arumi Larasati 24th, wanita cantik terlahir dari keluar sederhana, terpaksa menikah dengan Dion Erlangga 26th seorang pengusaha muda yang sangat sukses.
Mereka menikah karena perjodohan para kakek mereka, baik Arumi mau pun Dion tidak bisa menolak perjodohan tersebut.
Sikap Dion yang dingin dan acuh, bukan lah masalah untuk Arumi, Arumi tetap melayani suaminya itu dengan sepenuh hati, walau yang diperhatikan acuh tidak acuh kepadanya.
Hingga suatu hari Arumi mengetahui fakta, bahwa sikap dingin Dion itu hanya berlaku untuk dirinya, tidak untuk para sahabatnya.
Kini Arumi sadar, bahwa sang suami belum bisa menerima pernikahan mereka, dari pada menahan sakit lebih banyak lagi, Arumi memilih menyerah dalam pernikahannya.
Dan apakah Dion bisa menerima itu...?
Yukkk... kepoin cerita selanjutnya... ☺
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
"Kalian tidur sama nenek dan kakek ya." ajak nyonya Lia kepada ke dua cucu kembarnya itu.
"Tapi nek, kami mau tidur sama mommy dan daddy." sahut Alexa.
"Kalian nggak sayang sama nenek? " tanya nyonya Lia di buat sesedih mungkin.
"Kami sayang nenek kok." sahut Alexa buru buru karena tidak enak hati membuat sang nenek menjadi sedih.
"Klau sayan, kalian nginap di kamar nenek malam ini ya ya ya... " ujar nyonya Lia membujuk ke dua cucunya, dia tau anak sulungnya pasti masih rindu dengan sang istri, dari tadi Arumi berada di mana, Dion pasti akan menempel kepada menantunya itu.
"Baiklah, kami akan tidur sama nenek, tapi besok malam kami tidur sama mommy dan daddy ya, soalnya kami juga ingin tidur bersama mereka." sahut Axel.
"Ok, sekarang ayo ke kamar nenek." ajak nyonya Lia dengan semangat.
Sementara Dion lansung bersorak dalam hati, mamanya sangat pengertian, tau aja apa yang dia mau.
"Ceria amat tuh muka, mau lanjut penanaman bibit ya." sindir tuan Aditya, beruntungnya Arumi tidak ada di sana, karena sudah masuk ke dalam kamar, untuk bersih bersih badan.
"Papa tau aja." kekeh Dion.
"Cih... Yang baru buka puasa, lansung tancap gas, nggak mau kasih jeda, kasian tuh sama kakak ipar." cibir Doni.
"Loe tau apa, makanya nikah." ejek Dion.
"Jodoh gue udah loe ambil bang, sekali hati gue bergetar, sama bocil. Mana tuh bocil susah banget lagi di deketin." keluh Doni.
Tukkk...
Dion melempar bantal sofa ke muka Doni, beruntungnya Doni bisa menghindar dari lemparan sang abang.
"Sialan loe, dari dulu Arumi sudah di jodohin sama gue." kesal Dion.
"Tapi kan gue yang suka duluan sama dia." sahut Doni yang tidak mau mengalah.
"Nggak ya, gue yang udah jatuh cinta duluan sama istri gue, saat pertama kali dia di ajak kakek main ke sini, gue udah suka sama dia." kesal Dion.
"Lah, waktu Arumi masih piyik lu udah suka bang, dia baru mau masuk SMP waktu itu di tawarin sekolah di sini, tapi nggak mau? " kaget Doni.
"Mmm..." Angguk.
"Gila sih kata gue, udah cinta segitu lamanya sama gadis ingusan, trus udah dapat di sia sia in, di tinggal pergi, loe hampir gila di buatnya." kekeh Doni.
"Diam loe." kesal Dion memilih pergi dari pada kembali ribut sama adiknya itu.
"Saran gue, cepat cepat dapatin cewek loe, itu klau dia mau juga sama om om kaya loe." kini balas Dion yang meledek Doni.
"Sialan loe bang, pasti mau lah sama gue, secara gue ganteng, duit gue banyak." narsis Doni.
"Yakin dia mau sama loe, buktinya sampai sekarang ceweknya juga nggak bisa lu taklukan." ejek Dion.
"Rese loe bang, udah masuk kamar sana, bikin anak yang banyak, dari pada di sini bikin kesal." usir Doni.
"Nggak usah loe suruh, pasti gue bikin lah." sahut Dion benar benar meninggalkan adik dan papanya di ruang keluarga itu.
"Emang nggak ada lagi cewek di dunia ini Don, sampai sampai kamu kepincut sama anak ingusan." ujar sang papa.
"Cewek mah banyak pa, tapi yang benar benar tulus itu nggak ada, semuanya cinta hanya karna harta, dan wajah tampan ku saja." sahut Doni memang sudah beberapa kali berpacaran, semua hanya mau harta dan tahta saja, Doni muak sama wanita seperti itu, hingga dia memilih menjomblo, sampai suatu hari di pertemukan dengan seorang anak SMA yang membuat hatinya kembali bergetar.
"Kok bisa kamu kepincut gitu sama dia." tanya tuan Aditya yang masih penasaran.
"Dia itu tetangga sahabat ku pa, waktu itu aku main kerumah temanku, aku melihat gadis cantik yang sederhana itu membantu orang tuanya berjualan gado gado di depan rumahnya, nggak tau kenapa melihat senyum manisnya membuat jantungku berdetak sangat kencang, bahkan setiap malam aku nggak bisa tidur membayangkan dia." curhat Doni.
"Kenapa nggak mencoba mendekatinya? " tanya Tuan Aditya.
"Sudah, tapi dia selalu jaga jarak dari ku, bahkan setiap bertemu dengan ku dia selalu menghindar." keluh Doni.
"Semangat berjuang boy, semoga kamu bisa mendapatkan hatinya." tuan Aditya menepuk bahu Doni tanda memberi semangat.
"Papa nggak melarang aku mendekati anak kecil?" kaget Doni.
"Nggak, buat apa, yang menjalani pernikahan itu kamu, baik buruknya juga kamu yang akan menerimanya, hanya satu pinta papa, jangan terulang lagi drama seperti abang mu itu, jangan mempermainkan hati wanita, hargai dia, apa lagi kamu mempunyai adik perempuan, klau adik mu di perlakukan tidak baik sama laki laki gimana? sakit pastinya kan, begitu juga dengan wanita lain, keluarganya pasti juga sakit hati." nasehat tuan Aditya kepada sang putra.
"Iya pa, aku nggak akan mempermainkan wanita, sebelum aku yakin dengan gadis ini, aku sudah berfikir matang, apa iya aku jatuh cinta sama dia, atau hanya kagum saja, ternyata aku benar benar mencintainya." sahut Doni membayangkan wajah cantik pujaan hatinya itu.
"Semangat berjuang boy, peper terus jangan sampai keduluan laki laki lain." ujar tuan Aditya memberi semangat.
"Nggak akan ku biarkan laki laki lain mendekatinya." gerutu Doni kesal.
"Ya sudah, sana istirahat, ingat besok ada meeting penting." ujar tuan Aditya yang beranjak dari duduknya.
"Sip pa." Doni pun ikut meninggalkan ruang tamu itu dan naik ke lantai atas ke kamarnya.
Sementara di dalam kamar yang berbeda, Dion menatap sang istri tanpa kedip.
"Kamu cantik banget sih, sayang." puji Dion mendekati sang istri yang melakukan perawatan badan.
"Mas bisa aja." kekeh Arumi yang masih fokus memakai hand body di tangannya.
Dion memeluk tubuh sang istri yang berbalut kain satin berwarna hitam yang sangan kontras dengan kulitnya.
Cup...
Dion melabuhkan satu kecupan di puncak kepala istri cantiknya itu.
"Anak anak mana mas? " tanya Arumi menatap sang suami yang matanya mulai sayu menatap ke arahnya, Arumi tentu saja tau arti tatapan itu.
"Anak anak tidur bareng mama dan papa." sahut Dion dengan suara serak menahan sesuatu.
Arumi mengangguk tanda mengerti.
"Sayang." panggil Dion dengan suara seraknya.
Arumi hanya diam saja, karena tangan sang suami mulai berkelana kemana mana, dan tanpa aba aba Dion lansung menggendong Arumi menuju tempat tidur mereka, setelah sang istri di rasa nyaman di atas kasur, Dion mematikan lampu kamarnya, dan setelah itu, silahkan berhayal ya teman teman, mamak takut ke bablasan ceritanya😁
Di kamar yang berbeda Doni sedang memandang foto gadis yang ada di ponselnya, foto yang diam diam dia ambil saat gadis itu melayani pembeli di gerobak orang tuannya.
"Harus bagaimana aku mendekati kamu, cantik." gumam Doni mengelus lembut pipi gadis itu.
Bersambung....
Haii... Jangan lupa like komen dan vote ya... 😘😘😘
lanjut thorr👍👍🙏
bisa bisanya nyuruh arumi cerai,apa hak dia nyuruh org cerai
mana bilangnya arumi cuma ibu rumah tangga ternyata pemilik perusahaan AL GrOup ....
bapak wulan kerja dsitu oalah wulan salah pilih lawan dirimu....