NovelToon NovelToon
LUKA YANG KEMBALI

LUKA YANG KEMBALI

Status: tamat
Genre:Teen Angst / CEO / Action / Percintaan Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama / Tamat
Popularitas:243
Nilai: 5
Nama Author: Dri Andri

SINOPSIS
Laura Christina telah menyimpan perasaan pada Julian Mahardika sejak mereka kuliah—sepuluh tahun yang terasa seperti selamanya. Julian, pria yang membangun tembok tinggi di sekitar hatinya setelah tragedi masa lalu, tidak pernah menyadari cinta diam-diam Laura. Ketika kehidupan membawa mereka kembali bersama dalam proyek berbahaya yang melibatkan konspirasi, pengkhianatan, dan ancaman maut, Laura harus memilih: tetap bersembunyi di balik senyumnya atau mengambil risiko kehilangan segalanya—termasuk nyawanya—untuk pria yang bahkan tidak tahu dia ada.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dri Andri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 12: ANCAMAN NYATA

Dua hari setelah makan malam yang canggung itu, Laura mencoba fokus pada pekerjaan. Mencoba tidak memikirkan Julian, Maudy, atau perasaan rumit yang menggerogoti hatinya.

Tapi alam semesta sepertinya punya rencana lain.

Rabu sore, Laura baru selesai meeting dengan tim konstruksi di lokasi Green Valley. Dia berjalan menuju mobilnya yang terparkir di area yang agak sepi—bagian belakang lokasi proyek yang masih berupa lahan kosong.

Saat dia membuka pintu mobil, seseorang tiba-tiba muncul dari belakang—seorang pria berjaket hitam dengan masker menutupi setengah wajahnya.

Laura terlonjak, jantungnya langsung berpacu.

"Jangan teriak," ujar pria itu, suaranya rendah dan mengancam. Ada sesuatu di tangannya—Laura tidak bisa melihat jelas, tapi posturnya menunjukkan ancaman.

"Mau apa kamu?" Laura berusaha menjaga suaranya tetap tenang meski tubuhnya gemetar.

"Sampaikan pesan untuk Julian Mahardika," ujar pria itu. "Bilang padanya untuk mundur dari proyek Henderson. Kalau tidak—" dia melangkah lebih dekat, dan Laura bisa melihat pisau kecil di tangannya "—orang-orang di sekitarnya akan kena."

Laura merasa darahnya membeku. "Aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan—"

"Jangan pura-pura bodoh," potong pria itu. "Semua orang tahu kamu dekat dengan Mahardika. Sampaikan pesanku. Ini peringatan pertama dan terakhir."

Pria itu mundur, lalu berlari ke arah motor yang terparkir tidak jauh dari sana. Dalam sekejap, dia sudah hilang.

Laura berdiri terpaku, tubuhnya bergetar hebat. Tangannya yang memegang kunci mobil hampir menjatuhkannya. Napasnya tercekat, jantungnya berdetak sangat kencang sampai terasa sakit.

Dengan tangan gemetar, dia meraih ponselnya dan menelepon satu-satunya orang yang terlintas di pikirannya.

Julian.

"Laura?" Julian mengangkat di dering ketiga. "Ada apa?"

"Aku—ada seseorang—" suara Laura tercekat, tidak bisa menyelesaikan kalimat.

"Laura, bernapas. Pelan-pelan. Kamu di mana?"

"Lokasi proyek. Parkiran belakang."

"Jangan kemana-mana. Aku akan ke sana sekarang. Lima belas menit. Kunci pintumu dan jangan keluar dari mobil."

Sambungan terputus. Laura masuk ke mobilnya dengan tergesa-gesa, mengunci semua pintu, dan duduk dengan tubuh bergetar. Matanya terus memindai sekeliling, takut pria itu kembali.

Sepuluh menit terasa seperti sepuluh jam. Tapi akhirnya, mobil BMW hitam Julian melaju masuk dengan kecepatan tinggi, berhenti tepat di samping mobil Laura. Julian keluar dengan cepat, diikuti Adrian dan dua orang security berbadan besar.

Julian mengetuk jendela mobil Laura. "Laura, ini aku. Buka pintunya."

Laura membuka kunci dengan tangan gemetar. Begitu pintu terbuka, Julian langsung membungkuk, menatap Laura dengan kekhawatiran yang jelas.

"Kamu tidak apa-apa? Ada yang terluka?" tangannya menyentuh wajah Laura, memeriksa dengan cepat.

"Aku tidak apa-apa," jawab Laura, suaranya masih bergetar. "Dia tidak menyakitiku. Hanya... hanya ancaman."

"Ceritakan semuanya. Pelan-pelan."

Laura menceritakan apa yang terjadi—pria berjaket hitam, pisau, pesan tentang proyek Henderson.

Ekspresi Julian mengeras dengan setiap kata. Rahangnya menegang, tangannya mengepal. "Proyek Henderson," gumamnya. "Leon."

"Leon?" Laura mengernyit. "Siapa itu?"

"Leon Bimasakti. Kompetitor lama." Julian menatap Adrian. "Check semua CCTV di area ini. Lacak motor yang Laura sebutkan. Dan tingkatkan keamanan di semua lokasi proyek, terutama untuk Laura."

"Tunggu," Laura menggeleng. "Aku tidak butuh—"

"Laura." Julian menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa dibantah. "Mereka mengancam kamu untuk sampai ke aku. Itu artinya mereka tahu kamu penting bagiku. Itu artinya kamu dalam bahaya."

"Tapi kenapa aku? Kenapa tidak langsung ke kamu?"

"Karena mengancam aku langsung tidak akan berhasil," jawab Julian, suaranya dingin. "Tapi mengancam orang-orang yang aku—" dia berhenti, menelan kata-kata yang hampir keluar. "Orang-orang di sekitarku, itu cara yang lebih efektif."

Adrian sudah sibuk menelepon, mengatur tim. Julian berjongkok di samping mobil Laura, masih memegang tangannya yang gemetar.

"Dengar," ujarnya lebih lembut sekarang. "Mulai sekarang, kamu tidak pergi ke lokasi proyek sendirian. Akan ada security yang mengawal. Dan aku mau kamu pindah—"

"Pindah?" Laura menatapnya tidak percaya. "Julian, aku tidak akan pindah dari apartemenku karena ancaman—"

"Laura, ini bukan main-main!" suara Julian meninggi, frustasi dan khawatir bercampur. "Orang-orang ini berbahaya. Mereka tidak akan ragu menyakitimu untuk sampai ke aku!"

"Lalu apa solusinya? Aku bersembunyi? Berhenti kerja?" Laura merasakan emosinya meluap—campuran takut, marah, dan frustasi. "Aku tidak akan membiarkan orang-orang itu mengontrol hidupku!"

"Kalau begitu biarkan aku melindungimu!" Julian hampir berteriak sekarang. "Biarkan aku pastikan kamu aman!"

"Kenapa?" tanya Laura, suaranya pecah. "Kenapa kamu begitu peduli? Kita bukan apa-apa! Kamu masih belum jelas dengan Maudy, kamu masih—"

"Karena aku tidak bisa kehilangan kamu!" Julian memotong, suaranya keras dan penuh emosi. "Karena pikiran kehilangan kamu membuat aku gila! Karena kamu—kamu sudah jadi bagian dari hidupku dan aku tidak tahu bagaimana hidup tanpamu lagi!"

Hening. Bahkan Adrian dan security yang sedang check area berhenti sejenak, melirik ke arah mereka.

Laura menatap Julian dengan mata berkaca-kaca. "Tapi kamu masih belum bisa melepaskan Maudy."

"Aku tahu," bisik Julian, frustasi jelas di wajahnya. "Aku tahu aku bajingan karena tidak bisa memberi kamu kepastian. Tapi Laura, yang aku rasakan untukmu—ini nyata. Ini bukan hanya kepedulian profesional. Ini—"

Ponsel Julian berdering. Dia melirik dengan marah, tapi ekspresinya berubah saat melihat layar.

"Adrian," ujarnya tanpa mengalihkan pandangan dari ponsel. "Ini nomor yang sama dengan yang mengancam aku minggu lalu."

Dia mengangkat, memasang loudspeaker.

"Mahardika," suara pria di seberang—suara yang berbeda dari yang mengancam Laura tadi, lebih tua dan lebih dingin. "Sudah terima pesanku?"

"Leon," Julian menjawab dengan nada datar tapi penuh ancaman tersembunyi. "Menyentuh orang yang tidak bersalah? Kamu sudah jatuh serendah itu?"

Tawa kering terdengar dari speaker. "Tidak bersalah? Dia project leader proyek yang jadi penghalangku, Julian. Dia sangat bersalah."

"Kalau kamu punya masalah denganku, hadapi aku. Jangan libatkan orang lain."

"Oh, tapi di situlah letak keseruannya," suara Leon terdengar santai, menyebalkan. "Kamu terlalu kuat kalau dihadapi langsung. Tapi semua orang punya kelemahan. Dan sepertinya, Miss Laura Christina adalah kelemahanmu."

Julian mengepalkan tangannya begitu erat sampai buku-buku jarinya memutih. "Kalau kamu berani sentuh dia lagi—"

"Kamu akan apa? Laporkan polisi? Dengan bukti apa?" Leon tertawa. "Mundur dari proyek Henderson, Julian. Atau selanjutnya, mungkin Miss Laura tidak akan seberuntung hari ini."

Sambungan terputus.

Laura merasakan tubuhnya gemetar lagi. Ancaman itu terasa sangat nyata, sangat dekat. Dan yang lebih menakutkan—dia sekarang menjadi target karena Julian.

"Adrian, triple keamanan untuk Laura. Dua puluh empat jam. Tidak ada celah." Julian sudah masuk ke mode komando penuh. "Dan track nomor Leon. Aku mau tahu di mana dia sekarang."

"Boss, untuk Laura, lebih baik kalau dia—"

"Tinggal di tempat yang aman. Aku tahu." Julian menatap Laura. "Ada dua pilihan. Kamu bisa pindah ke safe house yang kami sediakan, atau—"

"Atau?" Laura sudah tahu dia tidak akan suka pilihan kedua.

"Atau kamu tinggal di tempat aku. Di mana aku bisa pastikan kamu aman setiap saat."

Laura menatapnya tidak percaya. "Tinggal bersamamu? Julian, itu—itu tidak mungkin!"

"Kenapa tidak mungkin?"

"Karena kamu punya Maudy! Karena kita bukan—kita tidak punya hubungan apa-apa! Karena—"

"Karena kamu takut?" Julian melangkah lebih dekat, suaranya lebih lembut tapi tetap tegas. "Laura, aku tidak peduli apa yang orang pikir. Aku tidak peduli kalau ini melanggar batas profesional. Yang aku peduli adalah kamu aman. Dan satu-satunya cara aku bisa pastikan itu adalah kalau kamu ada di tempat yang aku bisa jaga langsung."

"Dan Maudy? Apa yang dia akan pikir?"

Ekspresi Julian mengeras. "Aku akan urus Maudy. Tapi sekarang, prioritasku adalah keselamatanmu. Jadi, apa keputusanmu?"

Laura menatap Julian—pria yang sudah dia cintai selama sepuluh tahun, pria yang sekarang menawarkan perlindungan tapi juga membawa komplikasi yang tidak terbayangkan.

Tapi saat dia mengingat pisau di tangan pria tadi, mengingat ancaman di suara Leon, Laura tahu dia tidak punya banyak pilihan.

"Baiklah," bisiknya akhirnya. "Aku akan tinggal di tempatmu. Tapi hanya sampai ancaman ini selesai."

Julian mengangguk, ada sesuatu yang berkilat di matanya—relief? Triumph?

"Adrian, escort Laura kembali ke apartemennya. Bantu dia packing barang-barang yang dibutuhkan. Kemudian bawa dia ke tempat aku." Julian menatap Laura. "Aku akan ke sana setelah urus beberapa hal di kantor. Jangan pergi kemana-mana tanpa Adrian."

Laura mengangguk, masih mencoba memproses apa yang baru saja terjadi.

Dia akan tinggal dengan Julian. Di rumah Julian. Dalam satu atap dengan pria yang dia cintai tapi tidak bisa dia miliki.

Ini akan menjadi penyiksaan terindah yang pernah Laura alami.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!