George Zionathan. Pria muda yang berusia 27 tahun itu, di kenal sebagai pemuda lemah, cacat dan tidak berguna.
Namun siapa sangka jika orang yang mereka anggap tidak berguna itu adalah ketua salah satu organisasi terbesar di New York. Black wolf adalah nama klan George, dia menjalani dua peran sekaligus, menjadi ketua klan dan CEO di perusahaan Ayahnya.
George menutup diri dan tidak ingin melakukan kencan buta yang sering kali Arsen siapkan. Alasannya George sudah memiliki gadis yang di cintai.
Hidup dalam penyesalan memanglah tidak mudah, George pernah membuat seseorang gadis masuk ke Rumah Sakit Jiwa hanya untuk memenuhi permintaan Nayara, gadis yang dia cintai.
Nafla Alexandria, 20 tahun. Putri Sah dari keluarga Alexandria. Setelah keluar dari Rumah Sakit Jiwa di paksa menjadi pengganti kakaknya menikah dengan putra sulung Arsen Zionathan.
George tetap menikahi Nafla meskipun tahu wanita itu gila, dia hanya ingin menebus kesalahannya di masalalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Incy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 IGTG
Max mematikan semua saluran televisi dan internet di mansion George, guna menghindari berita malam ini, tentu saja kehadiran George dan Naraya akan tersorot oleh media.
Dan George tidak ingin istrinya melihat itu semua, meskipun dia percaya jika Nafla gila, tetapi ucapan Luna membuatnya waspada.
Sebab sejauh ini Nafla nyambung ketika di ajak bicara dan bisa mengucapakan kalimat dengan benar, meskipun terkadang di balik-balik.
Tidak menutup kemungkinan Nafla juga bisa merasakan yang namanya sakit hati, sedih dan kecewa ketika melihat dirinya muncul di siaran televisi bersama dengan Naraya.
Setelah memastikan semuanya aman, Max pergi menyusul sang Tuan dan membiarkan Nafla bersama para maid juga salah satu anak buah kepercayaan George yang tidak pernah menampakkan wajahnya.
Nafla berjalan mondar-mandir didepan televisi, seperti orang yang kebingungan. menggoyangkan televisi itu.
“Dia tidak bergerak." Ucapnya dengan mata yang berkaca-kaca.
Setiap ruangan dia datangi guna menyalakan televisi dan menonton film favoritnya. Tetapi semua mati tidak ada yang menyala satupun.
“Anda bisa membakarnya, Nyonya."
Reflek Nafla menoleh dan. “Ahhhhkkk..!!!" Berteriak saking takutnya melihat topeng pria itu.
Nafla hampir terjatuh di tetapi dengan cepat pria itu menangkap tubuh. “Astaga, jangan sampai George melihat ini, bisa putus tanganku." Gumamnya pelan, lalu membantu Nafla berdirinya.
Srekkk!!
Nafla menarik topeng itu hingga terlepas dan dengan gerakan cepat pria itu mengambil sesuatu di balik punggungnya, menodongkan pada Nafla.
Tubuh Nafla membeku, antara takut dan terkagum melihat wajah tampan itu. “George?" Ucap Nafla tersenyum, sembari mengulurkan tangannya memberikan kembali topeng itu.
Sedangkan pengawal itu memberikan tatapan nyalang, siap untuk menghabisi Nafla. jika bukan karena mengingat perempuan itu istri sang Tuan.
“George, aku ingin hidup!" Nafla menunjuk kearah Televisi. Dia mengira pria itu adalah George suaminya, mungkin karena terlihat sama-sama tampan.
Pria itu berdecak, menghela nafas berat, kenapa harus dirinya yang di tugaskan menjaga perempuan gila ini? kenapa bukan Max saja.
“Barang ini sudah tidak berguna, Anda bisa membuangnya atau membakarnya." Jawaban asal itu meluncur begitu saja, tanpa memikirkan akibatnya.
“Bakar?" Ulangnya, pria itu mengangguk, dia benar-benar malas dengan situasi seperti ini.
“Iya, bakar saja semuanya, jika perlu Mansion ini bakar juga, Tuan George banyak uang, Anda tidak perlu khawatir." Lagi kalimat itu terasa enteng.
Nafla menggerakkan kepalanya ke kanan dan kiri seperti mencari sesuatu, kamarnya yang tidak begitu terang sebab dia sangat menyukai kegelapan. Sehingga hanya pergerakannya saja yang terlihat tidak dengan apa yang di pegangnya.
Lagi pula tugas pria itu hanya menjaganya saja, bukan melihat apa saja yang ada di pegangnya.
“Wanita itu tidak benar-benar akan membakar televisi itu kan?" Gumamnya kala melihat Nafla menarik selimut dan menumpuknya.
Tidak mungkin, tidak ada sesuatu yang bisa menimbulkan kebakaran, pikir pria itu, lalu dia kembali duduk di balkon sembari memantau keadaan sekitar.
Sementara itu di pesta, kehadiran George dan Naraya menjadi pusat perhatian beberapa media besar dan para wartawan berlomba-lomba untuk mengambil gambar serta memberikan beberapa pertanyaan mengenai hubungan keduanya.
George mengonfirmasi bahwa yang diberitakan sebelumnya salah, Naraya tidak pernah sengaja meninggalkan pernikahan mereka, semua karena jebakan dari perempuan gila itu.
Beberapa menit dari pernyataan itu menjadi tranding satu di beberapa negara. sungguh kepuasan tersendiri bagi Naraya, dia merasa George masih memihaknya.
“Tuan, beritanya sudah trending satu di beberapa negara." Ucap Max pelan.
“Lalu?" George menggoyang-goyangkan gelas yang merisi minuman sembari melihat kearah depan, di mana Naraya sedang berbincang-bincang dengan teman-temannya.
Max menghela nafas berat, entah kenapa dia malah merasa khawatir dan semua tidak berjalan sesuai rencana.
“Saya takut jika Nyonya Nafla melihat kabar ini, malah membuatnya menjadi sasaran, jelas di komentar itu banyak yang menyalahkan Nyonya Nafla." Jelas Max.
George tidak langsung menjawab, dia diam sejenak sampai akhirnya. “Aku ingin dia aman, Max." lagi pula Nafla tidak akan melihat berita itu, karena Max sudah mematikan semua saluran internet di Mansion.
Max menggelengkan kepalanya. “Sepertinya kita salah mengatur rencana Tuan. Bukannya Anda ingin membantu Nyonya membalaskan deritanya dan mengambil kembali miliknya? tetapi sekarang yang terjadi Anda seperti sedang melindungi Nona Naraya dan menjerumuskan istri Anda sendiri."
“BODOH!!"
Max langsung menundukkan kepalanya, dia terlalu lancang untuk bicara seperti itu. “Maafkan saya, Tuan."
“Aku melindunginya dari kelicikan Tuan Jaco, aku tidak ingin mereka mengetahui jika Nafla berhasil membuatku benar-benar jatuh cinta padanya. kau tahu apa yang akan terjadi jika sampai mereka mengetahuinya."
Max mengangguk pelan. “Anda akan menjadikan Nona Naraya sebagai alat balas dendam?"
George menggelengkan kepalanya. “Tidak, aku tidak menjadikan Naraya sebagai alat balas dendam, tetapi sebagai perisai untuk Nafla. Kau tau seberapa banyak dari mereka yang hadir disini yang ingin membunuhku dan mengincar wanitaku." Jelas George.
“Justru aku mengenalkan kembali Naraya sebagai wanita yang bersanding dengan CEO dari perusahaan G&V Zionathan. agar mereka tidak menargetkan Nafla." Lanjutnya.
Max kembali mengangguk, dia mulai paham dengan situasi sekarang ini. lalu kembali melihat ponselnya, komentar-komentar buruk tentang Nafla sudah menghilang.
Drt
Drt
Ditengah pembicaraan mereka, ponsel milik Max berbunyi tanda panggilan masuk.
📞: Katakan.
📞:.....
Mata Max melebar dan itu membuat George menaikan sebelah alisnya.
Tut
Max mematikan sambungan teleponnya. “Tuan, kita harus segera kembali, Nyonya Nafla membakar Mansion Anda."
“Damn it!! Apa yang dia lakukan!!." George mengumpat, bukan marah karena Mansion nya terbakar, tetapi dia marah jika sampai wanitanya terluka.
“George ada apa?" Naraya menghampiri George.
“Max, kita kembali sekarang!" George mengabaikan pertanyaan Naraya.
“Tuan, Acara sebentar lagi di.. "
“MAX!!" Suara George meninggi sehingga menarik beberapa tamu undangan. Naraya sendiri kebingungan, ada apa dengan George.
Max segera membawa Tuannya keluar. Sementara Naraya yang hendak mengikuti George tiba-tiba saja tangannya di tarik oleh seseorang.
“Lepaskan!... " Naraya memberontak sampai sebuah suara membuatnya terdiam.
“Hay, ini Daddy."
“Dad, lepaskan aku mau.. "
“Sudahlah, biarkan saja George pergi, kita bisa senang-senang di sini. Kamu tidak perlu khawatir." Kembali Tuan Jaco menyela kalimat putrinya.
Naraya memutar bola matanya malas, lagi pula George sudah pergi, dia tidak perlu mengejarnya.
Sedangkan di sisi lain, George terus memaki-maki Max karena terlalu lambat menjalankan mobilnya.
Dor!!
Chitttt!!
Max membanting setir ke kiri, sial dia cukup terkejut kala mendapatkan serangan mendadak.
“Tuan!!"
“Fokus Max, biar aku yang mengurus mereka!" George mengambil pistolnya dan aksi kejar-kejaran pun terjadi.
Dor
Dor
suara adu tembak terdengar begitu nyaring di jalan yang cukup sepi, sepertinya mereka memang sudah merencanakan penyerangan pada George.
gk pnts jd ank
puas kau... kau tendag perut ny brkali"... laki kau...
tlg psh kn merk
kalau aku jadi nafia aku si ogah balik lagi ke orang yg plin plan
ud aq tebak dy gk gila cp" kau nara