"Ma, Papa Anin masih hidup atau sudah pergi ke Sur_ga?" tanya bocah cantik bermata sayu yang kini berusia 5 tahun.
"Papa masih hidup, Nak."
"Papa tinggal di mana, Ma?"
"Papa selalu tinggal di dalam hati kita. Selamanya," jawab wanita bersurai panjang dengan warna hitam pekat, sepekat hidupnya usai pergi dari suaminya lima tahun yang lalu.
"Kenapa papa enggak mau tinggal sama kita, Ma? Apa papa gak sayang sama Anin karena cuma anak penyakitan? Jadi beban buat papa?" cecar Anindita Khalifa.
Air mata yang sejak tadi ditahan Kirana, akhirnya luruh dan membasahi pipinya. Buru-buru ia menyeka air matanya yang jatuh karena tak ingin sang putri melihat dirinya menangis.
Mendorong rasa sebah di hatinya dalam-dalam, Kirana berusaha tetap tersenyum di depan Anin.
Sekuat tenaga Kirana menahan tangisnya. Sungguh, ia tak ingin kehilangan Anin. Kirana hanya berharap sebuah keajaiban dari Tuhan agar putrinya itu sembuh dari penyakitnya.
Bagian dari Novel : Jodoh Di Tapal Batas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 - Positif Hamil
Aldo dan Hana segera membawa Kirana yang tiba-tiba pingsan ke rumah sakit.
Positif hamil. Mungkin kabar ini bagi sebagian besar wanita yang sudah menikah akan terdengar sebuah kebahagiaan, terlebih jika sudah lama menanti kehadiran buah hati.
Akan tetapi, dua kata ini bisa menjadi polemik yang rumit kala terjadi pada wanita seperti Kirana Jingga Permata di situasi sekarang ini.
Istri kedua. Pernikahan poligami karena jebakan dirinya sendiri yang berniat balas dendam pada keluarga Kolonel (Purn) Seno Pradipta Pamungkas.
Dalam rencana balas dendamnya, sama sekali tak ada dalam benak Kirana akan hamil dengan Aldo. Kehamilan palsu rekayasanya terbongkar dan takdir justru menghadirkan janin sungguhan dalam perutnya. Hukum sebab akibat.
Aldo dan Hana begitu terkejut mendengar kabar kehamilan tersebut dari mulut sang dokter. Kirana pun sama kagetnya. Ia sama sekali tak menyangka jika kepalanya pusing beberapa hari ini karena hamil.
Bahkan Kirana sampai lupa jika dirinya sudah terlambat datang bulan. Akibat masalah dengan Aldo sebulan yang lalu ketika ked0knya terbongkar, membuat Kirana tak fokus pada hal yang lain termasuk ke dirinya sendiri.
Hana yang tak percaya dengan kehamilan Kirana, segera membawa untuk melakukan pemeriksaan ke rumah sakit yang lain saat itu juga. Hasilnya pun tetap sama. Kirana positif hamil.
Hana menangis tersedu-sedu di rumah sakit yang kedua. Aldo berusaha menenangkan istri pertamanya itu.
"Bagaimana bisa kamu hamil, Mbak? Apa jangan-jangan anak ini bukan anak Mas Aldo?" tuduh Hana di sela isak tangisnya.
"Han !!" seru Aldo.
Kirana hanya diam mendengar segala tuduhan Hana. Entah mengapa bibirnya mendadak bungkam.
Bisa saja Kirana menggebu membela dirinya dan menyangkal segala tuduhan Hana. Namun, ia memilih tidak melakukannya.
Kirana sudah berubah. Kirana berusaha memahami kemarahan Hana kala itu. Dirinya sudah pernah berbohong, jadi Aldo dan Hana wajar apabila meragukan anak yang dikandungnya saat ini.
"Kenapa Mbak Kirana diam saja? Apa karena semua ucapanku tadi memang benar?"
"Han, ini rumah sakit. Jangan berteriak keras seperti ini! Bisa mengganggu pasien di kamar yang lain!" tegur Aldo.
"Aku enggak peduli, Mas!" bentak Hana sembari menyeka air matanya.
Lalu, ia menatap tajam ke arah Kirana.
"Jawab, Mbak!"
"Anak ini-anaknya Aldo," jawab Kirana dengan suara datar.
"BOHONG !!" teriak Hana.
"Kamu bisa tanya sendiri sama Aldo kalau sebulan yang lalu kita berdua memang melakukannya di rumahku," ujar Kirana lirih karena tubuhnya masih terasa lemas dan pusing.
"Apa benar begitu, Mas? Kapan?" cecar Hana yang kini beralih pandang ke arah sang suami.
Aldo yang awalnya berdiri di samping Hana, seketika terduduk lemas di sofa. Aldo meraup kasar wajahnya sendiri dengan kedua telapak tangannya. Terlihat frustasi.
Bibir Aldo masih bungkam. Ia bingung menjawab seperti apa ke Hana.
Ada kekhawatiran di hati Aldo pada kondisi kesehatan Hana jika sampai istri pertamanya itu mendengar fakta pahit bahwa sebulan yang lalu memang ia melakukan hal itu dengan Kirana.
Melihat gelagat Aldo, semakin membuat hati Hana meragu pada suaminya sendiri.
"Katakan kalau semua itu enggak bener kan, Mas?" desak Hana.
"Maafkan aku, Han."
Kaki Hana refleks mundur satu langkah usai mendengar permintaan maaf dari Aldo barusan.
"Ja_di, be_nar kalian melakukannya?" tanya Hana dengan suara terbata-bata dan bibir bergetar menahan tangis.
"Iya, Han."
"Kapan Mas ??" bentak Hana.
Aldo pun akhirnya mengatakan yang sejujurnya pada Hana.
Kejadian itu terjadi sebulan yang lalu, tepatnya ketika anniversary pernikahan mereka yang ke-3 tahun.
Kala itu Aldo dan Hana makan malam romantis berdua di sebuah restoran salah satu hotel di Jakarta. Ide makan malam tersebut berasal dari Hana.
Hana yang menyiapkan segala hal urusan perayaan anniversary mereka. Ia sengaja memberi kejutan tersebut untuk Aldo.
"Kamu masih ingat kan, Han. Malam itu kamu izin ke toilet waktu kita lagi makan, tapi lama gak kembali. Setelah kamu pergi, kepalaku mendadak pusing. Aku cari kamu di toilet, tapi gak ada. Bahkan aku telepon kamu juga, tapi ponselmu gak aktif."
Deg...
Hana terkejut mendengar pengakuan dari Aldo tersebut bahwa hubungan badan antara suaminya dengan Kirana terjadi saat malam anniversary mereka waktu itu.
"Ehm, Mas kan tau wak_tu itu a_ku enggak sengaja ke_temu teman dan sama sekali gak tau kalau ponselku mati daya. Pas aku balik, tapi Mas udah gak ada." Jawab Hana sedikit terbata-bata. Gugup.
"Badanku sudah gak kuat kayak ada sesuatu yang aneh. Hampir mirip kejadian sewaktu aku sama Kirana di Jepang. Akhirnya aku buru-buru pesan taksi karena gak sanggup nyetir mobil sendiri. Waktu di jalan aku sadar,"
"Sadar apa, Mas?"
"Sepertinya aku meminum obat lak_nat jadi aku kesusahan mengontrol diriku sendiri, Han. Terutama hasratku," jawab Aldo.
Hening tercipta beberapa saat di antara mereka bertiga di kamar inap tersebut. Tiba-tiba pandangan Hana beralih ke arah Kirana yang terbaring di atas ranjang rumah sakit.
"Apa Mbak Kirana yang menjebak Mas Aldo lagi seperti di Jepang?" tuduh Hana.
"Kalau aku menjebak Aldo saat malam anniversary kalian, untuk apa aku bikin dia sembuh dari obat lak_nat itu."
"Maksud Mbak?"
"Jika aku melakukan seperti tuduhan mu tadi, lantas untuk apa aku repot-repot memanggil tetangga sebelah rumahku yang profesinya sebagai dokter buat nolongin Aldo. Kamu bisa tanyakan hal itu ke Aldo,"
Hana pun menoleh ke arah suaminya untuk meminta penjelasan.
"Yang dikatakan Kirana benar, Han. Aku kenal sama Dokter Hendrik dan istrinya. Mereka yang membantuku. Mereka menyuntikkan Natrium Klorida IV untuk meredakan efek obat sialan itu!" geram Aldo di ujung kalimatnya.
Ada sepasang suami istri yang tinggal di samping rumah Kirana. Dokter Hendrik berprofesi sebagai dokter kandungan dan istrinya bernama Lena sebagai perawat.
Mereka berdua adalah penghuni lama di komplek perumahan tersebut. Sedangkan Kirana adalah warga baru.
Dokter Hendrik punya klinik yang berdiri di depan komplek tempat tinggal Kirana.
Kirana terpaksa mengged0r-ged0r pintu rumah tetangganya tersebut malam-malam untuk meminta bantuan. Dengan tangan terbuka, Dokter Hendrik dan sang istri sigap menolong.
"Yang aku bingung dan masih abu-abu, siapa yang tega memberikan obat sialan itu padaku? Apa tujuannya?"
Deg...
Bersambung...
🍁🍁🍁
siapa ya yg fitnah kirana , kasian kirana yg sabar ya ki😭
kasian bgt bumil di dorong polisi ko gitu ya
astagfirullah, cmn bisa inhale exhale
Pen jambak Aldo boleh gak sih?? Tapi takut dimarahin pak Komandan...
Do, bnr² lu yee, suami gak bertanggung jawab!!! Pantes kmrn nangis sesunggukan, merasa berdosa yak... Tanggung Jawab!!! Kudu dibwt bahagia ntu si Kirana sama anak²nya sekarang!!!
lanjutkan.....
Hamil 1 ajah berat, apalagi ini hamil kembar dah gt gak ada support system... hebat kamu Kirana, mana cobaan datang bertubi² 👍👍👍 saLut
alasanya jelas karena dia merasa kecewa karena Kirana tidak lagi bisa digunakan sebagai boneka balas dendamnya pada Aldo