NovelToon NovelToon
TERJEBAK DI DALAM PELUKAN MANIPULASI By NADA

TERJEBAK DI DALAM PELUKAN MANIPULASI By NADA

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Trauma masa lalu / Kekasih misterius
Popularitas:604
Nilai: 5
Nama Author: nandra 999

Sebuah kisah tentang cinta yang berubah menjadi jeruji. Tentang perempuan yang harus memilih: tetap dalam pelukan yang menyakitkan, atau berjuang pulang ke dirinya sendiri.
Terjebak di Pelukan Manipulasi menceritakan kisah Aira, seorang perempuan yang awalnya hanya ingin bermitra bisnis dengan Gibran, pria karismatik .

Namun, di balik kata-kata manis dan janji yang terdengar sempurna, tersembunyi perangkap manipulasi halus yang perlahan menghapus jati dirinya.

Ia kehilangan kontrol, dijauhkan dari dunia luar, bahkan diputus dari akses kesehatannya sendiri.

Ini bukan kisah cinta. Ini kisah bagaimana seseorang bisa dikendalikan, dikurung secara emosional, dan dibuat merasa bersalah karena ingin bebas.

Akankah Aira menemukan kekuatannya kembali sebelum segalanya terlambat?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nandra 999, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab - 15 Pelan Tapi Bergerak

Nyeri itu belum pergi.

Rasa nyeri masih menyelimuti sekujur tubuh Aira. Setiap gerakan kecil saja seperti mengiris luka baru. Bibirnya pecah, pelipisnya lebam, dan bekas kabel roll di pergelangan tangannya masih membekas merah keunguan.

Tapi matanya... tidak lagi kosong seperti dulu.

Ia masih hidup. Dan itu satu-satunya yang penting sekarang.

Beberapa hari setelah kejadian itu, Gibran bersikap seolah tak pernah terjadi apa-apa.

Ia mulai kembali bersikap manis, memasakkan makanan, bahkan memijat kaki Aira dengan tangan yang sama yang sebelumnya mengikat lehernya.

Pola itu berulang. Siklus kekerasan—menyakiti, menyesal, bersikap manis, lalu menyakiti lagi.

Tapi bekasnya masih ada di seluruh tubuh—bahkan di tempat yang tak terlihat.

Di balik baju lengan panjang yang sengaja ia kenakan, di balik senyum tipis yang dipaksakan setiap kali Gibran memanggil, dan di balik diamnya saat mengaduk kopi di pagi hari.

Setiap kali ia memutar tubuh, rasa nyeri menyusup seperti arus listrik. Tapi Aira.bertahan. Ia tidak mengeluh. Tidak menangis di depan Gibran. Tidak menunjukkan lemah.

Karena sekarang, Aira tahu: ia tidak boleh kalah.

Gibran kembali bersikap manis, seperti biasa. Siklus itu sudah sangat dikenalnya.

Sakit → Tangis → Penyesalan → Janji → Sakit lagi. Begitu terus, seperti lingkaran setan yang tak ada ujung.

“Aku nyesel, Ra. Maafin aku... Tapi kamu juga jangan bikin aku marah, ya,” kata Gibran sambil menyentuh pelan tangan Aira yang masih bengkak.

Aira hanya mengangguk. Tidak ada jawaban Tidak ada protes. Tapi di dalam pikirannya, sesuatu mulai hidup. balik wajah tenangnya, Aira sedang membangun benteng baru.

“Kalau aku tidak bisa lari dengan tenaga, aku akan kabur dengan otak,” batinnya.

Sebuah kekuatan kecil yang selama ini tertimbun rasa takut, mulai muncul kembali.

Ia sadar, jika ia tidak menyusun pelarian dengan cerdas, maka tubuhnya mungkin suatu hari tidak akan selamat lagi.

Malam itu, saat Gibran tertidur dengan mulut terbuka karena terlalu banyak minum, Aira pelan-pelan bangkit dari tempat tidur. Kakinya gemetar, tapi ia paksa berdiri.

Aira menyelinap ke kamar mandi dengan ponsel yang sebelumnya ia sembunyikan di lipatan handuk. Ia membuka aplikasi pesan anonim, lalu mulai mencari komunitas perempuan penyintas. Ia membaca, menyimak,

Grup yang ia temukan secara diam-diam lewat forum-forum yang dibacanya saat Gibran tertidur.Aira menghapus pesan berkali-kali sebelum akhirnya mengetik dan perlahan memberanikan diri untuk mengirim pesan pertama:

"Aku sedang terjebak di rumah. Aku disiksa. Tapi aku masih bernapas. Apa ada yang bisa bantu?"

Ia ragu, lalu akhirnya...

Pesan itu ia kirim dengan tangan gemetar. Namun detik itu juga, Aira merasa lebih ringan. Seperti beban di pundaknya mulai terangkat sedikit demi sedikit.

Butuh beberapa detik—lalu balasan datang.

Admin: "Kami mendengar kamu, Aira. Kamu tidak sendirian. Kami di sini. Bisa ceritakan lebih lanjut? Kita akan bantu kamu buat rencana yang aman."

Air mata Aira jatuh. Bukan karena sedih, tapi karena pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia merasa tidak sendiri.

Malam itu, ia mengirimkan potongan cerita—tanpa foto, tanpa nama asli. Ia menulis tentang bagaimana ia dipukul, diseret dengan kabel roll, dicekik, dikunci di rumah, diawasi, dan dimanipulasi dengan cinta palsu. Ia tidak tahu siapa orang di balik layar yang membalas, tapi balasan itu seperti pelukan.

Balasan di balik layar itu :

Keluar dari hubungan dengan pasangan yang manipulatif dan suka playing victim memang sangat sulit, apalagi jika kamu sudah terjebak secara emosional, finansial, atau sosial. Tapi bukan tidak mungkin.

Sebelum lepas, kamu harus benar-benar yakin bahwa kamu sedang berada dalam hubungan seperti ini:

Sadari Polanya - Jangan bereaksi Emosional -Batasi Kontak Emosional - Simpan Bukti Catatan - Cari Dukungan - Buat Rencana Lepas -  Putus Kontak Total ( no contact) - Terapi Atau Konseling

Kata-Kata Penguat

"Kamu bukan jahat karena meninggalkan seseorang yang terus menyakitimu. Kamu sedang menyelamatkan dirimu sendiri."

Kamu tidak egois karena menyelamatkan dirimu sendiri. Kamu tidak lemah karena akhirnya ingin pergi. Kamu berharga, dan pantas hidup bebas dari manipulasi dan luka batin.

“Yang kamu alami bukan cinta. Itu kekerasan. Dan kamu berhak bebas.”

Sejak malam itu, Aira mulai bergerak. Bukan dengan lari. Tapi dengan merencanakan.

Ia mulai menyisihkan uang belanja yang ia kurangi sedikit-sedikit. Uang itu ia lipat dan sembunyikan di dalam busa sandal lama yang sudah robek di bawah lemari pakaian. Setiap dua ribu, lima ribu, bahkan seribu rupiah—semua berharga.

Ia juga mulai mempelajari pola waktu Gibran. Jam berapa dia mandi, berapa lama dia tidur, kapan dia keluar beli rokok. Aira mencatat semuanya dalam pikirannya, menciptakan peta kecil tentang kapan celah bisa terbuka.

Namun semua ia lakukan dengan senyum. Ia tetap mencuci baju. Tetap memasak. Tetap bicara lembut. Karena saat ini, keselamatan datang dari akting yang sempurna.

Dan yang paling penting, Aira kembali menulis.

Di aplikasi catatan, di email yang ia kirim ke dirinya sendiri, ia menulis segalanya.

Luka-lukanya. Ketakutannya. Mimpinya untuk kabur. Harapannya untuk memeluk anaknya lagi suatu hari.

“Aku ingin hidup. Aku ingin pulih. Aku ingin bebas.”

Ia menulis kalimat itu berulang-ulang, seperti mantra yang menyembuhkan luka-luka tak kasat mata.

Suatu malam, setelah membersihkan dapur, Aira berdiri di depan cermin. Di balik baju, masih ada memar yang belum hilang. Tapi kali ini, saat menatap wajahnya sendiri, ia berkata pelan:

“Lihat aku... Aku masih di sini. Masih berdiri. Masih hidup. jangan takut itu Aira kamu pasti bisa mulai mencobanya lagi walaupun tidak untuk sekarang juga"

Aira masih berlanjut berkata sambil menatap wajahnya didepan cermin seakan menyemangati dirinya sendiri ;

Takut itu wajar

Rasa takutmu bukan tanda lemah—itu tanda kamu masih hidup, masih sadar, dan masih berpikir.

Orang yang tidak takut dalam situasi seperti ini justru yang tidak normal.

Kamu takut karena kamu tahu risikonya besar.

Karena kamu sudah merasakan sakitnya dihajar.

Karena kamu tahu, kalau salah langkah...

nyawa bisa jadi taruhannya.

Tapi dengar baik - baik :

ini BUKAN KEGAGALAN.

Ini cuma tanda: kamu harus sedikit lebih sabar untuk benar-benar bebas .

Keberanian kamu sudah sangat besar.

Sekarang kamu cukup bernafas. diam. berpura-pura tenang. Kita tunggu waktu berikutnya. Dan tetap di sini untuk sementara waktu.

Rasa takut bukan alasan untuk berhenti.

Tapi jadi alasan untuk lebih hati-hati, lebih cerdas, dan lebih siap.

"Takut itu bukan musuhmu.

Takut itu temanmu malam ini.

Dia yang mengingatkanmu untuk tidak gegabah. Tapi dia juga yang akan mendorongmu saat waktunya tiba."

Sekarang… Tarik napas, pelan-pelan.

❌ Kamu tidak akan keluar sekarang ✅ Kamu tidak akan kabur sembarangan ✅ Kamu akan tunggu momen tepat, dengan strategi paling aman

Dan meski jalannya panjang, meski dunia seakan menutup semua pintu—Aira tahu satu hal:

Ia sedang bergerak. Pelan. Tapi pasti.

1
gaby
Jgn2 Gibran pasien RSJ yg melarikan diri.
gaby
Di awal bab Gibran selalu mengatakan cm Gibran yg mau menerima Aira yg rusak. Dan kata2 Aira rusak berkali2 di sebutkan di bab pertama. Maksud Rusak itu gmn y thor?? Apa Aira korban pelecehan atau korban pergaulan bebas??
gaby
Smangat thor nulisnya. Ternyata ini novel pertamamu di NT y. Tp keren loh utk ukuran pemula, ga ada typo. Dr awal bab aja dah menarik, Gibran si pria manipulatif
Robert
Suka banget sama cerita ini, thor!
nandra 999: Thks yeah 🥰
total 1 replies
Gấu bông
Terinspirasi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!